NovelToon NovelToon
Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi / Fantasi Isekai / Time Travel / Sistem / Iblis
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: EGGY ARIYA WINANDA

Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekte Demon Refining 6

Aula Administrasi Sekte Demon Refining selalu berbau seperti tinta kering dan birokrasi yang membusuk. Di balik meja mahoni yang penuh goresan, Tetua Chu, seorang pria tua kurus dengan kacamata monokel yang retak, menatap pemuda di hadapannya dengan keraguan yang tidak disembunyikan.

"Misi Perburuan Tingkat body refening?" Tetua Chu mengetuk jarinya di atas meja. "Kau baru bergabung tiga bulan, Nak. Dan kau meminta izin keluar menuju Hutan Kematian Agung? Biasanya murid baru masih sibuk membersihkan kandang babi iblis."

Lu Changzu berdiri tegak. Jubah murid luar barunya yang berwarna abu-abu gelap jatuh sempurna di tubuhnya yang kini proporsional. Tidak ada lagi kesan pengemis kurus. Di pinggangnya, lencana besi hitam pemberian Chen Xuan berayun pelan, memantulkan cahaya suram ruangan itu.

"Saya bosan dengan babi, Tetua," jawab Lu Changzu, suaranya tenang, sambil tersenyum. "Saya butuh udara segar. Dan saya dengar Sekte membutuhkan stok Daun Darah Petir."

Mata Tetua Chu menyipit saat melihat lencana itu. Murid pribadi Chen Xuan.

"Hmph. Anak murid si gila Chen," gumam Tetua Chu, stempelnya menghantam kertas misi dengan keras. "Baiklah. Tugasmu adalah mengumpulkan sepuluh Daun Darah Petir. Lokasinya di Sektor Timur Hutan Kematian Agung, area pinggiran."

Tetua Chu melemparkan sebuah gulungan kulit—peta—ke arah Lu Changzu.

"Peta ini menunjukkan zona aman di mana formasi pembunuh kuno sedang tidak aktif. Jangan melangkah keluar jalur, atau kau akan meledak menjadi kabut darah bahkan sebelum kau sempat menyesal. Dan ingat, kematian di luar gerbang sekte adalah urusanmu sendiri."

"Saya mengerti tetua dan Terima kasih atas kepedulian Anda yang mengharukan, Tetua," Lu Changzu tersenyum tipis, mengambil peta itu, dan berbalik.

Langkahnya mantap menuju Aula Teleportasi.

Saat dia berdiri di atas platform teleportasi, dia teringat pengalaman pertamanya—muntah darah dan pingsan. Itu adalah versi Lu Changzu yang lemah, versi manusia fana yang rapuh.

Rune teleportasi menyala. Cahaya menyelimutinya.

ZIIING!

Dunia berputar, dilipat, dan direntangkan.

Ketika cahaya memudar, Lu Changzu membuka matanya. Dia berdiri kokoh di atas platform batu kuno di pinggiran hutan. Tidak ada pusing. Tidak ada mual. Tubuhnya, yang kini memiliki kepadatan tulang dan darah setara logam cair, menahan tekanan spasial itu seolah-olah itu hanya angin sepoi-sepoi.

"Rasanya sangat nyaman," gumamnya. "Efek perpindahan spasial sudah tidak menjadi masalah saat ini."

Dia menghirup udara.

Aroma itu. Bau busuk vegetasi tanaman yang membusuk, kelembapan yang mulai mencekik, dan energi Qi liar yang agresif. Ini adalah tempat di mana dia pertama kali jatuh. Tempat di mana dia merasa seperti semut di tengah badai.

Sekarang, dia merasa seperti predator yang pulang ke kandang.

Lu Changzu membuka peta. Dia melihat koordinat yang ditandai. Tapi matanya melirik ke arah lain, ke sektor yang sedikit lebih dalam, tempat di mana dia ingat pernah terbangun di antara akar raksasa.

"Sebelum mencari daun," bisiknya, matanya berkilat dingin. "Sebaiknya mengunjungi tempatku disummon."

Dia bergerak. Bukan berlari, tapi meluncur. Dengan Body Tempering Tahap 1 Akhir dan otot yang diperkuat, setiap langkahnya mendorong tubuhnya sepuluh meter ke depan tanpa suara. Dia melompati akar-akar pohon raksasa yang bersisik seperti naga, tubuhnya seringan bulu namun sekeras baja.

