Anna bukan janda, aku tahu semuanya
tapi aku tak bisa mengatakan itu padanya
aku takut dia justru akan pergi dari ku setelah tahu semuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shikacikiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Awal pertemuan mereka.
Rumah sakit, 11 tahun yang lalu.
"Dia masih muda, tapi sudah mengalami kecelakaan yang hebat"
Bisik salah seorang keluarga pasien di rumah sakit tempat Anna mendapatkan perawatan yang kakinya cidera saat latihan dance untuk perfom nya di kelulusan sekolah nanti.
Anna yang bosan terus berada di ruang VIP, keluar untuk berjalan-jalan, malah mendengar beberapa orang sedang membicarakan seorang pria yang ada di ICU.
"Aku mohon, selamatkan putra ku! " ucap Santi Widianti, ibu Abel pada dokter.
"Kami sudah lakukan apa yang perlu dilakukan, berdoalah, kulihat juga Abel pria yang kuat, tidak semudah itu dia tumbang" ucap Dokter Frans.
Dia pergi sambil menepuk bahu Roman dan Santi. Namun berhenti sejenak saat melihat Anna di sana.
"Hai sayang, kenapa keluar? Bosan ya? " tanya Frans pada Anna yang berdiri dekat ruang tunggu ICU.
"Hmm, papa mama ga ke sini, Kak Nila lahiran di rumah sakit lain" jawab Anna.
"Hahaha, kasihan sekali, ayo! om ajak kamu keliling rumah sakit sekalian om istirahat" ucap Frans.
"Benarkah? " Anna senang.
Anna duduk di kursi roda dan Frans pun dengan riang mengajaknya berkeliling dan mengenalkan pada semua orang.
"Siapa yanh mereka tangisi? " tanya Anna.
Frans mengangkat kedua alisnya, kemudian mengangguk.
"Ahhh, putra pemilik BTV, kecelakaan karena balapan" jawab Frans sambil menyantap burgernya.
"Ahhh, balapan? " Anna terkejut, dia sangat suka balapan mobil.
"Ya, dia pembalap, masih muda tapi mengalami kecelakaan cukup fatal, kurasa dia tidak akan bisa menyetir lagi nantinya" jawab Frans.
"Kenapa? " Anna merasa kasihan.
"Tulang rusuknya patah, dia tidak akan kuat duduk terlalu lama, meskipun sembuh, dia akan merasakan kesemutan yang menjalar ke seluruh tubuhnya jika memaksakan diri, dan berbahaya jika sampai ke jantungnya" jelas Frans.
Anna tercengang, Frans menertawakan kepolosan putri dari temannya itu.
"Kak Nila melahirkan anak kembar, laki-laki dan perempuan" ucap Frans.
"Ya.... "
Merekapun asik mengobrol hingga akhirnya Frans mengajak Anna kembali ke kamarnya.
"Istirahat, besok lakukan lagi X-ray, kita lihat apa kaki mu sudah cukup baik untuk menari lagi atau tidak" ucap Frans.
"Ok! " Anna mengedipkan sebelah matanya.
Namun, Anna yang nakal kembali keluar setelah Frans pergi. Dia mengintip ke ruang ICU penasaran dengan pria yang Dokter Frans bicarakan.
Anna masuk tanpa APD, dia membuka tirai dan melihat wajah Abel untuk pertama kalinya.
"Banyak sekali kabel! " gumam Anna melihat semua selang dan kabel yang menempel di tubuh Abel.
Anna meringis membayangkan bagaimana sakitnya rusuk patah, dan membandingkan dengan cideranya.
"Aku tahu pasti sangat sakit, tapi kau harus sembuh, pembalap itu sangat hebat aku menyukai pembalap, kau harus sembuh dan kembali balapan" bisik Anna.
Anna menyelipkan sapu tangannya di tangan Abel kemudian pergi kembali ke kamarnya.
Malam itu, Anna terlelap namun Abel terbangun dari koma nya. Roman dan Santi memutuskan untuk membawanya ke Singapura untuk menjalani perawatan di sana.
Anna tak pernah bertemu dengan Abel lagi sejak itu.
Satu tahun berselang, Anna hendak merayakan kelulusannya di bangku sekolah SMA, dia tengah bersiap untuk pergi ke kelulusan sekolah dengan kakak iparnya Nila Adimerta, juga bersama si kembar yang sudah berusia 1 tahun.
