NovelToon NovelToon
Blind Girl And Cold Mafia

Blind Girl And Cold Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Roman-Angst Mafia
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.

Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.

Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Drama Sean

Sean mendekati Intan, dan Intan merasakan kehangatan tubuh Sean yang dia pikir itu adalah Julian di dekatnya. Intan mendongak, seolah tahu persis di mana tatapan Sean tertuju padanya.

"Kalau begitu, biarkan aku bersikap bodoh hari ini saja!" Ucap suara elektronik.

Sean menyentuh wajah Intan dan menciumnya, tapi kali ini Intan membalas ciumannya itu. Sean menyentuh lengan Intan dan menggeser tangannya ke leher Intan dan Sean memperdalam ciumannya hingga Intan terengah-engah. Ketika Intan melepaskan diri dari bibirnya untuk mengatur napas, Sean menciumnya lagi.

"Hmmm... tunggu!" Ucap Intan.

Sean akhirnya berhenti, keduanya terengah-engah.

"Jika Sean menangkap kita di sini, dia akan membunuh kita." Ucap Intan.

Sean tak dapat menahan tawanya.

'Bagaimana mungkin aku memergoki mereka di sini jika akulah yang menciumnya?' ucap Sean dalam hati.

"Kau harus pergi sekarang." Ucap Intan.

Intan mulai mendorong Sean, yang dia pikir adalah Julian ke arah pintu, dan begitu dia berada di luar pintu, dia berkata,

"Hati-hati, jangan datang ke sini tengah malam begini. Selamat malam." Ucap Intan.

Intan lalu menutup dan mengunci pintu, dan ketika Sean mendengarnya, dia menyadari apa yang baru saja terjadi. Kunci duplikatnya ada di meja dapur, dia meninggalkannya di sana ketika dia bergegas ke dapur untuk melihat apa yang terjadi.

Dia telah terkunci di luar rumahnya sendiri, dan jika dia mengetuk pintu sekarang, Intan akan tahu bahwa Sean-lah yang menciumnya, dan dia tidak ingin membuat Intan semakin marah padanya.

Dia bersandar di pintu dan menatap langit mendung, saat beberapa tetes hujan mulai jatuh, tapi itu pun tak mampu menghapus senyum dari wajahnya, cara lembut dan penuh perhatian yang Intan lakukan untuk melindunginya dari dirinya sendiri.

Di dalam, Intan menutupi wajahnya dengan tangan karena pipinya terasa panas.

'Bagaimana mungkin dia berkata seperti itu?' ucap Intan dalam hati.

Kilas balik ke beberapa menit yang lalu.

'Biarkan aku bersikap bodoh hanya untuk hari ini.'

Intan mengangkat tangannya di depannya dan berjalan menuju dapur. Dia tidak ingin mengganggu Bi Lila, tapi sekarang dia tidak punya pilihan lain. Dia membuka pintu kamar dan memanggil Bi Lila.

"Bi Lila..." Ucap Intan.

"Hmm, Non Intan? Ada apa?" Tanya Bi Lila.

"Bisakah Bi Lila membantu ku melakukan sesuatu?" Tanya Intan.

"Tentu saja, apa itu?" Tanya Bi Lila.

Bi Lila bangkit dan mereka pergi ke dapur. Bi Lila melihat pecahan kaca dan darah, lalu menoleh ke Intan.

"Apa Non Intan terluka? Tunjukkan pada saya." Ucap Bi Lila khawatir.

"Aku baik-baik saja, jangan khawatir." Balas Intan.

"Kalau Non Intan mau air, kenapa Non Intan tidak memanggil saya? Saya pasti akan mengambilkannya untuk Non Intan." Ucap Bi Lila.

"Maaf, aku hanya tidak ingin merepotkan." Balas Intan.

"Tidak apa-apa, saya hanya tidak ingin Non Intan terluka." Ucap Bi Lila.

Suara gemuruh menggema, menerangi seluruh ruangan. Bi Lila terkejut oleh kilatan cahaya, dan Intan terkejut oleh suara itu. Kemudian seseorang terdengar mengetuk pintu.

Tok tok...

"Siapakah orang yang datang pada saat seperti ini?" Tanya Bi Lila.

"Tidak Bi Lila, jangan dibuka." Ucap Intan gugup.

"Kenapa?" Tanya Bi Lila heran.

"Ah..."

