Nayla hidup dalam pernikahan penuh luka, suami tempramental, mertua galak, dan rumah yang tak pernah memberinya kehangatan. Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan merenggut tubuhnya… namun tidak jiwanya.
Ketika Nayla membuka mata, ia terbangun di tubuh wanita lain, Arlena Wijaya, istri seorang pengusaha muda kaya raya. Rumah megah, kamar mewah, perhatian yang tulus… dan seorang suami bernama Davin Wijaya, pria hangat yang memperlakukannya seolah ia adalah dunia.
Davin mengira istrinya mengalami gegar otak setelah jatuh dari tangga, hingga tidak sadar bahwa “Arlena” kini adalah jiwa lain yang ketakutan.
Namun kejutan terbesar datang ketika Nayla mengetahui bahwa Arlena sudah memiliki seorang putra berusia empat tahun, Zavier anak manis yang langsung memanggilnya Mama dan mencuri hatinya sejak pandangan pertama.
Nayla bingung, haruskah tetap menjadi Arlena yang hidup penuh cinta, atau mencari jalan untuk kembali menjadi Nayla..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erunisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Nayla menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, semalam setelah keluar dari kamar Xavier, Nayla tidak sanggup menolak pesona Davin, apalagi Nayla juga menikmatinya.
"Ini namanya selingkuh bukan sih? Tapi kan aku Arlena, ahhh, aku ini siapa sebenarnya." otak Nayla penuh dengan pertanyaan siapa dirinya sebenarnya.
"Tapi memang beda sih rasanya." Nayla menggelengkan kepalanya karena pikiran mesumnya itu.
"Bangun sayang, atau mau dicium dulu baru bangun." Nayla kaget karena berarti dari tadi Davin ada di kamar.
Nayla membuka selimut yang menutupi wajahnya dan melihat Davin sudah rapi dengan setelan jas-nya.
"Kamu sudah mau berangkat mas?" tanya Arlena yang kemudian melihat jam yang ada diatas nakas, dan Arlena melotot melihat jam yang ternyata sudah jam delapan pagi.
"Hah? Sekarang jam delapan? Xavier sudah berangkat sekolah?" Nayla langsung panik. Dan Davin yang melihat Arlena panik merasa lucu, selama pernikahan baru kali ini Davin melihat Arlena panik mengkhawatirkan anaknya.
"Xavier sudah berangkat, kalau kamu masih capek, istirahat lagi saja ngga apa-apa." jawab Davin sambil senyum menggoda ke arah Arlena.
Arlena tentunya melotot ke arah Davin, Arlena juga lupa, adegan semalam entah selesai jam berapa, intinya Arlena merasa sangat lelah.
Davin mendekat dan kemudian mengecup kening Arlena dan kemudian pamit untuk berangkat ke kantor, Nayla sendiri merasa malu, bahkan sangat malu, seperti baru malam pertama dengan suami orang, Nayla benar-benar takut ketahuan.
Daripada terus memikirkan yang tidak jelas, Nayla memilih untuk mandi, Nayla sudah terbiasa dengan kamar mandi mewah dan sabun yang begitu harum.
Nayla menatap pantulan wajahnya di cermin, wajah cantik milik Arlena yang kini menjadi miliknya, "Kamu sekarang dimana Arlena? Aku menikmati apa yang menjadi milikmu, bahkan aku menikmati suamimu." Nayla memejamkan mata mencoba menghilangkan pikiran mesumnya, namun entah kenapa bagian semalam sepertinya tidak mau hilang dari ingatan Nayla.
Nayla melihat jam, sebentar lagi waktunya menjemput Xavier, Nayla juga sebenarnya penasaran, seperti apa tempat kerja suaminya, Nayla kepikiran untuk datang ke kantor suaminya.
Nayla mengambil ponsel dan mengetik pesan untuk suaminya, "Mas, nanti aku sama Xavier ke kantor yah, kita makan siang." Nayla menekan tombol send, tidak menunggu lama, pesan balasan masuk dari Davin dan setuju kalau Arlena datang.
