Setiap hari yang aku dan Felisha lakukan hanyalah melempar tatapan, sambil sedikit tersenyum dan malu setelahnya. Namun hari ini berbeda.
Aku melihatnya dari kejauhan yang sedang bercengkrama dengan seorang siswa. Entah kenapa dalam bagian tubuhku ada yang berdegup sangat kencang sehingga terasa sangat sakit. Aku berjalan lambat sambil memperhatikan mereka tidak henti, semakin aku mendekat semakin cepat degupan dalam tubuhku, darahku seakan mengalir lebih cepat dari biasanya membuatku merasa panas. Tiba-tiba Felisha menoleh ke arahku yang sedang berjalan menatap dirinya tertawa bersama siswa itu. Dia seakan ingin menyapaku dengan sedikit mengangkat tangannya, namun aku bergegas masuk ke kelas sambil berpura-pura mengajak Roki yang daritadi berjalan di sampingku. Aku duduk di bangku. Ada Kalia yang menyapa. “Darimana kamu Za?” tanyanya sambil mengarahkan badan kearahku. “Dari kantin” kataku tak bersemangat. “Sama Felisha?” tanyanya lagi. “Enggak, tuh sama si Roki” jawabku singkat. Aku angkat kembali tubuhku yang baru saja ku dudukkan. Berjalan menuju perkumpulan di barisan paling belakang. Duduk diatas meja, mengarah ke luar jendela. Ada teman sekelas dan juga siswa dari kelas lain diperkumpulan ini. Roki, Jidan, Syahid, Lucky dan Pram adalah temanku bermain di sekolah dan luar sekolah. Kami menjadi akrab karena 1 tim futsal. Ada juga Ari dan Gala, namun kali ini mereka tidak datang ke kelasku. “10-C gak ada guru?” tanyaku kepada Lucky dan Pram yang merupakan siswa dari kelas 10-C. “Gada Za, makanya kita-kita main kesini” jawab Pram santai. “Kemarin ku lihat-lihat pas pelajaran agama pertama kali duduk sama Febri nih Za, pacaran? Hahaha” sambung Lucky sambil merangkul leherku. “Hahaha enggak, lagian kemarin karna cuma di samping Febri yang kosong tempat duduknya bro. Setelahnya kan aku duduk bareng Roki”. Kataku santai sambil sesekali melihat keluar jendela. “Liatin siapa sih Za diluar?” tanya Jidan yang daritadi memperhatikanku selalu melirik keluar jendela. Karena perkataan Jidan, semua perkumpulanku ikut meninggikan kepala keluar jendela, melihat siapa yang ku perhatikan sedari tadi. “Widih ada yang ditaksir nih kayaknya” kata Syahid. “Siapa? Siapa?” sambung Roki sambil sedikit mendorong Syahid yang berusaha melihat keluar jendela. Mereka semakin berisik dan menggodaku. Tiba-tiba guru masuk dan membuat kerusuhan berhenti. “Syukurlah!” dalam hatiku yang sambil melihat Felisha berjalan memasuki kelasnya. Pram dan Lucky berlari keluar kelas karena tidak mungkin harus mengikuti pelajaran di kelasku. Semua kembali tenang. Aku berjalan kembali ke mejaku.
Pelajaran agama lagi. Kali ini aku duduk sendiri, tepat di samping selang 2 meja dari Felisha. Febri menawarkan bangku kosong disebelahnya namun aku menolak dan memilih untuk duduk sendiri. Entah karena aku tidak ingin terlihat dekat dengan siapapun karena ada Felisha di dalam kelas yang sama atau karena pelajaran agama kali ini sedikit tidak bersemangat mengingat Felisha yang terlihat akrab dengan siswa dari 10-A tadi. Apa aku cemburu? Kenapa kau harus cemburu? Ku pangku wajahku pada 1 tangan, sambil tangan satu lagi memainkan pulpen, memutarnya menggunakan jari-jariku. Tiba-tiba HP ku bergetar. Ku lihat ada pesan masuk, namun ku biarkan. Kemudian bergetar lagi. Ku buka pesannya karena penasaran. Dari Felisha. “Hai” pesan yang pertama. “Lihat kesini dong” pesan yang kedua. Kemudian bergetar lagi. “Sambil senyum” pesan ketiga yang berhasil membuatku tersipu malu. Akhirnya ku angkat wajahku dan ku palingkan ke Felisha. Terlihat dia yang sudah menatapku dari kejauhan. Kemudian aku pun tersenyum mengikuti kemauannya. Kemudian bergetar kembali. “Gitu kan enak dilihat kalo senyum. Boleh pinjem sweeter yang kamu pake gak? Aku sedikit kedinginan” pesan dari Felisha yang akhirnya membuatku bersemangat kembali. “Boleh, nanti aku kasih di depan kelas kamu ya” balasku sambil menatapnya dan kembali tersenyum. 1 jam kemudian pelajaran agama selesai.