Intan berusaha mencari alasan karena dia tidak bisa mengatakan kalau sekretaris Julian ada di sana saat itu, bisa saja Sean akan memecatnya atau lebih buruk lagi kalau dia tahu soal ciuman mereka.

"Sedang hujan dan ini masih fajar, bisa jadi itu ulah orang gila." Ucap Intan.

Intan langsung menutup mulutnya dengan tangannya. Intan tidak suka berbohong dan dia tidak ingin berbohong kepada Bi Lila, tapi dia juga tidak ingin menyakiti Sekretaris Julian.

"Jika Non Intan takut, tetaplah di sini, tapi hati-hati dengan kacanya. Oh ya, bagaimana Non Intan bisa membuat perban sempurna seperti itu sendirian?" Tanya Bi Lila seraya menatap kaki Intan.

Intan hanya diam.

"Baiklah, sebaiknya saya pergi dan melihat siapa yang ada di depan pintu." Ucap Bi Lila.

Intan tetap diam dan tampak semakin gugup.

"Non Intan kelihatan aneh sekali. Apa Non Intan baik-baik saja?" Tanya Bi Lila.

"Aku tahu, aku minta maaf Bi Lila." Jawab Intan.

"Tunggu disini." Titah Bi Lila.

Bi Lila lalu pergi ke pintu dan membukanya dan melihat bosnya, Sean, basah kuyup.

"Pak Sean? Masuklah, Anda basah kuyup dan menggigil. Saya akan membuatkan Anda teh." Ucap Bi Lila.

"Bi Lila? Siapa itu Bi Lila?" Tanya Intan gugup.

"Itu Pak Sean, dia basah kuyup." Jawab Bi Lila.

Ketika Intan mendengar hal itu, dia pergi ke sisi sofa dan mengambil selimut yang ada di sana dan membawanya ke Sean.

"Di sini panas sekali, lelaki seusiamu seharusnya lebih menjaga diri, keluar sampai jam segini tapi tetap saja kehujanan." Ucap Intan.

"Pria seusiaku? Memangnya kau pikir berapa umurku, Intan?" Tanya Sean dengan nada kesal.

"Maaf, aku tidak bermaksud kasar, ini lebih merupakan masalah, kau harus menjaga diri sendiri." Ucap Intan.

"Aku ingin kau memberi tahu aku, menurutmu berapa umurku?" Tanya Sean.

Bi Lila kembali dengan teh yang telah dia siapkan untuk bosnya.

"Lima puluh." Jawab Intan.

Sean mulai tertawa mendengar jawabannya, dan sesaat Intan berpikir bahwa senyum Sean pasti sangat indah mengingat bagaimana suaranya.

"Jadi kau pikir aku berusia 50 tahun dan kau masih setuju menikah ku?" Ucap Sean.

"Pak Sean tidak setua itu, dia..."

Sean memberi isyarat agar Bi Lila diam dan dia pun menurut.

"Jadi berapa umurmu?" Tanya Intan.

"Aku rasa itu tidak penting, tapi aku bisa katakan padamu bahwa aku belum berusia lima puluh." Jawab Sean.

"Kenapa kau selalu begitu penuh rahasia?" Ucap Intan.

"Kau sendiri, kenapa kau tidak percaya padaku?" Tanya Sean.

"Memangnya aku harus percaya padamu?" Tanya Intan.

"Aku bisa membuatmu percaya padaku." Jawab Sean.

Sean tidak ingin memberi tahu Intan kalau dia lah orang yang sudah menciumnya, karena Intan tidak percaya padanya dan akhirnya Intan akan menjauhinya. Tapi begitu dia berhasil mengubah cara pandang Intan, dia bisa menjelaskan semuanya pada Intan.

"Besok aku akan mulai dengan balas dendam yang kau inginkan." Ucap Sean lalu beranjak pergi.

Intan hanya terdiam. Berpikir apa yang akan dilakukan Sean untuk membalaskan dendamnya kepada keluarganya yang sudah menyakitinya selama ini.

Bi Lila pergi ke dapur meninggalkan Intan yang masih duduk sendirian di sofa ruang tamu untuk membersihkan pecahan kaca. Sementara Intan akhirnya meminum airnya dan kemudian setelah Bi Lila selesai membersihkan pecahan kaca di dapur, mereka berdua pergi ke kamar tidur. Suara hujan di jendela membuat semua orang di rumah tertidur dengan lelap.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!