NovelToon NovelToon
Wanted:VS

Wanted:VS

Status: tamat
Genre:Action / Sci-Fi / Epik Petualangan / Perperangan / Mata-mata/Agen / Romansa / Tamat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Emperor Zufra

Di tahun 2036, dua agen elit Harzenia Intelligent Association (HIA), Victor dan Sania, mendapatkan tugas khusus yang tak biasa: mudik ke kampung halaman Victor. Awalnya terdengar seperti liburan biasa, namun perjalanan ini penuh kejutan, ketegangan emosional, dan dinamika hubungan yang rumit

Sejak Kekaisaran jatuh hanya mereka God's Knight yang tersisa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emperor Zufra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 10:Malam-malam yang Indah

Pagi di desa Rowling dimulai dengan aroma santan dari dapur, denting panci yang saling beradu, dan suara Sania berteriak pelan dari dalam rumah.

“Victor, kamu liat kalungku nggak? Yang kecil, yang ada liontin bintang itu!”

Victor muncul dari balik pintu kamar, rambutnya masih acak-acakan dan satu alis terangkat. “Yang kamu sembunyikan di kotak rahasia, di bawah buku kode HIA, di dalam koper berkunci tiga lapis?”

Sania menyipitkan mata. “Jangan bilang kamu ngintip...”

Victor menegakkan badan, menyilangkan tangan di dada. “Aku agen. Bukan ngintip, itu... investigasi Ok jadi jangan suudzon.”

“Investigasi hatimu yang suka usil, ya?” balas Sania sambil melemparkan bantal kecil ke arah Victor.

Mereka saling pandang sejenak. Lalu tertawa.

Hari itu, Margaretha mengajak mereka ke ladang milik Pak Raul, tetua desa yang terkenal dengan ketupat dan filosofi hidupnya yang aneh. Tugas mereka sederhana: membantu membuat bahan ketupat dan membersihkan daun janur.

Sania, dengan hati-hati mempelajari cara melipat janur.

“Kau serius tidak tahu bikin ketupat?” tanya Victor, duduk di sebelahnya.

“Di Benalux dulu, bentuk makanan paling rumit itu burger instan rasa kimchi,” jawab Sania sambil berusaha melilit janur. “Gini aja bikin frustrasi huuh.”

Victor tertawa kecil. “Boleh aku bantu, Sayang?”

Sania diam sejenak. Lalu menyerahkan janurnya. “Ihh modus tapi Oke. Tapi jangan salah bentuk ya, nanti jadi ketupat level Extreme.”

Victor mulai melipat, tangannya gesit. “Dulu waktu pelatihan infiltrasi budaya, kami diajarin bikin ketupat, songket, dan... Boneka dari biskuit.”

Sania melongo. “Kamu... serius Pernah gitu?”

“Sayangnya iya.”

Beberapa menit kemudian, mereka berhasil membuat lima ketupat. Bentuknya aneh. Dua mirip kubus, satu mirip helm, satu menyerupai burung, dan satu—entah kenapa—seperti senjata kecil.

Pak Raul datang, memandang hasil mereka, lalu tertawa terbahak-bahak. “Ini namanya bukan ketupat, ini...mah... anomali ketupetualangan!”

"Lo bilang lo bisa bikin ketupat" ucap Sania

"Bikin doang bener kagak" ucap Sania

"Heheheh Penting entar di makan" jawab Victor

Sore pun tiba

Sore harinya, Sania dan Victor duduk di bawah pohon zaitun di bukit kecil belakang rumah Margaretha. Dari sana, desa Rowling terlihat jelas—atap-atap merah, kabut tipis, dan bayangan matahari mulai turun ke barat Seperti di Film Perang Bintang yang pernah mereka tonton dulu.

Sania menatap langit. “Victor.”

“Hm?”

“Kenapa kamu gak pernah cerita soal masa kecilmu?”