Nayla segera bersiap, sebelum menjemput Xavier ia akan membeli makanan dulu untuk makan siang, Nayla bisa cepat paham apa makanan favorit Davin.
Setelah mendapatkan makanan, Nayla mampir ke cafe, ingin membeli matcha, kebetulan tempatnya belum terlalu ramai, Nayla juga memanfaatkan keadaan, mumpung sudah tahu pin keuangan, setidaknya membeli segelas matcha tidak akan membuat suaminya merasa kehilangan uang.
Saat Nayla sedang menunggu pesanannya jadi, ternyata tidak jauh dari tempatnya duduk, ada Edo, mantan suami atau entahlah sebutannya apa, mantan atau bukan. Edo sedang bersama seorang wanita yang Nayla tahu itu adalah janda sebelah, Nayla dulu curiga suaminya ada main dengan janda itu, namun Edo mengelak, dan bodohnya Nayla mau dibodohi suaminya.
"Nanti tunggu uang bpjs Nayla cair, kamu kan tahu sendiri, uang dari jasa raharja kemarin habis, karena di pakai biaya pemakamannya juga kan?"
Nayla naik darah, ternyata sampai ia mati pun masih di manfaatkan, Nayla akhirnya ingat, dia mati tepat dua hari sebelum gajian, Nayla tahu pasti uang gajinya itu sudah dimanfaatkan Edo dan keluarganya.
Nayla keluar dari cafe dengan perasaan kesal, dan Nayla berjanji akan membuat perhitungan dengan keluarga Edo.
Nayla mencaritahu di internet, siapa tahu ada berita yang mengunggah kecelakaannya, Nayla ingin tahu dimana jasad Nayla dibawa pulang.
Sepertinya Tuhan sedang mempermudah semuanya, ternyata Nayla kecelakaan malam itu dan meninggal ditempat, Nayla dibawa kerumah sakit dan kemudian dibawa pulang ke rumah mertuanya, ada juga foto suasana rumah duka, Nayla bisa melihat banyak warga yang datang, "Pasti dapat uang duka juga." pikir Nayla yang merasa sangat kesal.
Sampai di kantor suaminya, Nayla masih merasa kesal, tapi rasa kesalnya tertutup oleh rasa heran saat dirinya sampai di kantor suaminya, gedung menjulang tinggi dihadapannya dan dirinya disambut baik oleh resepsionis dan langsung di arahkan ke lantai dua puluh satu tempat suaminya berada.
Nayla merasa sedikit menyesal kenapa dia tadi tidak make up, tapi mau make up juga dia tidak bisa yang sempurna, ilmu make-upnya hanya sampai pakai bedak dan lipcream, tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur dan Nayla mencoba berjalan dengan percaya diri melewati beberapa orang.
"Mama." Xavier memanggil mamanya, dan Nayla menoleh.
"Iya sayang." jawab Nayla yang saat itu berada didalam lift
"Engga jadi mah." Kata Xavier yang kemudian tertawa, padahal anak itu hanya ingin mengatakan kalau hari ini mamahnya terlihat sangat cantik, tanpa lipstik merah menyala menurut Xavier jadi tidak terlihat menakutkan.
"Kenapa ngga jadi? Mama jadi penasaran." kata Nayla yang pura-pura cemberut.
"Besok ke playground yuh mah." Xavier mencoba mengajak mamanya ke playground, biasanya Xavier akan mendapatkan penolakan, tapi Xavier merasa mamahnya sudah berubah jadi ingin mencoba peruntungan kembali.
"Boleh, pulang sekolah yah?" jawab Nayla, dan rencana Nayla, besok dia akan datang ke rumah Edo, ingin melihat bagaimana kondisi disana setelah Nayla meninggal.
Sampai di depan ruangan suaminya, Nayla langsung dipersilahkan masuk oleh sekretaris Davin, dan langsung mendapatkan senyuman manis dari Davin.
