NovelToon NovelToon
LAURA "Ocean Blue Eyes"

LAURA "Ocean Blue Eyes"

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Mafia / Cintapertama
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: SabdaAhessa

Laura yang ingin mendapatkan kebebasan dalam hidupnya mengambil keputusan besar untuk kabur dari suami dan ibu kandungnya..

Namun keputusan itu membawa dirinya bertemu dengan seorang mafia yang penuh dengan obsesi.

Bagaimana kah kelanjutan kehidupan Laura setelah bertemu dengan sang mafia? Akankah hidupnya lebih atau malah semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dante Jatuh Sakit

Laura teringat sesuatu. Dia mendapatkan ponsel baru dari Sansa. Namun dia belum sempat membukanya karena sudah di sibukkan bekerja. Dia pun segera mencari ponsel itu. Mengeluarkannya dari dalam box dan segera menyalakannya.

Ternyata Sansa juga memberikan sim card baru untuk Laura, dia juga menuliskan nomor ponselnya disana. Sungguh, Sansa itu sangat detail dalam menyiapkan rencana.

Sambil menidurkan anaknya yang berada di gendongannya, Laura berusaha menelpon Sansa. Dia sangat merindukan sahabatnya itu. Laura menelpon berulang kali, namun belum ada jawaban. Hatinya sedikit gelisah, takut terjadi sesuatu pada Sansa disana.

Laura mencobanya lagi, beruntung kali ini panggilan telponnya di jawab. Wajah gusarnya kini berubah drastis, dia nampak senang sekali.

"Sansa?" Panggilnya.

"Laura.. Oh ya tuhan.. Aku sangat mengkhawatirkan mu! Mengapa kau tidak langsung menghubungi saat tiba disana?" Ucap Sansa yang terdengar khawatir.

"Maafkan aku, aku benar-benar sibuk disini. Aku juga baru ingat jika kau memberi ku ponsel." Ucap Laura.

"Syukurlah jika kau baik-baik saja disana. Apakau sudah bertemu dengan Bibi Hellena?"

"Ya, kita sudah bertemu saat aku baru sampai disini." Jawab Laura.

"Baiklah, aku akan menghubungi mu lagi nanti. Aku sedang berada di supermarket sekarang." Ucap Laura.

"Baiklah." Laura menutup panggilan telepon.

Biarpun sebentar, tapi dia merasa lega jika Sansa baik-baik saja di sana. Setidaknya mereka berdua saling bertukar kabar. Itu sudah cukup untuk saat ini.

Karena hari sudah malam, akhirnya Laura memutuskan untuk tidur, karena besok dia harus kembali bekerja. Dia sebenarnya tak menyukai pekerjaan ini, namun sebagai bentuk tanggung jawabnya, dia tetap melakukannya walau dengan berat hati.

Laura sebenarnya ingin menghabiskan hari--harinya dengan berkebun. Dia sudah membeli bermacam-macam bibit sayuran dan buah. Namun belum sempat menanamnya.

Saat menidurkan Dante di atas tempat tidur, Laura merasa tubuh anaknya itu sedikit hangat. Laura berpikir mungki hal itu wajar karena Dante masih beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Namun, saat pagi hari. Saat Laura sudah bersiap pergi bekerja. Dia di kejutkan dengan Bibi Hellena yang berlari kecil menghampiri dirinya dengan wajah yang panik.

"Nona Laura! Nona!!" Bibi Hellena mengatur nafas yang tersegal-segal.

"Ada apa, bi?"

"Tuan Muda Dante! Dia panas sekali, nona!"

Sontak Laura terkejut bukan main. Dia segera berlari menuju kamarnya. Memeriksa suhu tubuh anaknya. Benar. Suhu tubuh Dante ini panas sekali. Mungkin sudah sekitar 39° celcius. Karena bayi laki-laki itu juga terlihat sangat lemah sekarang.

Laura nampak panik, dia segera menyambar tas hitamnya yang ada di atas meja nakas. Lalu mengambil kunci mobil milik Bibi Hellena.

"Bibi, ayo kita bawa bawa ke rumah sakit!" Ucap Laura.

Bibi Hellena dengan cekatan langsung menggendong Dante di lengannya. Mereka segera masuk ke dalam mobil dan menuju ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Dante segera di tangani oleh para perawat yang bertugas di IGD.

Laura menunggunya dengan harap-harap cemas. Dia takut terjadi sesuatu pada anaknya. Karena dia sendirian di kota ini. Beruntung ada Bibi Hellena yang dia kenal sekarang. Menemaninya dengan setia.

Saat salah satu perawat itu selesai memeriksa keadaan Dante, dia berjalan menemui Laura. DIa menjelaskan keadaan kesahatan Dante yang ternyata tidak ada hal yang serius. Hanya panasnya tinggi sehingga harus di rawat di rumah sakit dulu untuk sementara waktu.

Laura sedikit lega mendengar itu. Dia juga setuju Dante di rawat di rumah sakit. Sedangkan Bibi Hellena harus kembali ke rumah untuk mengambil beberapa kebutuhan, karena mereka sebelumnya mereka memang tidak membawa apapun kecuali tas hitam selempang yang di pakai oleh Laura.