Lima belas menit kemudian, dia mendengar suara itu.

Geraman rendah. Getaran tanah.

Dari balik semak paku purba, sesosok makhluk melompat keluar.

Serigala Tulang Punggung Pedang.

Ukurannya sebesar sapi jantan, bulu perak metalik, tiga pasang mata merah, dan deretan tulang tajam di punggungnya. Itu adalah jenis monster yang sama yang hampir membuatnya kencing di celana tiga bulan lalu.

Makhluk itu menggeram, air liur asam menetes dari mulutnya yang penuh gigi gergaji. Ia melihat Lu Changzu sebagai mangsa lunak.

Lu Changzu berhenti. Dia tidak gemetar. Dia tidak panik.

Dia menatap monster itu, lalu melihat tangannya sendiri.

"Dahulu kau adalah ancaman namun , Sekarang..."

Serigala itu menerjang. Kecepatannya luar biasa, hanya terlihat sebagai bayangan perak bagi mata orang biasa.

Tapi di mata Lu Changzu, yang telah melewati peningkatan tubuh, gerakan itu terlihat... lambat.

Dia melihat otot paha belakang serigala itu menegang sebelum melompat. Dia menghitung lintasan parabolanya. Dia menghitung sudut datangnya cakar.

"Pengamatan selesai."

Tangan kanan Lu Changzu bergerak ke pinggang.

SRING!

Bukan pedang Baja Dingin yang dia tarik—itu terlalu berharga untuk monster kroco ini. Dia menarik sebuah pedang hitam polos, senjata standar sekte yang dia beli dengan koin receh, namun di tangannya, itu alat eksekutor mematikan.

Teknik Pedang Kekacauan - Bentuk Pertama: Tebasan iblis liar.

Lu Changzu tidak menghindar. Dia hanya memiringkan tubuhnya tepat 15 derajat ke kiri. Cakar serigala itu lewat hanya satu sentimeter dari hidungnya, anginnya mengibarkan rambutnya.

Di detik yang sama, pedang hitamnya menyabet ke atas dalam gerakan vertikal yang presisi.

Tidak ada suara benturan. Hanya suara shhh lembut seperti kertas dirobek.

Lu Changzu berdiri tegak kembali, menyarungkan pedangnya dengan gerakan santai.

Di belakangnya, Serigala Tulang Punggung Pedang itu mendarat. Ia mencoba berbalik untuk menyerang lagi.

Namun tiba-tiba, sepuluh garis merah tipis muncul memanjang dari leher hingga ke perut bawahnya.

BRUK.

Tubuh monster itu terbelah menjadi potongan potongan bagian yang rapi, organ dalamnya tumpah ke tanah. Darah menyembur, tapi tidak setetes pun mengenai jubah Lu Changzu.

"Beast ranah Qi activation bukan lagi masalah bagiku , rasa takutku tidak muncul saat melihat monster ini , justru sebaliknya sifat memburuku yang muncul, apa mungkin semakin tinggi ranah maka rasa takut akan semakin mengecil? , hmmm , entahlah?"gumam changzu.

Lu Changzu berjongkok di samping bangkai itu. Dia tidak membuang waktu untuk merayakan kemenangan. Dia mulai bekerja.

Dengan pisau kecil, dia membedah mayat itu dengan presisi seperti seorang ahli bedah forensik.

"Darah serigala, mengandung asam korosif. Berguna untuk pemurnian darah dan jantungnya bagus untuk dijadikan pil , sayang core nya tidak ada tampaknya ia belum memadatkan corenya,".ia lalu memasukannya ke dalam cincin penyimpanannya.

"Tulang punggung pedang. Material untuk anak panah," dia mematahkan tulang-tulang itu dan menyimpannya.

"Esensi jiwa..."

Lu Changzu meletakkan tangannya di atas kepala serigala yang masih hangat. Dia mengaktifkan teknik Napas Iblis-nya, menyedot sisa energi kehidupan yang memudar. Segumpal kabut merah terserap ke dalam telapak tangannya, memberinya sedikit rasa hangat.