Nayla mengakui, Davin begitu tampan, apalagi matanya, menurut Nayla mata terindah yang pernah dia temui, dan mata itu menurun ke Xavier.
Davin mendekat ke Xavier dan memberi beberapa pertanyaan tentang kegiatan di sekolah, Xavier menjawab pertanyaan papahnya dengan semangat. Sementara Nayla, langsung duduk di sofa dan membuka ponselnya, Nayla membuka sosial media dan mencari akun teman kerjanya, Nayla penasaran berapa jumlah total uang yang didapat Edo, dan Nayla penasaran, uang itu dibagi dengan ibunya atau tidak.
Davin melirik Arlena yang fokus dengan ponselnya sambil menyeruput matcha yang ada ditangannya. Melihat istrinya yang begitu serius, Davin memberikan mainan ke Xavier dan membiarkan anaknya bermain sendiri, dan Davin mendekat ke Arlena.
"Mas, mau makan sekarang?" tanya Nayla yang menyadari suaminya mendekat.
"penasaran, kamu kayaknya sibuk banget, lagi ada apa?", tanya Davin.
"Ini mas, tadi, aku mampir beli matcha, aku ketemu sama Edo, jadi Edo itu suaminya Nayla, mas tahu kan? Nayla yang baru meninggal, masa suaminya sudah bawa janda, terus tadi mereka lagi cerita, katanya, suaminya itu lagi nungguin uang BPJS dari Nayla cair, padahal kemarin sudah cair dari uang jasa raharja."
Davin menatap Arlena, tidak pernah Arlena bersikap seperti ini, tidak pernah Arlena peduli dengan orang lain, setiap hari yang Arlena bahas adalah jalan-jalan, beli tas baru, perhiasan baru, dan tidak mau berurusan dengan orang lain
"Jadi mas, aku mau minta izin, besok aku mau ke rumah Edo, aku mencari tahu, uang yang mereka dapat itu dibagi dua atau tidak dengan ibunya Nayla, kasihan loh mas Nayla kalau ibunya ngga di kasih."
Davin tersenyum, "Besok aku temani." jawab Davin dengan tersenyum manis.
"Engga usah mas, aku bisa sendiri."
Davin kembali tersenyum, "Engga apa-apa, masa kamu mau pergi kerumah pria sendirian, lebih baik aku temani besok."
Belum sempat Arlena menjawab, pintu ruangan di ketuk dari luar, dan kemudian pintu terbuka, seorang pria masuk yanh Nayla tahu dia adalah asisten Davin.
"Maaf Pak, Pak Rama sudah datang." kata pria yang Nayla tahu namanya Johan.
"Ya, nanti saya temui beliau."jawab Davin.
Nayla mendengar nama Rama tiba-tiba teringat seseorang, ayahnya juga namanya Rama, namun ayahnya sudah meninggal saat Nayla duduk dikelas enam SD. Nayla ingat sekali saat ayahnya meninggal karena kecelakaan
"Tunggu sebentar ya, ngga lama kok." kata Davin izin ke istrinya.
Nayla menunggu Davin yang katanya sebentar namun ternyata sedikit lama, bahkan Xavier sudah makan siang terlebih dahulu. Setelah selesai dengan Xavier yang minta di suapi, Nayla keluar dari ruangan Davin, tujuannya mau ke pantry. Namun saat berjalan menuju ke arah pantry, dari ruang meeting yang ada dilantai yang sama, Davin keluar bersama Johan dan dibelakangnya ada seorang pria yang Nayla kenal, "Rama" nama yang disebutkan Johan tadi adalah Rama ayahnya Nayla.
Nayla nyaris menjatuhkan tumbler yang dia bawa, namun sapaan hormat dari Rama membuat Nayla sadar, sekarang dirinya adalah Arlena, bukan Nayla.
"Ya Tuhan..benarkah dia ayahku? Apakah dia masih hidup? Terus yang dulu meninggal siapa?" Nayla langsung merasa linglung, hidup kembali sebagai Arlena malah membuka fakta yang selama ini ia tidak tahu.