Sebelum kembali ke kelasku, aku berdiri di depan kelas Felisha untuk memberikan sweeterku. Tidak lama kemudian Felisha datang menghampiriku. “Kamu kenapa? Sakit?” tanyaku padanya sambil memberikan sweeter. “Enggak kok cuma sedikit kedinginan aja” jawabnya sambil menggunakan sweeter yang kuberikan. “Kamu pulang naik apa nanti?” tanyaku lagi supaya tidak terlihat bahwa aku sedikit gugup jika berbicara padanya. “Naik busway kok, kamu? Oia, tadi kenapa? Aku mau nyapa kamu tapi kamu kaya pura-pura gak liat aku?” Dor! Pertanyaannya membuatku kaku sejenak. Dia merasa? “Mmm aku gaenak aja ganggu kamu kalo aku nyapa, kamu kan lagi ngobrol sama temen kamu” jawabku berbohong. “Nanti mau pulang bareng?” sambungku lagi untuk mengalihkan pembicaraan. “Emm bukanya rumah kita beda arah ya?” tanyanya balik. “Kamu emang tau rumah aku dimana? Hahaha” kataku yang sedikit kaget Felisah tau bahwa arah rumahku dengannya berbeda. “Iya Kalia yang cerita tuh”. Aku semakin gugup melihat Felisha yang dengan anggun memakai sweeterku. “Oh Kalia. Iya emang beda arah tapi gapapa aku temenin nunggu buswaynya ya?” tanyaku lagi sambil melihat ke arah Roki, Jidan dan Syahid yang memanggilku. “Oke, sambil aku balikin sweeter kamu nanti ya. Aku tunggu disini nanti pulang sekolah” jawabnya sambil tersenyum. Aku mengangguk dan segera bergegas menghampiri teman-temanku untuk masuk kelas. “Siapa Za?” tanya Rico padaku sambil merangkul tubuhku. “Ha? oh.. Felisha” jawabku singkat. Ini pelajaran terakhir hari ini. Selama pelajaran berlangsung aku hanya fokus melihat detak jam diatas papan tulis. Tik tok tik tok tik tok. Setelah 2 jam berlalu, akhirnya bunyi bel tanda pulang berbunyi. Aku bergegas menyusun buku pelajaranku dan berjalan keluar kelas.
Ku lihat belum ada Felisha didepan kelasnya, aku pun menunggu di depan kelasku agar tidak diperhatikan oleh teman-teman kelas Felisha. Biasalah, bisa heboh jika teman sekelasnya tau bahwa aku mengunggunya. Anak remaja kala itu sedang aktif-aktifnya untuk mencari tau hubungan antara siswa dan siswi di sekolah. Tiba-tiba ada Kalia yang menghampiriku. “Kamu ngapain disini?” tanyanya sambil menyodorkan makanan yang sedari tadi sudah ada di tangannya. “Nunggu Felisha” kataku sambil menggelengkan kepala tanda aku tidak ingin makanan yang Kalia tawarkan. “Mau ngapain?” tanyanya yang akhirnya beranjak untuk duduk karena mungkin terlalu susah untuk menatapku ke atas karena Kalia jauh lebih kecil dariku. “Gapapa, mau pulang bareng aja sekalian dia balikin sweeterku. Kamu pulang naik apa Kal?” tanyaku yang akhirnya ikutan duduk disamping Kalia. “Belum mau pulang, kaya kamu gatau aja aku kan jarang pulang on time”. “oh iya” jawabku sebagai penutup dari obrolan kami karena setelahnya terlihat Felisha datang menghampiri. Dengan sigap aku pun ikut berdiri setelah dia berhenti di hadapan Kalia. “Nih sweeternya” kata pembuka Felisha diiringi dengan sodoran sweeter yang mengarah kepadaku. “Makasih ya Za” sambungnya lagi. “Kamu pasti masih harus rapat osis kan Kal? Gitu terus deh tiap hari, heran” Felisha terlihat judes namun sangat mempesona dengan caranya. “Yausah sih, daripada nih si Theza nih yang