Setelah bangkai itu bersih, dia melanjutkan perjalanannya menuju titik koordinat pribadinya.

Pohon itu masih di sana.

Sebuah pohon raksasa yang diameternya seluas rumah, dengan akar-akar yang membentuk gua alami—tempat pertama ia di datangkan dari dimensi lain.

Lu Changzu masuk ke dalam celah akar itu. Dia menyentuh tanah lembap tempat dia dulu meringkuk ketakutan.

"Di sinilah semuanya dimulai," gumamnya.

Matanya, yang kini memiliki kemampuan persepsi mikro berkat peningkatan tubuhnya, memindai sekeliling. Dia mencari kelainan. Kenapa dia jatuh tepat di sini? Apakah acak?

Tatapan matanya terhenti pada sebuah tonjolan di kulit bagian dalam pohon itu, tertutup lumut tebal.

Ada getaran energi yang sangat halus, nyaris tak terasa, yang beresonansi dengan dark dimentional di dalam inti tubuhnya.

Lu Changzu membersihkan lumut itu.

Di sana, tertanam setengah di dalam kayu yang membatu, itu adalah sebuah benda.

Sebuah gelang giok hijau tua. Warnanya hampir hitam. Motifnya adalah seekor ular yang memakan ekornya sendiri—Ouroboros.

Lu Changzu mencungkilnya keluar.

Benda itu dingin. Sangat dingin.

Dia mengangkatnya ke arah cahaya redup hutan. Dengan penglihatan yang ditingkatkan, dia menyadari sesuatu yang membuat napasnya tercekat.

Permukaan gelang itu tidak halus.

Itu penuh dengan ukiran. Jutaan, mungkin miliaran, rune mikroskopis terukir di setiap mikron permukaan gelang itu. Rune-rune itu begitu kecil dan padat hingga tampak seperti tekstur alami giok.

"Ini..." Lu Changzu menelan ludah. "Ini bukan perhiasan. Ini sebuah buku berbentuk gelang."

Rasa ingin tahu, sifat dasar di dalam dirinya, mengambil alih.

"Mari kita lihat sedikit."

Dia mengalirkan sedikit energi jiwanya ke dalam gelang itu, mencoba membaca rune mikroskopis tersebut.

Namun itu adalah kesalahan.

Begitu kesadarannya menyentuh rune pertama, rasanya seperti mencolokkan otak ke gardu listrik bertegangan tinggi.

Suara jeritan ribuan jiwa di dalam rune pertama terdengar di kepalanya. Informasi yang kacau, gelap, dan purba membanjiri saraf optiknya.

Itu bukan bahasa manusia. Itu bahasa kegelapan murni.

Dark dimention di dalam inti tubuhnya—tiba-tiba bereaksi agresif. Ia tidak menyukai "tamu" asing ini. Energi hitam itu menyerang balik koneksi jiwa yang dibuat Lu Changzu, mencoba melahap informasi dari gelang itu.

Bentrokan dua kekuatan gelap itu terjadi di dalam kepala Lu Changzu.

"GAAH!"

Lu Changzu jatuh berlutut. Kepalanya serasa akan pecah. Darah mengalir dari hidung dan telinganya.

"Hentikan! Putuskan koneksi!" perintah otaknya.

Dia menarik kembali kesadarannya dengan paksa.

"HOEEEK!"

Dia memuntahkan seteguk darah. Tapi itu bukan darah merah biasa. Darah itu berwarna hitam pekat, bercampur dengan serpihan kristal es biru—sisa-sisa terakhir dari dampak serangan balik Lin Yuwen yang masih tertinggal di sistemnya, kini dipaksa keluar oleh tekanan gelang itu.

Lu Changzu terengah-engah, menyeka mulutnya yang berdarah. Tangannya gemetar saat memegang gelang itu.

"Berbahaya," desisnya, menatap gelang ular itu dengan campuran ketakutan dan ketakjuban. "Benda ini... berisi jutaan teknik mental. Pengetahuan tentang alkimia, formasi, rune, boneka... tapi semuanya terkunci di balik dinding enkripsi yang bisa melelehkan otakku jika aku memaksanya sekarang."