Victor diam. Angin bertiup pelan, menggoyang pucuk-pucuk pohon perlahan angin mulai tertiup kencang namun nyaman menambah suasana Di tempat itu.

“Karena masa kecilku... terlalu cepat hilang,” jawab Victor pelan. “aku pergi meninggalkan Orang tuaku...waktu aku umur sembilan belas tahun. Aku tumbuh di pusat pelatihan HIA. Dari kecil, aku disiapkan untuk menjadi agen awalnya aku cuma berniat mencari pekerjaan di negara bagain fransis cuma setelah Mereka melihat nama ku mereka mengusir ku dan mengucilkan ku.” ucap Victor

"Karna kau adalah pewaris keluarga kerajaan" ucap Sania

"Yup Pewaris keluarga ENUS" ucap Victor

"Untung nya HIA menerima ku bekerja dengan mereka awalnya ku kira HIA perusahaan Yang menjual komputer ehh ternyata Agensi mata² saat mereka tahu aku Adalah pewaris Keluarga kerajaan aku langsung di terima dan di masukan ke Skuad God's Knight" ucap Victor

"di sana aku di beri alat transformasi Ini alhasil aku memiliki kekuatan The kid Dan menjadikan ku Pahlawan super bagi HIA" Ucap Victor

Sania tak bicara. Ia menoleh padanya, matanya sedikit melembut.

“Dan kamu?” Ucap Victor

Sania menghela napas. “Aku... dibesarkan untuk jadi pewaris Tunggal Keluarga kerajaan Aturan Ayahku ilmuwan dingin yang lebih sering bicara sama komputer ketimbang anaknya. Ibuku adalah sosok yang menemani ku dikala kesendirian.”

"Semuanya indah sebelum...sangat indah...masa-masa itu tiba....Untung nya HIA mau merawat ku" ucap Sania

Hening sejenak. Hanya suara daun yang bergesekan dan jangkrik dari kejauhan Perlahan Sania meneteskan air mata.

Victor menoleh, mencoba tersenyum. “Mungkin itu kenapa kita cocok kita Sama-sama... orang yang kehilangan sesuatu di awal tapi hey aku masih memiliki sesuatu yang mengobati itu”

Sania mengusap air matanya dan tertawa kecil. “apa itu?”

“Rumah dan tempat untuk pulang” ucap Victor

"aku tidak punya tempat seperti itu... " ucap Sania

"Sekarang kau punya" Ucap Victor ke Sania

Sania memandang langit senja. Warna oranye dan ungu mulai menyatu, menciptakan lukisan alami yang hangat.

“Victor,” katanya pelan. “Kalau nanti semua ini selesai, semua kekacauan itu... apa yang akan kamu lakukan?”

Victor tidak langsung menjawab. Ia meraih sebuah batu kecil dan melemparnya ke tanah lapang.

“Mungkin... tinggal di tempat kayak gini. Dekat orang-orang biasa. Dekat seseorang yang bisa bikin aku ketawa... dan juga bikin aku kesel tiap pagi.”

Sania tersenyum. “Kedengarannya... mirip orang yang duduk di sebelahmu sekarang.”

“Mungkin.”

“Victor.”

“Ya?”

Sania menatapnya. Lama. Matanya lembut, tapi waspada. Seperti sedang menimbang sesuatu Mata yang tulus bagaikan bukan Sania.

“Aku gak tahu kapan atau bagaimana... tapi kurasa aku mulai merasa... nyaman, di dekat kamu dan tempat ini.”

Victor membelalakkan mata, hampir tersedak udara. “Uh... itu... kabar baik?”

“Kabar buruk, kalau kamu berani bilang itu cuma efek samping ketupatmu tadi siang gua gedik palak kau.”

Mereka tertawa. Tapi ada jeda aneh di antara tawa itu—keheningan yang terasa bukan karena canggung, tapi karena jujur.

