NovelToon NovelToon
Daniel & Hana

Daniel & Hana

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Duda / Percintaan Konglomerat
Popularitas:881
Nilai: 5
Nama Author: Arashka

Welcome to the sequel of You're Mine Brianna

Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Sebuah Hadiah

Daniel bangkit dari duduknya kemudian ia berjalan menuruni anak tangga satu per satu dengan perlahan. Ia berpapasan dengan Semyon yang diikuti oleh Hana. 

"Semyon, bereskan ruang kerjaku. Aku ingin semua kembali seperti sediakala."

"Baik Tuan." Semyon segera melangkahkan kakinya menaiki tangga diikuti oleh Hana.

Daniel mencengkram tangan Hana serta menariknya menuju sebuah kamar yang berada di lantai bawah. "Kau ikut aku sekarang!" 

Tak ada waktu penolakan karena gerakan Daniel begitu cepat. Hana meringis saat ia ditarik paksa oleh Daniel. Kakinya terasa sangat sakit namun ia tak bisa menghentikan langkahnya. Saat mereka sampai di dalam sebuah kamar, Daniel menutup pintu dengan cara membantingnya kemudian mencengkram bahu Hana dengan keras. 

"Bukankah aku sudah mengatakannya padamu semalam?!" teriak Daniel tepat di depan wajah Hana. 

Hana tersentak, tubuhnya selangkah mundur ke belakang. Keningnya berkerut seolah tak memahami situasinya. 

"Apa maksudmu?" 

"Kau bodoh? Jangan pernah memakai pakaian ini lagi sialan!" Daniel melepas paksa pakaian khas pelayan yang dikenakan oleh Hana hingga semua kancing di bagian depan terlepas dan menampilkan dua gundukan yang terhalang oleh dua kacamata berbusa penutup benda kenyal tersebut. 

Mata Hana terbelalak lalu menampar pipi Daniel dengan kencang. 

"Apa yang kau lakukan bajingan?!" Teriak Hana dengan suara yang bergetar. 

Seolah ditarik paksa dari sebuah lamunan, Daniel terdiam. Ia menatap Hana dengan penuh rasa bersalah. Tak seharusnya ia memperlakukan Hana dengan kasar seperti ini, apalagi ia sampai merobek pakaiannya. Daniel mengacak rambutnya frustasi. Ekspresi di wajahnya tak terbaca, tapi Hana bisa mengetahuinya bahwa ada kekecewaan di sana yang tak bisa di ceritakan. 

"Sorry, Hana. I'm so sorry.." Daniel memeluk Hana dengan erat hingga membuat Hana terdorong ke belakang dan duduk di atas ranjang. 

Hana terdiam dan tak tahu harus melakukan apa. Perlahan pelukan itu melonggar kemudian kedua tangan Daniel turun ke bawah menggenggam kedua tangan Hana. Gerakan itu diikuti dengan tubuhnya, Daniel berlutut dengan kedua tangan yang bertumpu di paha Hana. Kepalanya menunduk hingga terdengar sebuah isakan kecil. 

Hana memperhatikan dengan seksama semua pergerakan hingga ekspresi Daniel yang berubah begitu cepat. Dalam otak dan hati Hana penuh dengan berbagai macam pertanyaan. 

'Apa yang sebenarnya terjadi tadi hingga membuat seorang Daniel rapuh seperti ini?' gumam Hana dalam hatinya. 

Hana yakin ini bukan hanya sekedar masalah pakaian sialan ini. Pasti ada sesuatu yang lebih besar. Otak Hana terus berputar mencari beberapa opsi permasalahan yang mungkin cocok dengan situasi saat ini. 

Bahu pria itu bergetar hebat, genggaman di tangannya semakin kencang seolah ia butuh seseorang untuk menguatkan. Perlahan Hana melepaskan salah satu tangannya, kemudian ia mengelus puncak kepala Daniel dengan sangat lembut. 

"Ssshhh.. it's okay.." ujar Hana menenangkan. 

Tapi, bukannya mereda tangis itu sepertinya semakin kencang meski tak terdengar. Dan tanpa sadar, Daniel sedikit beranjak kemudian memeluk tubuh Hana. Ia membenamkan wajahnya di perut Hana yang rata. Daniel, seorang pemimpin mafia klan Bratva, menangis tersedu-sedu di sana. 

"Semua orang pernah merasakan kecewa, Daniel." ujar Hana sembari terus mengelus puncak kepala Daniel. "Bebanmu terlalu banyak kau tanggung sendirian." Hana menepuk-nepuk punggung pria itu. 

'Ia butuh di kuatkan.' gumam Hana.

Perlahan Hana mulai memahami bagaimana kehidupan Daniel. Ia seorang pemimpin klan Bratva dengan hidup yang seolah sambil berjalan di atas kaca. Ia harus selalu berhati-hati dalam melangkah. Siapapun, kapanpun dan apapun bisa saja membuat kaca itu pecah dan melukai siapa saja yang berjalan di atasnya. 

Daniel diam tak bersuara, tapi perlahan tangis itu mulai mereda. Wajah tampan itu terangkat lalu menatap wajah Hana yang sedikit berada di atasnya. Lama mereka saling menatap kemudian pandangan Daniel turun ke buah dada Hana yang masih terekspose. Ada rasa ingin segera mencium bahkan melumat nippl*nya, tapi Daniel memilih untuk melepas kemejanya yang sedang ia gunakan kemudian ia memakaikannya di tubuh Hana guna menutup dua aset berharga tersebut. 

"Terimakasih dan maaf, Hana." Ujar Daniel setelah ia selesai menutup benda kenyal nan menggoda itu.

