NovelToon NovelToon
SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Takdir yang tak bisa dielakkan, Khanza dengan ikhlas menikah dengan pria yang menodai dirinya. Dia berharap, pria itu akan berubah, terus bertahan karena ada wanita tua yang begitu dia kasihani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menikahi Khanza.

Ijah kembali ke rumahnya dengan hati yang sedih. Ingin sekali dia membawa Tanan untuk pulang. Namun, mau bagaimana lagi jika Tanan harus tetap berada di sana dan menjalani masa tahanannya sampai selesai.

“Assalamualaikum!” seru seseorang dari luar saat Ijah baru saja selesai shalat Ashar.

“Waalaikum salam!” Ijah segera menutup Al-Qur’an dan segera melipat mukenanya. Dia setengah berlari sambil menggelung rambutnya menuju ke arah depan.

Pintu dia buka, tampak Mira, Bagas, dan seorang gadis muda datang ke rumahnya. Membuat Ijah tidak menyangka akan kehadiran dari keluarga kecil itu.

“Kak Ijah,” sapa Mira dengan senyuman di bibirnya.

“Mira, Pak Bagas, Neng. Mari masuk.” Ijah mempersilakan.

“Terima kasih, Kak Ijah.”

Ketiga orang itu masuk ke dalam, duduk di kursi usang yang ada di ruangan tersebut. Ijah bingung, apa hal gerangan ketiga orang ini datang bertamu ke rumahnya.

Ditatapnya Mira dah Bagas. Mira tampak gelisah, Bagas masih tenang, dan Khanza, wanita muda itu menunduk. Ijah merasa senang melihat Khanza yang sangat cantik, pemilik bola mata jernih nan teduh, hidungnya mancung dan runcing bak perosotan. Dia juga memiliki bibir mungil dan tampak berisi.

“Sebentar, saya ambilkan air.” Ijah pamit.

“Eh, Kak Ijah, Nggak perlu, kami di sini cuma sebentar. Jangan repot-repot,” tolak Mira.

“Ah, nggak repot, cuma air putih saja.”

Ijah pergi ke dapur, nyatanya yang dia bawa bukan hanya air putih, tapi teh hangat dan cemilan seadanya yang bisa dia temukan di dapur.

Ijah sudah menyimpan makanan tersebut di atas meja dan duduk di depan mereka dengan perasaan yang tidak menentu.

“Ada apa, ya?” tanya Ijah akhirnya.

Mira duduk dan tampak tidak nyaman jika dilihat oleh Ijah, juga dengan Khanza yang hanya menunduk saja.

Bagas menatap sang istri yang hanya diam, sudah dia duga jika Mira akan sulit untuk berbicara.

“Jadi begini, Kak Ijah. Kedatangan kami kemari untuk menyampaikan sebuah maksud.”

Ijah menjadi tidak nyaman, dia merasa takut saat ini mendengar kalimat dari Bagas yang masih belum sempurna.

Bagas menarik napasnya dan mengembuskannya. “Putri kami, Khanza Safira tengah dinyatakan mengandung oleh dokter. Kami sudah memeriksanya.” Bagas mengeluarkan sesuatu dari dalam saku kemejanya dan menyimpannya di atas meja.

Ijah terkejut mendengar berita itu. Dia menatap amplop putih yang ada di hadapannya dengan tidak percaya. Bukan tidak mungkin jika itu terjadi, dia tidak bisa mengelak karena ulah putranya yang telah menodai gadis itu.

“Kedatangan kami ke sini untuk meminta pertanggung jawaban Tanan untuk Khanza.”

“Tapi anak saya sedang dipenjara.” Bukan pengelakan, tapi Ijah kini menjadi bingung dengan apa yang harus dia lakukan.

“Tidak apa-apa, soal dipenjara kan nanti Tanan bisa keluar, kami ingin anak yang dikandung Khanza memiliki status yang jelas,” ujar Bagas.

“Maksudnya menikah?” tanya Ijah.

Bagas menganggukkan kepalanya. “Iya, Kak Ijah. Kami ingin Tanan bertanggung jawab dengan menikahi Khanza. Kami tau, Kak Ijah pasti bisa memutuskan yang terbaik dan tidak akan mengecewakan kami, ini demi anak yang sudah ada di dalam rahim Khanza, tidak mungkin kita menggugurkan bayi tidak berdosa 'kan?” ucap Bagas.

Ijah tentu saja akan melakukan yang terbaik dan membuat Tanan bertanggung jawab dengan gadis ini. Apalagi di dalam perut Khanza ada janin calon cucunya.

Ijah mengambil amplop putih dengan tulisan sebuah rumah sakit ternama di kota itu, dari dalamnya Ijah mengeluarkan foto hasil USG yang Ijah tidak mengerti apa yang tergambar di sana, hanya terlihat satu titik yang dia yakini jika itu adalah sebuah janin.

Mira dan Bagas menatap Ijah, tapi tidak dengan Khanza yang masih menundukkan kepalanya. Masa depannya kini sudah hancur, dia sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi jika sudah seperti ini kejadiannya.