"Kak Galuh jemput Oma Opa di bandara, tapi kok belum sampai juga ya! " ucap Nila cemas.
"Mereka ga mungkin kan mau ngasih kejutan dengan beli kado dulu" ucap Anna seraya mendekati dan menunjukkan penampilannya dengan seragam.
"Nggak lah, semuanya sudah dibeli kemarin" jawab Nila sambil terus menghubungi Galuh dan kedua orang tua nya.
"Udah cantik kan kak? " tanya Anna karena merasa diabaikan.
"Udahhh.... " jawab Nila.
Tiba-tiba, bi Nuri, pembantu mereka berlari ke kamar Anna.
"Non... ada.... " Nuri menunjuk ke arah luar.
"Ada apa?" tanya Nila.
"Ada polisi di luar! " lanjut Nuri sembari terengah-engah.
Anna dan Nila keluar, disusul Nuri yang membawa si kembar bersamanya.
Hari itu, Anna dan Nila mendapatkan kabar bahwa Galuh dan kedua orang tuanya mengalami kecelakaan. Mereka tewas di tempat.
Bagai tersambar petir, Nila langsung pingsan. Sementara Anna menopang tubuh kakak iparnya itu dengan wajah pucat, menahan tangis.
Nuri pun hanya bisa menangis memeluk si kembar yang jadi yatim dalam beberapa jam saja.
Nila dan Anna pergi ke rumah sakit saat mereka benar-benar kuat dan sadar.
Di rumah sakit.
Frans sudah standby di sana sejak jenazah mereka dibawa ambulans, menatap ke arah Anna dan Nila yang datang.
Dia tak tega melihat kesedihan mereka, hanya bisa menahan tubuh Nila yang hendak memeluk tubuh Galuh, suaminya yang hangus hampir 70 persen tubuhnya.
Anna terdiam terpaku menatap ketiga jenazah orang-orang yang sangat dicintainya itu. Terduduk lemas dan hanya bisa menangis dalam diam.
Dalam kalut yang seolah bagai awan hitam yang menyelimuti, sebuah sapu tangan muncul perlahan di hadapannya. Anna tahu itu sapu tangannya. Dia mendongak ke arah pria yang mengulurkan tangannya itu.
'Abel?' Anna ingat dengannya.
"Bangunlah! " Abel meraih tangannya dengan lembut.
Anna berdiri, dia menatap Abel namun pandangannya beralih pada Nila yang kembali pingsan.
"Dokter, kak Nila.. " Anna mendongak menatap Frans.
Mereka membawa Nila ke ruang pemeriksaan. Nila tak kuasa menerima kemalangan ini. Sebagai anak yatim piatu, Nila merasa sangat bahagia mendapatkan suami Galuh dan kedua orang tua yang menyayanginya sama seperti menyayangi putri mereka sendiri. Mereka bahkan selalu memanjakan Nila sejak menikah dengan Galuh.
Anna sendirian menatap kakak iparnya yang lama sekali tak bangun dari pingsannya.
Abel menatapnya dari luar, hanya bisa berdiri terpaku. Ingin melakukan sesuatu tapi tak bisa.
Frans datang dari pengurusan jenazah kawan baiknya itu. Mendekati Abel dan menepuk bahunya.
"Masuklah, setidaknya kau melihat kan bagaimana mereka kehilangan? " ucap Frans ketus.
"Tapi Om... Venus juga koma, meski dia melakukannya karena dia mabuk, tapi dia juga mendapatkan kemalangan juga" tukas Abel membela adiknya.
"Benar, kalian akan membela darah daging meski mereka membuat seseorang kehilangan dunia mereka" ucap Frans.
Abel menghela keras, tak tahu apa lagi yang harus dia katakan.
Frans masuk ke ruangan dan Anna langsung memeluknya. Menangis dalam pelukan Frans dengan sedu sedannya.
Abel tak bisa melakukannya, meminta maaf atau sekedar mengatakan rasa bela sungkawanya.
Dia pergi, tanpa pamit pada Frans, namun bertemu dengan Stevan di lorong rumah sakit. Stevan melihatnya, namun tak begitu fokus karena ingin sekali bertemu dengan Anna.
Ingin menjadi tempatnya melepaskan kesedihannya.
Dia membuka pintu dan langsung memeluk Anna yang masih menangis. Dengan lembut, Stevan membelai rambutnya.
"Sudah, jangan menangis, ada aku" bisik Stevan.
\=\=\=\=\=\=\=\=>>>>