Victor menatap Sania lama. “Kalau gitu... boleh aku... jaga kenyamanan itu, Sania?”

Sania pura-pura berpikir. “Selama kamu gak masak ‘nasi goreng keasinan’ lagi, mungkin boleh.”

Waktu pun berlalu Dengan Cepat, Malam harinya, mereka duduk bersama anak-anak di teras rumah, membuat lampion dari botol bekas dan kertas warna-warni. Victor membantu Liam memotong kertas berbentuk bintang, sementara Sania menggambar wajah-wajah lucu di atas lampion.

Tiba-tiba lampion buatan Victor meledak kecil.

“Victor! Kamu masukin baterai bekas lagi ya?!”

“Itu bukan bekas! Itu... cadangan darurat lagi pula penting hidup!”

Sania menahan tawa sambil menggoyang kepalanya. “Dan kamu bilang kamu siap jaga kenyamanan dasar Laki-laki?”

Victor menyengir. “Aku jaga dengan gaya Sayang kau juga ihh.”

Lampion buatan mereka akhirnya menyala di atas pohon zaitun di halaman. Warna-warni, aneh bentuknya, tapi bercahaya.Seperti mereka berdua—aneh, rusak, tapi kini mulai bersinar.

Keesokan harinya Menjelang malam-malam takbiran

Desa Rowling berubah menjadi lautan cahaya. Lentera gantung, bendera warna-warni, dan kain tenun Andalusia berjejer di setiap sudut jalanan batu. Langit malam bersih tanpa awan. Udara sejuk. Aroma manisan khas Idul Fitri seperti mamoul, tarta de almendra, dan kurma goreng madu menguar dari setiap rumah.

Festival Yawm al-Nasr – Hari Kemenangan – dimulai. Ini bukan sekadar festival budaya. Ini malam takbiran dalam versi desa Rowling: gabungan tradisi Islam lokal, seni rakyat, dan... sedikit kekacauan yang menyenangkan.

Victor berjalan berdampingan di antara kerumunan warga, mengenakan pakaian tradisional yang diberikan Margaretha. Victor mengenakan baju gamis modern berwarna biru gelap, sedangkan Sania... memakai jubah satin lembut warna krem, dengan hiasan emas di kerah dan mansetnya. Rambutnya diikat sederhana, dan seuntai anting bulan menggantung di telinganya.

Victor terdiam beberapa saat. “Aku... nggak pernah lihat kamu secantik ini.”

Sania berhenti, menoleh. “Apa kamu baru sadar aku cewek?”

Victor terbatuk. “Bukan gitu maksudnya...”

Sania tersenyum nakal. “Santai. Aku suka saat kamu bingung kau juga mulai keliatan Ganteng di mataku.”

Mereka melewati jalan utama desa yang sudah dipadati orang. Anak-anak berlarian membawa obor kecil berbentuk bintang. Pemuda desa memainkan rebana digital dan seruling plasma—kombinasi aneh dari teknologi dan tradisi yang khas masa depan, namun tetap terasa akrab.

Lalu, suara takbir mulai terdengar. Dikumandangkan oleh para lansia dari menara masjid tua, lalu disambung oleh para pemuda dan anak-anak di jalanan.

“Allahu akbar, Allahu akbar... laa ilaaha illallah...”

Sania menatap langit. Ada sesuatu yang menggetarkan di hatinya. Ini pertama kalinya ia benar-benar merasakan malam takbiran. Tak sebagai misi. Tak sebagai tugas. Tapi sebagai manusia.

Victor melihat ke arah Sania. “Ini... aneh ya.”

Sania menoleh. “Apa?”

“Kita pernah selamat dari ledakan solar, dari kejaran pemburu Kekaisaran abyss, dari perang informasi... Tapi malam ini, yang paling bikin jantungku berdebar... ya ini. Berdiri di sebelah kamu. Di malam kayak gini.”