jarang ikutan rapat” jawab Kalia yang menyudutkan posisiku kali ini. “Aku udah tau Kal kalau setiap kita rapat itu ujung-ujungnya ribut. Jadi ya mending aku bolos” pembelaanku kali ini memang benar. Aku tidak terlalu suka dengan rapat osis karena hanya akan memecah belah masing-masing kubu. Oia, aku dan Kalia sama-sama anggota osis, hanya saja beda divisi. “Yudah yuk Za. Aku balik duluan ya Kal. Inget makan kamu tuh jangan suka bandel kalo dibilangin” tegas Felisha sambil sedikit menjewer telinga Kalia. “Tuh jangan bandel kalo dibilangin. Wek” godaanku yang berhasil membuat Kalia berdiri dari posisi duduknya untuk memukul pundakku dan diiringi tawa Felisha. Aku dan Felisha pun berjalan keluar gerbang sekolah menuju halte.
Ini sangat canggung dan aku sedikit gugup. Aku malu untuk memulai percakapan sehingga hanya mengikuti langkah kecil Felisha. Jujur, aku hanya bisa banyak berbicara ketika Kalia berada diantara kami berdua. Jika tidak ada Kalia? Ya sudah pasti aku mati kutu seperti batu. Kecuali jika Felisha memulai percakapan dan aku mulai mencair sedikit. “Kamu sama Febri temenan udah lama?” pertanyaan yang berhasil membuatku mencair karena terlalu panas untuk dibahas. Kenapa tiba-tiba bertanya tentang Febri? “Emm dulu aku sekolah sama dia. Dan dulu kita lumayan deket” jawabku masih terlihat tenang dan santai. “Sempet pacaran?” pertanyaan kali ini tidak kalah mencengangkan. Apa yang terjadi didalam kelas mereka tadi? Belum sempat aku menjawab, aku batuk. Kenapa harus keselek disaat pertanyaan itu? “Sorry sorry” kataku sambil memukul kecil dadaku agar batuknya terhenti. “Enggak kok, emang kenapa kok tiba-tiba bahas Febri?” tanyaku yang mulai sedikit memperlambat langkahku karena terlihat di depan sana sudah menuju halte, dan aku masih ingin bersama Felisha. “Tadi dia nyamperin aku, katanya ‘itu sweeter Theza kan ya? Kok bisa sama kamu?’ gitu. Terus aku ya bingung kenapa dia tau” Felisha menatapku kemudian beralih lagi melihat ke depan. “Terus?” tanyaku. “Ya aku bilang, ‘iya, kenapa emang?” dia bilang lagi sini aku aja yang balikin’ lah kan aku yang pinjem kenapa dia yang pengen balikin ke kamu ya hahaha” jelas Felisha sambil tertawa. Aku hanya tersenyum malu, bukan karena aku merasa diperebutkan, tapi aku malu melihat tawanya yang sangat bagus. “Biarin aja, Febri emang anaknya kaya gitu. Tapi aku beneran loh gak ada apa-apa sama dia” jelasku sambil menghentikan langkah karena akhirnya aku dan Felisha sampai di halte. Waktu terasa sangat cepat. Padahal aku ingin sedikit lama. Mungkin aku bisa mengusulkan untuk halte dipindahkan lebih jauh dari sekolahan agar aku bisa berlama-lama dengan Felisha. Beberapa menit kemudian, busway Felisah datang dan disinilah aku dengannya harus berpisah. “Makasih ya, untuk sweeter dan udah nemenin nunggu busway. Bye Za! See u tomorrow” Felisha berbegegas naik ke busway dan tersenyum manis kearahku. Aku masih berdiri di halte sampai busway Felisha tidak terlihat lagi. Ah. Hari yang menyenangkan. Ku pakai lagi sweeter yang daritadi ada di tanganku. Masih terciup aroma parfume Felisha. Wangi!
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Comments