Dia merasakan sensasi aneh. Meskipun dia terluka, jiwanya terasa... lebih ringan. Bentrokan tadi secara tidak sengaja telah membersihkan sisa kotoran "Es" Lin Yuwen dari jiwanya.

"Efek samping yang menguntungkan," Lu Changzu menyeringai, giginya merah bekas darah. "Pembersihan tubuh secara paksa."

Dia menyimpan gelang itu ke dalam cincin penyimpanannya, di sudut terdalam, terpisah dari barang lain. "Gelang ini proyek jangka panjang. Aku akan memecahkan rune dan formasi perlahan saat enerhi mentalku sudah cukup kuat."

Lu Changzu berdiri, meminum sebotol Pil Pemulih Darah untuk menstabilkan kondisinya.

Tiba-tiba, telinganya yang tajam menangkap suara langkah kaki.

Banyak langkah kaki.

Dia segera melompat, tubuhnya memasuki bayangan di balik dahan pohon raksasa. Dia menekan auranya hingga titik nol, menjadi hantu di antara dedaunan.

Di bawahnya, di jalan setapak hutan, dua kelompok muncul dari arah berlawanan.

Kelompok pertama datang dari arah utara. Sepuluh orang. Mereka mengenakan jubah dengan bordir naga merah di lengan—simbol faksi Zhao Yun.

Kultivasi mereka rata-rata: Body Tempering Tahap 3 Awal hingga Akhir. Mereka tampak lelah, membawa keranjang-keranjang berisi tanaman obat dan beberapa bangkai binatang.

"Sial, kenapa kita harus lewat jalan memutar ini?" keluh salah satu dari mereka. "Tuan Zhao sedang dalam suasana hati yang buruk sejak kejadian Celah Sempit. Jika kita terlambat membawa bahan obat ini, dia mungkin akan menjadikan kita umpan tanaman karnivoranya."

Kelompok kedua muncul dari balik semak di selatan. Sebelas orang. Jubah mereka memiliki aksen biru petir—faksi Zuan Feng.

Aura mereka tegang. Sejak kematian Zuan Ann, faksi Zuan Feng menjadi paranoid dan haus darah.

Kedua kelompok itu berhenti saat saling melihat. Jarak mereka hanya dua puluh meter.

Keheningan yang canggung dan berbahaya turun. Tangan-tangan bergerak ke gagang senjata.

"Anjing-anjing Zhao Yun," ludah pemimpin kelompok Zuan Feng, seorang pria dengan bekas luka bakar di pipi.

"Tikus-tikus Zuan Feng," balas pemimpin kelompok Zhao Yun.

Namun, tidak ada yang mencabut pedang.

"Kami sedang membawa misi penting," kata pemimpin Zhao Yun, suaranya tegang. "Tuan Zhao tidak ingin ada gangguan."

"Sama," jawab pemimpin Zuan Feng kaku. "Tuan Zuan Feng butuh bijih ini segera."

Mereka saling melotot, perlahan bergerak mundur, mencoba menghindari konflik. Mereka tahu bahwa master mereka sedang "dalam masa kritis menerobos ranah besar mereka membutuhkan sumberdaya kultivasi yang besar" dan perang terbuka saat ini hanya akan merugikan kedua belah pihak. Mereka memilih gencatan senjata diam-diam.

Di atas pohon, Lu Changzu mengamati pemandangan itu dengan mata yang menyipit.

Dia melihat keranjang mereka.

Pasukan Zhao Yun membawa Akar Darah Mendidih—bahan vital untuk memulihkan vitalitas Zhao Yun yang mungkin terganggu emosinya.

Pasukan Zuan Feng membawa Bijih Besi Petir—bahan untuk memperbaiki formasi penyerapan.

"Mereka ingin berdamai?" batin Lu Changzu, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman yang sangat menyenangkan.

Otaknya mulai berputar cepat menyusun strategi gelap untuk mengambil panen fase kedua.

Zhao Yun dan Zuan Feng saat ini sedang dalam posisi Cold War (Perang Dingin). Mereka saling membenci, tapi takut untuk menyerang karena kerugian di Celah Sempit. Keseimbangan ini membosankan.

"Keseimbangan merusak peluang," pikir Lu Changzu. "Jika mereka pulang dengan selamat membawa sumber daya itu, kedua tuan mereka akan menerobos lebih cepat. Itu berita buruk bagiku."

