Episode 10

✨ Bunda untuk Daddy 🎎

10

***

Aiden terbangun dari tidurnya, dia mengucek matanya, melihat sekitar bermaksud mencari Bunda nya. Dia duduk dari posisi tidurnya. Sudut bibirnya terangkat keatas melihat apa yang terlihat didepannya, tepatnya disofa depannya.

Ceklek..

Pintu terbuka, Aiden langsung menaruh jari telunjuknya didepan bibirnya mengisyaratkan agar Laras dan Vero yang baru saja tiba tidak berisik.

Laras dan Vero melihat apa yang diisyaratkan cucunya. Mata keduanya beralih pada dua manusia berbeda jenis kelamin sedang tidur disofa dengan sang wanita yang menyandarkan kepala pada pundak sang pria dengan selimut membungkus tubuhnya. Sedangkan sang pria menyandarkan kepala pada kepala wanita.

Laras tersenyum melihat pemandangan itu, dia berjalan kearah Aiden yang menyuruhnya untuk mendekat dengan isyarat tangannya.

"Kenapa sayang" tanya Laras

"Oma, pinjam ponsel"

Laras yang bingung tak urung menyerahkan ponselnya pada Aiden, melirik kearah Vero yang sudah duduk disamping brangkar mengendikkan bahu.

Aiden mengarahkan ponselnya pada Sandy dan Stella, mengambil beberapa gambar sambil terkikik, dia senang Daddy dan Bunda nya seperti itu.

Laras dan Vero tersenyum melihat apa yang cucunya perbuat. Hingga tiba-tiba suara dari belakangnya mengguncang ruangan membuat mereka menoleh.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN"

Stella dan Sandy terlonjak kaget, menegakkan tubuhnya, Stella yang masih belum sepenuhnya sadar hanya menurut saat Fara menarik tangannya paksa menjauh dari Sandy.

"WANITA TIDAK TAHU DIUNTUNG, BERANINYA LO TIDUR SAMA CALON SUAMI GUE" teriak Fara

Stella belum sepenuhnya mengerti apa yang terjadi "apa maksud kamu"

"jangan pura-pura bego, ngapain lo tidur nyender sama Sandy hah"

Stella terkejut, benarkah seperti itu, dia menoleh pada Sandy yang sedang memijit kepalanya.

"Lo mau ngeles apa lagi" tuntut Fara

"Maaf aku sepertinya tidak menyadari" sesalnya

"Lo..-" Fara menunjuk wajah Stella

"Fara cukup" suara Sandy memotong ucapan Fara, kepalanya pusing apalagi mendengar suara Fara yang berteriak, semakin membuat nya pusing.

"Tapi San .. "

"Aku bilang cukup"

"Bukan Stella yang salah, jangan salahkan Stella" lanjut Sandy

Fara hendak protes namun tatapan tajam Sandy mengurungkan nya. Fara menatap Stella dengan tatapan kemarahan, nafasnya naik turun 'awas lo' bathinnya.

***

Keesokan nya..

Stella merasa lega semua desainnya sudah selesai dikerjakan, tinggal menyerahkan pada rekannya Jerry guna memilih kain serta proses penjahitan.

Stella berjalan kearah Aiden, mencium keningnya sebentar sebelum masuk kekamar mandi.

Fara terbangun dari tidurnya, dia melihat Stella yang masuk kedalam kamar mandi. Matanya tertuju pada tumpukan kertas pada meja tempat Stella berkutat semalam.

"Keren juga" Fara mengangguk menilai desain Stella

Fara menampilkan smirknya "bagaimana kalau semua gambar lo ini gue hancurin"

"Anggap aja pembalasan dari gue karena lo udah berani deketin Sandy" Fara tersenyum mengejek

Dia mengambil cup berisi kopi diatas nakas, menumpahkan isinya diatas gambar Stella "ups gak sengaja"

Menata gelas disamping kertas Stella agar seolah-olah gelas itu tumpah. Dia tersenyum senang, berjalan kembali ketempat nya semula, pura-pura tidur.

Stella keluar dari kamar mandi, matanya tertuju pada kertas desainnya, bukan. Matanya tertuju pada gelas yang terguling disampingnya. Dia berjalan cepat menghampiri.

Seketika matanya melotot melihat hasil pekerjaan beberapa minggu terakhir tidak berbentuk, semua tertutup noda kopi, dia terduduk lemas disofa, mengambil kertas-kertas yang sudah basah, dan yang lebih membuat nya sesak adalah goresan tinta sudah tidak pada tempatnya, luntur terkena kopi.