Sania membeku. Lalu... wajahnya memerah. “Kamu... serius?”

Victor menunduk sedikit, ragu. “Kalau kamu anggap itu gombal, aku bisa ubah jadi laporan formal.”

“ tu bahasa kaku bet, nanti malah jadi kek skrip presentasi HIA pas lo dan gua awal² masuk.”

Mereka tertawa.

Saat malam makin larut, warga desa berkumpul di lapangan utama. Ada pertunjukan cahaya dari drone, tarian sufi digital yang memutar seperti hologram, dan bahkan parade kendaraan klasik yang dihias seperti maket miniatur masjid dan bintang.

Margaretha menepuk pundak Victor dari belakang. “Kamu sudah janji kan ke anak-anak desa? Jadi juri lampion terbaik.”

Victor mendesah. “Tapi...”

“Tapi kamu bisa ajak Sania sekalian,” sahut Margaretha, berkedip.

Sania menahan tawa. “Ayo, ‘juri agung’. Ini panggungmu udah siap Sayangku.” Ucapnya sambil mengedipkan 1 mata.

Mereka berjalan ke tengah keramaian. Lampion-lampion gantung berkelip di atas mereka. Suara takbir terus menggema, seolah menyelimuti seluruh dunia dengan rasa damai.

Di antara tugas menilai lampion, memberi jempol ke anak-anak, dan mencicipi kue telur kurma fusion, Victor menarik Sania menjauh dari keramaian.

“Aku tahu tempat bagus buat lihat kembang api,” katanya.

 

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di atap menara jam tua di ujung desa. Dari sana, seluruh Rowling terlihat. Bagaikan hamparan bintang yang turun ke bumi. Lentera, cahaya rumah, dan warna-warni festival bercampur jadi satu.

Mereka duduk berdampingan. Tak ada suara selain angin dan takbir yang masih terdengar sayup-sayup.

Sania menyandarkan bahunya ke pundak Victor.

“Victor,” bisiknya. “Kau tahu... aku tidak pernah tahu rasanya pulang. Tapi malam ini... aku merasa seperti pulang.”

Victor menoleh. Wajah Sania diterangi cahaya bulan.

“Aku juga,” katanya pelan. “Dan... kalau kau izinkan... aku ingin pulang terus. Bersama kamu.”

Sania memejamkan mata sejenak. Lalu mengangguk pelan. “Aku izinkan.”

Dan saat kembang api pertama meledak di langit, membentuk bintang-bintang berwarna emas dan ungu, mereka berdua saling menggenggam tangan. Bukan dengan kegugupan. Tapi dengan tenang. Seolah dunia akhirnya tenang. Untuk mereka.

Pagi Hari Raya Idul Fitri

Suara takbir masih terdengar, tapi kali ini dari arah lapangan tempat salat Id diadakan. Victor dan Sania berdiri berdampingan di antara warga, mengenakan pakaian bersih dan sederhana. Wajah mereka berseri, tak ada lagi beban organisasi, misi, atau masa lalu.

Setelah salat, anak-anak desa berlarian menghampiri mereka.

“Kak Victor! Kak Sania! Ayo tujukan kekuatan kalian lagi dan main petak umpet!”

“Kita mau cari harta karun kurma!”

Victor tertawa. “Harta karun? Oke. Tapi yang menang harus traktir es krim mete! kalian pergi aja dulu kami mau bicara dulu baru entar kami ikut Main bareng ok”

"Siap paman siap Tante" ucap anak-anak itu sebelum pergi meninggalkan Victor dan Sania Tak lama kemudian Sania kembali berbicara kepada Victor.

Sania menambahkan, “Dan yang kalah... harus bantu aku lipat ketupat.”