Dia melihat ke bawah, ke arah mayat serigala yang baru saja dia bedah. Lalu dia melihat ke arah kedua kelompok yang perlahan saling menjauh itu.

Sebuah ide gila, jahat, dan brilian muncul di benaknya.

"Panen kedua dimulai," bisiknya.

Dia tidak perlu melawan 21 orang itu. Itu bodoh dan melelahkan. Dia hanya perlu menjadi percikan api kecil gudang mesiu.

Lu Changzu mengeluarkan botol berisi darah asam serigala yang baru dia panen. Dia juga mengambil beberapa tulang tajam dari bangkai itu.

Dia bergerak diam-diam di atas kanopi pohon, mendahului posisi kelompok Zuan Feng yang sedang mundur.

Dia menggunakan kecepatannya untuk memutar, mendarat di semak-semak di sisi buta (blind spot) kelompok Zuan Feng.

Dia mengambil sepotong tulang serigala, melapisinya dengan darah asam, lalu membungkusnya dengan sisa kain merah yang dia robek dari mayat bawahan Zhao Yun di Celah Sempit dulu—barang bukti yang sengaja dia simpan.

Lu Changzu membidik.

Targetnya bukan pemimpinnya. Targetnya adalah anggota yang paling gugup di barisan belakang kelompok Zuan Feng.

WUSSH.

Tulang itu melesat tanpa suara, didorong oleh kekuatan otot Body Tempering Lu Changzu.

CLEB!

Tulang itu menancap tepat di leher anggota belakang itu.

"ARGHHH!"

Orang itu menjerit, memegangi lehernya. Darah asam serigala bereaksi, mendesis dan membakar kulitnya. Di sana, menancap jelas , tulang dengan sobekan kain merah khas faksi Zhao Yun.

"SERANGAN!" teriak anggota yang terluka itu sebelum jatuh kejang-kejang. "MEREKA MENYERANG! ITU KAIN MERAH ZHAO YUN!"

Pemimpin kelompok Zuan Feng berbalik, matanya membelalak melihat anak buahnya jatuh dengan "bukti" serangan musuh.

"BAJINGAN ZHAO YUN!" raungnya, paranoia akibat instruksi Zuan Feng yang gila mengambil alih logika. "MEREKA PURA-PURA MUNDUR UNTUK MENYERANG DARI BELAKANG! BUNUH MEREKA!"

Di sisi lain, kelompok Zhao Yun yang baru saja akan pergi, terkejut mendengar teriakan itu.

"Mereka menuduh kita menyerang?!" teriak pemimpin Zhao Yun. "Itu pasti taktik mereka! Mereka ingin alasan untuk membunuh kita dan merampas inti binatang obat Tuan Zhao! Pertahankan formasi! JANGAN BIARKAN MEREKA HIDUP!"

Dalam hitungan detik, gencatan senjata itu hancur.

"BUNUH!"

"MATI KAU ANJING!"

Kedua kelompok itu berbalik dan saling menerjang. Ledakan Qi, dentingan logam, dan teriakan kemarahan memenuhi hutan yang sunyi.

Di atas pohon, Lu Changzu duduk santai di dahan yang kokoh, kakinya berayun-ayun. Dia mengeluarkan sepotong daging dendeng dari cincin penyimpanannya dan mulai mengunyah.

Menekan bagian jantungnya , ia masih belum terbiasa melihat adegan pembunuhan langsung namun ia masih menonton pertempuran di bawah layaknya menonton pertunjukan teater. "Untuk mencapai tingkat tertinggi dari kultivasi iblis aku memang harus membuang sisi kemanusiaanku , sifat belas kasih dan rasa bersalah akan membunuhku."

Mata changzu berkaca meneteskan air mata sifat manusianya masih tertanam di dalam dirinya , mengingat sebuah kenangan indah bersama kedua orang tua nya dan adik laki lakinya.

"Maaf , aku harus hidup untuk kembali pulang" Changzu menghapus air matanya lalu mulai menonton dan mengamati.

Pertarungan di bawah berlangsung brutal. Karena level mereka setara, korban berjatuhan di kedua belah pihak dengan cepat.