Stella hampir menangis, hampir sepuluh kertas dan semuanya hanya ada goresan tinta yang acak-acakan. Padahal dua bulan lagi baju-baju itu harus sudah bisa dipakai.

Sandy yang baru masuk keruangan memperhatikan Stella yang terduduk lesu memandangi kertas basah ditangannya.

Sandy tersentak "kenapa dengan kertasmu Ste"

Stella melirik sebentar kearah Sandy kemudian menghela nafas lelah.

"Seharusnya kau tidak menaruh gelas disamping kertas kerjamu Ste" ujar Sandy, dia merasa kasihan pada Stella, hampir dua malam dirinya melihat Stella tidur malam karena mengerjakan desainnya disamping menjaga anaknya. Sekarang kertas tersebut hancur tak terbentuk.

Stella berpikir bukan dia yang menaruh gelas disini, dia juga tidak merasa ada gelas dimeja tadi sebelum dirinya ke kamar mandi. Namun tiba-tiba setelah keluar dari kamar mandi sudah ada gelas disini.

"Ada apa" Fara mendekat kearah Stella berdiri disamping Sandy

"Wah sepertinya lo harus ngulang lagi" ejek Fara melihat kertas-kertas desain Stella

Stella mendongak menatap Fara yang tersenyum licik, Stella yakin ini ulah Fara.

***

Stella berpamitan pada Aiden untuk pulang guna mendesain ulang gambarnya, Stella berjanji akan berkunjung malam nanti.

"Sayang aku juga pulang dulu ya, ada jadwal pemotretan hari ini" itu suara Fara

Sandy mengangguk "hati-hati"

"Sayang mommy pulang dulu ya" Fara mengelus kepala Aiden mencium keningnya

Beralih pada Sandy dan mengecup pipinya "dah honey" ucapnya

"Stella" panggil Fara ketika melihat Stella yang hendak membuka pintu mobil

Stella mengurungkan niatnya dan berbalik kearah Fara. Keduanya kini sedang berada diparkiran rumah sakit.

"Gimana kejutannya, lo suka kan"

Stella menghela nafas "apa masalah lo"

Fara tersenyum mengejek "itu akibatnya lo deket-deket sama Sandy"

Stella menyernyit bingung "jangan pernah deketin Sandy, atau coba-coba cari perhatian dari Sandy, lo bakal berhadapan sama gue" ancam Fara

"Maaf sepertinya lo salah orang"

"Gue ada disini hanya untuk Aiden" tukas Stella

"Ya seperti yang lo bilang, lo ada disini cuma untuk kesembuhan Aiden, setelah Aiden sembuh lo sudah tidak butuhkan lagi, lo DI.TENDANG" Fara menekankan kata terakhirnya

Stella tersentak, memang benar apa yang diucapkan Fara, namun dirinya merasa sedih entah karena apa.

"Lo inget itu" Fara menunjuk tepat diwajah Stella dan berlalu meninggalkan Stella.

Sesampainya dibutik Stella masuk dan bermaksud menuju keruangan nya "Sari kalau ada yang mencariku bilang aku tidak ada, aku harus menyelesaikan desain ku yang tersiram kopi ini"

"Astaga kenapa bisa seperti itu mbak, itukan -"

"Sudah gapapa, ingat jangan ada yang mengganggu ku, aku akan meneleponmu jika butuh sesuatu"

"Iya mbak"

Hampir seharian Stella berkutat dengan kertas-kertas diatas mejanya, bahkan dirinya melewatkan makan siang, hari sudah gelap dan Stella masih saja fokus dengan kertas ditangannya.

Stella melirik jam tangannya sudah jam 9 malam, dia teringat janjinya dengan Aiden. Segera dia membawa beberapa kertas desain bermaksud menyelesaikan dirumah sakit.

Dia bergegas turun dari ruangannya dilantai dua. Sudah sepi karena Sari sudah pulang jam lima sore tadi.

Stella melajukan kendaraannya dengan kecepatan rata-rata, sebelum sampai dirumah sakit Stella membeli beberapa roti guna mengganjal perutnya.

***

Malam ini Sandy sendirian menemani Aiden dirumah sakit, Fara tadi sudah menelepon bahwa tidak bisa menginap.