Akan menikah dengan seseorang yang ada di dalam penjara, pria yang berperangai buruk yang tidak pernah ia kenali sebelumnya, sungguh malang.

“Baik, saya mengerti. Saya akan menyuruh Tanan untuk bertanggung jawab. Bagaimana pun juga Tanan sudah salah dan kami tidak bisa lari dari tanggung jawab,” ucap Ijah membuat Mira dan Bagas menghela napasnya dengan lega.

Keesokan harinya, Ijah kembali lagi ke penjara dan menemui Tanan. Tanan pun sama terkejutnya saat sang ibu mengatakan maksud dan tujuannya datang kemari. Tanan merasa frustrasi melihat hasil USG milik Khanza.

“Tanan, Anakku. Kamu sudah benar membayar kesalahan kamu di sini, tapi ada satu hal lain yang harus kamu lakukan juga sekarang ini. Kamu mau kan, Nak? Ada seseorang yang sangat membutuhkan kamu di sana, Kamu harus tanggung jawab dengan Khanza yang sedang mengandung anak kamu,” ucap Ijah tak henti mengusap air matanya dengan ujung selendang yang dia pakai.

Tanan terdiam, dia tidak menolak perintah sang ibu kini. Sudah cukup dirinya menjadi anak pembangkang yang selalu membuat sang ibu menangis dan sedih.

Setelah beberapa hari kemudian, Ijah dibantu oleh Mira dan Bagas menyelesaikan beberapa surat-surat yang dibutuhkan oleh Tanan. Di Masjid At-Taubah di lapas Jakarta Selatan, akhirnya Tanan akan bertemu dengan keluarga Mira untuk melakukan proses ijab qabul yang akan dilaksanakan pada jam sepuluh pagi ini.

Ijah bersama dengan Tanan di sebuah ruangan, menunggu keluarga Mira datang yang ditemani oleh dua orang berpakaian coklat. Ijah menatap sang anak yang duduk dengan termenung, didekatinya Tanan dan duduk di samping sang putra yang hanya memakai kemeja putih dan celana hitam lengkap dengan peci yang Ijah baru beli beberapa hari yang lalu.

"Kamu nggak apa-apa kan?” tanya Ijah sambil megusap pipi sang putra yang sangat tirus.

“Nggak apa-apa, Bu. Maaf ya, Tanan belum bisa bahagiakan Ibu, malah bikin susah Ibu terus,” ujar pemuda itu, di tangannya memegang sebuah cincin sederhana untuk mas kawin Tanan.

“Nggak apa-apa. Kamu kan masih tanggung jawab Ibu.”

Tanan menunduk dan bersimpuh di pangkuan sang ibu, menangis tanpa bisa berkata apa-apa lagi. Tangan Ijah yang kurus mengusap punggung Tanan dengan lembut, satu tangannya yang lain mengusap sudut matanya yang mengalir.

Seseorang datang mendekat dan memberitahu jika keluarga Mira sudah datang. Ijah menyuruh sang putra untuk segera bersiap menemui mereka.

“Calon istrimu sudah datang. Ayo!”

Kedua orang ibu dan anak itu pergi ke dalam masjid dan menemui keluarga Mira.

Deg! Ini secara jelas Tanan melihat calon istrinya, tapi hanya sekilas, karena wanita itu segera merunduk, begitu pula Tanan. Malam itu, kejadian itu, Tanan tidak bisa melihat dengan jelas dan mengingat kebrutalan seperti apa yang dia lakukan pada gadis cantik ini.

Calon istrinya sangat cantik!

Tanan menunduk malu atas perbuatannya yang telah merusak masa depan seorang gadis cantik nan terlihat lembut itu, dia yang akan dinikahi dan akan menghabiskan waktunya bersama dengan Tanan hingga kemudian hari. Tanan sangat malu dan tidak berani mengangkat kepalanya lagi setelah melirik sekilas, sehingga yang dia lihat hanya rok panjang putih yang menutupi kaki.

Dua mempelai itu duduk di depan sebuah meja kecil, seorang penghulu telah dihadirkan untuk acara ini dan saksi. Acara ijab Qabul dilakukan dengan sederhana, hanya dihadiri keluarga inti dari keluarga Mira. Pak RT dan salah satu tetangga Ijah datang selaku saksi untuk Tanan serta dua orang empat orang polisi.

“Sah!” Penghulu menyatakan pernikahan itu dan disambut bahagia juga haru oleh orang-orang yang ada di sana terutama Mira dan Ijah. Dua wanita itu menangis dalam diam dan saling berpegangan tangan.

Seharusnya sebuah pernikahan menjadi sesuatu yang sangat membahagiakan untuk mereka, tapi kali ini jauh dari kata bahagia.

Setelah proses ijab kabul selesai, Tanan harus kembali ke penjara.

1
Heny
Hadir
Rozh: terimakasih 🙏🏻🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!