Sania pun Mengambil dompet nya dari pocket dimension nya dan Menunjukkan Ke Victor Sembari berkata:"Kau harus Bayar 2x lipat dari ini kalau aku menang" ucap Sania

"Kan kau bilang 'kalau' Ok aku terima tantangan itu" jawab Victor

"Coba saja" ucap Sania

Victor menoleh tajam. “Tunggu, kenapa aku merasa kamu menarget aku?”

Sania mengedip. “Insting agen.”

Kukira kau bilang ingin meninggalkan kehidupan agen?"

Jawab Victor

"Aku tetaplah aku" ucap Sania sambil Tersenyum tipis

"Ahahahha Sania yang ku kenal" Ucap Victor

"Hei jujur Gua nyaman Pas jadi istri lo walaupun Gadungan dan kita ini sedang berbohong tapi Entah mengapa seiring waktu kau membuat ku nyaman dan Merasa aman Sperti punya tempat lagi untuk pulang..."

Victor Hanya bisa tersenyum mendengar perkataan Sania Kemudian ia memeluknya untuk pertama kali Sania mau Di peluk oleh orang lain Dan menerimanya dengan Penuh kebahagiaan.

"mungkin ini adalah awal yang baru... " ucap Sania sambil memeluk Victor dengan erat

"Maksudnya?" Jawab Victor

"Mungkin, mungkin saja aku sudah..."

Tak lama Liam menghampiri Victor dan mengatakan bahwa acara nya akan segera mulai dan meminta Pamannya itu untuk segera pergi ke Tempat acara berlangsung.

"Paman, tante Acaranya akan segera mulai kalian ngapain peluk-pelukan? acara dah mah mulai loh Paman. "

>"Oh ya lupa Paman, Jangan lupa bawa Perlengkapan yang di minta nenek karna nenek tadi bilang suruh paman bawa perlengkapan nya"

"oh ya Paman dan tante akan segera pergi kamu kesana aja dlu"

Mereka berdua tertawa den kemudian pergi ke acara, lalu berbaur dengan keramaian. Tak ada senjata. Tak ada kode rahasia. Hanya hari kemenangan, lampion, suara anak-anak, dan... detak dua hati yang akhirnya menemukan irama yang sama Malam itu begitu indah dan akhirnya Sania merasakan apa itu Rumah dan apa Tempat untuk kembali Dan apa itu Kebahagiaan.

Bersambung....

1
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
mampir nih
Zea
bagus banget ceritanya 🥰
🌹Widianingsih,💐♥️
aku mampir kak...
.hai salam kenal/Good/
bab nya panjang sekali
Lestari
di tunggu update ya
Emperor_Fish 🐟: Ini trilogy kak jadi lanjutan beda novel judulnya: Wanted:Revenge of the Empire 😁
total 1 replies
Lestari
seru ceritanya
Lestari
semangat nulisnya
🌈🎑MUTIARA SARI🎑🌈
panjang sekali...semangat yaaa/Angry//Angry//Angry/
Jinki
bagus banget cerita nya 😭 semangat ya kak . jgn lupa mampir
Aurora Noah
takamura orang inglis
Emperor_Fish 🐟: aslinya dia orang skyland atau Jepang di rl cuma dia kayak orang jaksel suka ngomong Inggris campur bahasa aslinya
total 1 replies
only siskaa
hadirr KK jgn lupa mampir yaa
Emperor_Fish 🐟
🔥🔥Peak writing 🔥🔥 and absolut cinema 🖐😁🖐
Aisaka
Sania adalah TanboyKun
Aisaka
bjir🗿
Emperor_Fish 🐟: gua saranin lo baca sampai chapter² ahir lu pasti akan suka
total 1 replies
Reaz
semangat
Proposal
ditunggu balasan likenya kk 🥰🌟😖
Proposal
🔥Bintang 5 Dehh💫🌟,Jangan Lupa Mampir Karyaku Juga Yaa🙂‍↔️🥰
iqbal nasution
semangat...
iqbal nasution
menarik
iqbal nasution
go ahead
iqbal nasution
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!