Jangan salah, sebenarnya tadi Fara menanyakan apa Stella disana, saat Sandy bilang tidak ada, dirinya memilih untuk tidur cantik dirumah, diatas kasur king sizenya. Dirinya tidak terlalu khawatir sebab Stella tidak bersama Sandy.

Sebenarnya beberapa hari dirinya menginap di rumah sakit bukan untuk menemani Aiden, tapi lebih ke mematai Stella dan Sandy. Dia tidak akan biarkan Stella dan Sandy berdua. Tak bisa dipungkiri kalau Stella itu cantik, dan statusnya yang menjadi janda sedikit membuat nya takut Sandy akan tergoda. Apalagi Aiden yang lebih pro ke Stella daripada dirinya.

Sandy memikirkan Stella, bagaimana keadaan wanita itu, mungkin malam ini Stella tidak jadi kesini seperti janjinya tadi pagi dengan Aiden. Sandy paham Stella banyak pekerjaan, apalagi setelah insiden tadi pagi.

Sedang asik berkutat dengan pikirannya terdengar pintu diketuk dan tak lama seorang yang sedang dia pikirkan masuk setelah berucap salam.

"Maaf aku telat" ucap Stella

Sandy hanya mengangguk "iya"

"Apa Aiden baik-baik saja" tanya Stella berjalan menuju Aiden dan mengelus kepalanya

"Keadaan nya sudah membaik, kata dokter kemungkinan lusa sudah boleh pulang"

"Syukurlah" ucap Stella tersenyum melihat Aiden

"Mau roti" Stella menawarkan kearah Sandy

"Tidak terimakasih"

Stella mengangguk sambil mengunyah rotinya, dia membuka tasnya dan mengambil peralatan gambarnya. Dia duduk dikursi samping Aiden. Tangan kiri memegang roti dan tangan kanan memegang alat tulis, sedangkan pahanya dia pakai untuk menahan papan klip yang menjepit kertas desainnya.

"Kau belum makan Ste" tanya Sandy yang memperhatikan Stella

"Belum, hik" jawab Stella tanpa menoleh, dia cegukan

Sandy beranjak menghampiri Stella membawa gelas minuman.

"Minumlah" Sandy menyodorkan gelas tepat didepan wajah Stella

Stella mendongak dengan cegukan yang masih melanda, Sandy mengangguk dan Stella menerima minuman yang disodorkan Sandy, dengan Sandy yang meminumkan karena tangan kiri dan stella sudah penuh dengan roti dan bolpoin.

"Terimakasih" ucap Stella

"Sudah lebih baik" tanya Sandy di jawab anggukan oleh Stella

Stella tertidur dikursinya dengan menyandar dan papan klip berada di pangkuannya. Sandy tak tega melihat posisi Stella yang terlihat kurang nyaman.

Sandy mengambil papan klip dipangkuan Stella menaruhnya diatas nakas, menyelipkan tangannya pada punggung dan kaki Stella, menggendong Stella ala bridal style menuju single bed yang biasa dipakai Fara tidur.

Sandy menidurkan Stella perlahan, matanya melihat wajah Stella, 'cantik' dia tersenyum melihat wajah damai Stella yang tertidur.

Sandy bermaksud memakaikan Stella selimut, Sandy menaikkan sampai leher Stella, dia menunduk hendak berucap ditelinga Stella, namun siapa sangka Stella yang mengubah posisi tidurnya dengan menyamping menyebabkan bibirnya bertemu dengan pipi Sandy.

Sandy yang merasakan benda kenyal milik Stella menyentuh pipinyapun  menegang, tidak sanggup bergerak, jantungnya tiba-tiba terpompa cepat, dia menoleh kesamping yang ternyata Stella masih terlelap. Sandy berdiri menatap lekat wajah Stella, dia memegang pipinya yang barusan dicium Stella.

Tiba-tiba dirinya tersenyum, hatinya menghangat, rasanya seperti perasaan yang sudah lama hilang kini hadir kembali. Dia tidak bisa mendeskripsikan nya.

Sandy berbaring pada sofanya, masih dengan senyum yang terpatri diwajah nya. Perlahan dia memejamkan matanya dan terlelap kealam mimpi.

***

Hot

Comments

🎎 Lestari Handayani 🌹

🎎 Lestari Handayani 🌹

🤔🤔

2022-10-10

0

jOjO

jOjO

Awww..sandy suka..

2020-08-23

0

Aoi_chan8

Aoi_chan8

biasanya stella panggilannya stell... ini ste aja... lucu

2020-07-24

0

See all

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download MangaToon APP on App Store and Google Play