Setelah Dante mendapatkan kamar rawat dan tertidur pulas, barulah Laura teringat sesuatu. Dia belum memberi tau Aaron dan Fred jika hari ini tidak bisa datang untuk bekerja.

Laura segera mencari ponselnya, tapi dia lupa kalau dia tidak menyimpan nomor Aaron dan kartu nama itu sudah dia berikan ke resepsionis kemarin.

Dia merasa frustasi kali ini. Kenapa ada saja masalah dalam hidupnya. Tak ada pilihan. Jadi dia memutuskan untuk menerima resikonya. Pikirkan nanti saja. Yang penting kesehatan Dante yang utama. Pikirnya.

Dia memandangi anaknya itu. Wajah yang mirip dengannya, serta mata biru seperti lautan itu sangat indah. Sangat persis dengan miliknya. Dalam hati kecilnya, dia sedikit merasa bersalah pada Dante, karena pilihannya kabur dari rumah membuat Dante harus beradaptasi lagi dengan lingkungan hingga jatuh sakit.

Laura menciumi tangan Dante berulang kali, menangis disana tanpa suara. Tanpa teman. Tanpa keluarga. Tanpa kerabat yang menemani. Hanya ada dirinya dan anaknya.

Lalu, dia mendengar seseorang mengetuk pintu kamar rawat. Laura segera menghapus air matanya. Walaupun mata itu tidak bisa berbohong. Masih bengkak dan merah karena menangis.

Saat Laura membuka pintu, betapa terkejutnya dia melihat Aaron dan Fred berdiri di depan pintu. Menatapnya tajam seakan mereka menemukan tawanannya selama ini.

"Tuan Aaron?" Ucapnya takut-takut.

Aaron tak bergeming. Masih memandang Laura lekat-lekat. Memandangi mata indahnya yang bengkak karena menangis. Hatinya ingin menghapus air mata itu. Namun pikirannya menolak. Membuat dirinya hanya bisa mematung di tempat.

"Tuan.. Saya.. Saya tidak bermaksud kabur dari tanggung jawab, hanya saja anak saya sedang sakit." Laura mencoba menjelaskan.

"Kenapa kau tidak menelpon ku?" Tanya Aaron.

"Saya tidak punya nomor tuan, jadi.."

"Fred, berikan padanya!" Sela Aaron saat Laura belum selesai bicara.

Lalu Fred memberikan sebuah ponsel pada Laura. Berwarna biru muda. Warna kesukaan Laura. Sedangkan Laura ragu-ragu saat akan menerimanya.

"Tapi saya sudah ada ponsel, tuan." Ucapnya memandang Aaron.

"Saya ingin bertemu dengan Dante." Ucap Aaron memandang ke dalam kamar rawat Dante. Dia tak menghiraukan ucapan Laura.

Seketika Laura di buat terkejut lagi. Bagaimana Aaron bisa mengetahui nama anaknya? Bukankah mereka baru bertemu? Bahkan Laura belum menjelaskan siapa dirinya pada Aaron. Namun Aaron sudah tau cukup banyak. Dari warna kesukaan Laura dan nama anaknya. Laura merasa Aaron bukanlah sekedar seorang pembisnis, pasti dia lebih dari itu. Karena pria ini nampaknya punya power yang besar dan kuat.

Laura yang tak punya alasan untuk melarang Aaron bertemu dengan Dante pun mempersilahkan masuk. Aaron masuk bersama Fred yang setia membuntutinya.

"Dia sedang tidur, tuan." Ucap Laura saat melihat Aaron berdiri di dekat tempat tidur Dante.

"Kau tidak ingin memindahkannya ke ruang VVIP?" Tanya Aaron.

Laura menggeleng. Dia sudah memikirkan hal itu sebelumnya. Karena selama ini mereka memang selalu mendapat fasilitas mewah. Namun, dengan keadaan Laura sekarang. Dia harus berbesar hati jika Dante hanya bisa di rawat di kamar reguler seperti ini.

"Biar aku yang membayar semua tagihannya." Ucap Aaron sambil memegang tangan Dante yang di pasang infus.

"Tidak perlu, tuan."

"Kau menolak ku? Ini bukan penawaran!"

"Tapi dia anak saya, biar saya yang ambil keputusan!" Ucap Laura dengan tegas.

Selama ini hidupnya selalu berada di bayang-bayang ibu dan suaminya. Tapi Laura sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan pernah menjadi budak siapapun dan dimana pun. Dia ingin merdeka untuk dirinya sendiri. Untuk anaknya.

Aaron memandangnya. Menatap mata biru laut itu. Lagi-lagi dia kalah saat menatap mata wanita itu. Aaron kembali membuang wajah ke sembarang arah. Tak mampu bergeming lagi. Dia memilih untuk menghargai keputusan Laura dan tak memaksanya.

Bersambung...

.

.

1
Adi Putra
🔥🔥🔥
mahessa
udah terlambat
Riska Rosiana
bunuh aja tuuu
Riska Rosiana
apa ben pelakunya?
Olivia
🔥🔥🔥🔥🔥
Adi Putra
to the point amatt
Adi Putra
mulai panas ini dirty novel🤣
Olivia
when mama ketemu papa mu nak, guru nabrak mobil e sek🤣
Adi Putra
karakter ben baru muncul
mahessa
trap laura
mahessa
karya baru gudu lebih membakar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!