Seorang bawahan Zuan Feng menebas lengan musuh, tapi kemudian ditusuk dari belakang.

Pemimpin Zhao Yun bertarung mati-matian melawan pemimpin Zuan Feng, keduanya saling bertukar luka fatal.

Lu Changzu menunggu dengan sabar. Dia menghitung setiap tetes darah yang tumpah sebagai sebuah peluang kemenangan.

Sepuluh menit kemudian.

Hutan itu kembali sunyi, kecuali suara mengerang dari mereka yang sekarat.

Dari 21 orang, hanya tersisa 3 orang yang masih berdiri, itu pun dengan luka parah dan napas tersengal-sengal.

Pemimpin Zuan Feng, yang kehilangan satu telinga, berdiri di atas mayat pemimpin Zhao Yun.

"Kita... menang..." desisnya, meludah darah. "Ambil... barang mereka..."

"Maaf para kakak senior , Sayang sekali , semua sumber daya ini milikku" sebuah suara memotong perayaan kecil itu.

Ketiga orang yang selamat itu menoleh dengan kaget.

Dari balik bayangan pohon, Lu Changzu melangkah keluar. Dia tidak menyembunyikan auranya lagi. Tekanan Body Tempering Tahap 1 Akhir yang padat dan berat, diperkuat oleh esensi logam, menekan mereka yang sudah di ujung tanduk.

Wajahnya dihiasi senyum ramah—jenis senyum yang diberikan pedagang kepada domba yang akan disembelih.

"Si... siapa kau?" tanya salah satu yang selamat dengan gemetar.

"Aku?" Lu Changzu mencabut pedang hitamnya perlahan. "Aku adik junior kalian dari sekte pemurnian iblis. Aku di sini untuk memeriksa hasil panenku."

"Kau... kau yang melempar tulang itu!" sadar pemimpin Zuan Feng, matanya membelalak ngeri.

"Tepat sekali senior , hahahah ," jawab Lu Changzu sambil tertawa.

WOOSH.

Lu Changzu bergerak.

Bagi tiga orang yang sudah sekarat itu, Lu Changzu adalah kilatan kematian. Pedang hitamnya menari dalam pola Kekacauan yang tidak bisa diprediksi.

Satu tebasan. Satu kepala melayang.

Tusukan kedua. Jantung tertembus.

Gerakan memutar. Leher pemimpin Zuan Feng tergorok rapi.

Tiga detik. Tiga mayat baru.

Lu Changzu mengibaskan darah dari pedangnya dengan satu sentakan pergelangan tangan.

Ia masih menahan mual , mencoba membiasakan diri sekali lagi , karena ini adalah pembunuhan pertamanya yang menggunakan tangannya sendiri.

Dia berdiri di tengah tumpukan 21 mayat baru. Di sekelilingnya berserakan keranjang berisi Akar Darah Mendidih dan Bijih Besi Petir. Ditambah 21 cincin penyimpanan berisi kekayaan pribadi mereka.

Ini bukan sekadar panen. Ini adalah perampokan besar-besaran.

"Zhao Yun dan Zuan Feng tidak akan mendapatkan bahan kultivasinya," gumam Lu Changzu sambil mulai memunguti harta itu dengan efisiensi yang menakutkan.

"Kekuatan mereka akan stagnan untuk saat ini. Sementara aku..."

Dia melihat tumpukan sumber daya yang kini menjadi miliknya.

"...Aku akan menggunakan sumber daya mereka untuk mengambil tahta mereka."

Lu Changzu tertawa kecil, tawa yang bergema di antara pepohonan hutan kematian. Dia memasukkan Daun Darah Petir (target misi aslinya yang kebetulan dia temukan di salah satu tas mayat) ke dalam saku.

"Misi selesai. Bonus didapatkan."

Lu changzu langsung membakar semua mayat tersebut lalu melemparkan darah beast serigala untuk memancing beast tingkat atas yang kelaparan untuk menghilangkan barang bukti.

Dengan jubah yang berkibar ditiup angin , Lu Changzu kembali masuk ke dalam bayangan hutan, meninggalkan misteri pembantaian lain yang akan membuat faksi murid inti Sekte Demon Refining semakin kacau.

Bersambung....

1
EGGY ARIYA WINANDA
🔥🔥🔥🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!