"Heem.." jawab Hana tersenyum kikuk. Lalu mengusap sisa air mata yang berada di pipi Daniel. 

"Kembalilah ke kamar dan ganti pakaianmu. Semyon sudah menyiapkannya untukmu." 

Daniel beranjak lalu meninggalkan Hana keluar dari kamar dalam keadaan shirtless dan menampilkan punggungnya yang dipenuhi dengan tato. Hana memperhatikan tubuh tegap itu menghilang dari pandangannya.

*** 

"Astaga.." Pekik Hana saat melihat ruang kerja Daniel yang kemarin ia rapikan bersama Semyon berada dalam keadaan berantakan serta ada beberapa bekas tembakan di dinding serta di tempat yang lainnya. 

"Apa yang sebenarnya terjadi, Semyon?" Tanya Hana pada Semyon yang juga tak kalah terkejutnya saat pertama kali melihat pemandangan tersebut. 

"Pria yang tadi datang kemari ternyata itu adalah anak lain dari Tuan Dimtri." jawab Semyon dengan jujur. Biasanya pria tua itu akan mengomel kepada pelayan yang terlalu banyak ingin mengetahui semua apa yang terjadi di mansion ini. Tapi kepada Hana, Semyon berbeda. Ia mengetahui Tuannya ini memiliki sesuatu yang tak biasa terhadap Hana. Semyon tak mungkin bersikap kurang ajar terhadap seseorang yang bahkan dilindungi oleh Tuannya sendiri. 

"Dimitri? Dimitri Leonardo Smirnov?" 

"Kau mengenalnya?" 

"Ya aku tahu, ia mertua dari sahabatku, Brianna." jawab Hana. 

"Oh God, aku yakin Tuan membawamu kemari bukan tanpa alasan. Tuhan pasti sudah mentakdirkan semuanya." sahut Semyon. 

Hana tersenyum simpul. Kini Hana benar-benar paham dari mana rasa kekecewaan Daniel itu berasal hingga membuatnya menangis seperti tadi. Pria itu pasti kecewa terhadap ayahnya. 

"Kau tidak perlu melakukan apapun, Hana. Aku sudah meminta beberapa pelayan untuk mengepel lantai serta merapikan semuanya." 

"Lalu bagaimana dengan yang lainnya?" tanya Hana. 

"Aku sudah menghubungi seseorang untuk mengganti beberapa properti yang rusak." jawab Semyon lagi. 

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" 

"Diam dan beristirahatlah di kamar, Hana. Jangan terlalu banyak menggerakkan kakimu." 

"Tapi.."

"Tuan tidak akan menghukum mu. Percayalah.." 

"Hmm baiklah.." 

Akhirnya mau tak mau, Hana kembali menuju kamarnya dan memilih untuk tidur saja.

*** 

Satu minggu sudah Hana berada di mansion itu, dan selama itu pula ia tidak bisa menghubungi putranya. Semakin lama rasa rindu itu semakin terasa menyesakkan. Hana bahkan tidak bisa melihat fotonya, ia benar-benar tersiksa. 

Setiap hari sebelum terlelap selalu ia habiskan dengan mengingat dan menangisi Liam. Seperti saat ini, Hana tertidur pulas setelah ia puas menangis karena tak bisa menahan rindunya. Ia terlelap di atas bantal yang basah karena air matanya. Tapi seketika tidurnya sedikit terganggu karena mendengar pintunya terbuka dan menampilkan cahaya lampu dari luar dan itu menembus matanya meski ia sedang terpejam karena ia membiarkan kamarnya dalam keadaan gelap. 

"Hei.." bisik seorang pria di sampingnya. 

Hana berusaha untuk menyesuaikan pandangannya yang masih terasa buram. 

"Daniel?" sahut Hana dengan suaranya yang parau. Ia terkejut melihat Daniel, pasalnya sudah beberapa hari ia tak melihat Daniel di mansion. Semyon mengatakan bahwa Daniel sedang mengurus kedatangan narkotika jenis baru di pelabuhan.

"Bagaimana kakimu?" 

"Heem sudah baikan."

"Untukmu.." Daniel memberikan sebuah ponsel baru kepada Hana. 

Hana terkejut dan segera mengubah posisinya menjadi duduk. Ia tersenyum lebar lalu memeluk Daniel. 

"Terimakasih... Terimakasih Daniel." ujarnya dengan sangat gembira. 

Hana menyalakan ponsel tersebut dan menampilkan foto Liam yang sedang tertawa. Dada Hana tiba-tiba saja berdenyut, matanya terasa mulai memanas hingga beberapa detik kemudian tangis itu kembali. Ia menangis sembari mencium wajah Liam yang terpampang dengan jelas di layar ponsel tersebut.

"I miss you so much.." ucap Hana berbisik.

Daniel terdiam dan tersentuh melihat reaksi Hana yang begitu mencintai Liam. Seketika terbesit dalam pikirannya, pria mana yang tak bertanggung jawab melakukan hal ini pada Hana. Meninggalkan wanita cantik serta anak laki-laki yang tampan. 

"Daniel, kau dapat dari mana foto ini?" tanya Hana baru teringat akan hal tersebut. 

"Aku mengirim seseorang untuk datang ke rumahmu secara diam-diam dan memotretnya. Maafkan aku.." jawab Daniel merasa bersalah.

Dengan cepat Hana menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Terimakasih Daniel, kau sangat baik." ucap Hana memujinya. 

"Berarti aku sudah tidak menyebalkan seperti dulu?" tanya Daniel dan membuat Hana tertawa. 

Ia ingat bagaimana dulu saat pertemuan pertama mereka. Hana sering sekali mengumpat kepada Daniel. Menyebutnya pria brengsek, bajingan dan menyebalkan. 

TBC

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!