NovelToon NovelToon
Sang Penyelamat

Sang Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyelamat / Dokter Genius
Popularitas:45.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.

Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.

Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.

Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.

Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

About Reynand

Di sebuah pusat perbelanjaan, nampak Reynand sedang berjalan-jalan dengan seorang wanita. Dokter residen itu tengah menikmati waktu luangnya, bertemu dengan kekasih hati yang tidak setiap hari bisa ditemuinya.

Renya, kekasih Reynand adalah seorang jurnalis di sebuah televisi swasta nasional. Mereka mulai berpacaran sejak dua tahun lalu. Kala itu Renya mengalami kecelakaan kecil dan dibawa ke BMC. Kebetulan saat itu Reynand yang menanganinya.

Perjumpaan mereka tidak terputus di sana. Untuk kedua kalinya mereka bertemu lagi. Reynand sedang menemui dokter pembimbingnya menghadiri seminar di Jakarta. Renya yang kebetulan ditugaskan meliput acara itu kembali bertemu dengan Reynand. Sejak saat itulah keduanya semakin dekat dan memutuskan berpacaran setelah empat bulan saling mengenal.

Perbedaan kota dan tempat bekerja membuat keduanya menjalani hubungan LDR. Kadang setiap dua Minggu sekali Renya yang datang ke Bandung atau Reynand yang ke Jakarta. Dan kali ini Renya yang menyempatkan diri menemui kekasihnya.

"Rey, sampai jam berapa kamu bisa menemaniku?" tanya Renya sambil bergelayut manja di lengan kekasihnya.

"Hanya sampai jam dua," jawab Reynand setelah melihat jam di pergelangan tangannya. Waktu yang tersisa hanya tersisa satu jam lagi. Wajah Renya langsung cemberut.

"Kenapa kamu tak pernah punya banyak waktu untuk ku? Kamu tahu kalau kita jarang bertemu."

"Maafkan sayang. Kamu tahu pekerjaan ku."

"Pindahlah ke Jakarta, aku bisa merekomendasikan mu pada salah satu kenalan ku. Kamu pasti akan diterima bekerja di sana. Kamu juga bisa memindahkan residensi mu ke sana."

"Biaya kontrakan di Jakarta itu tinggi."

"Kita bisa tinggal bersama di apartemen ku."

Renya memang menganut pola hidup bebas. Setiap ke Bandung dia selalu mengajak Reynand check in bersama di hotel, namun Reynand selalu menolaknya. Baginya pantang tidur bersama sebelum halal. Kalau hanya berpelukan atau berciuman, pria itu masih mau melakukannya. Tapi lain halnya tentang s*ks.

"Tapi kalau kita menikah nanti, salah satu dari kita harus mengalah. Tidak mungkin kita tinggal terpisah setelah menikah nanti. Yang jelas aku tidak bisa pindah. Kamu tahu sendiri, semua stasiun televisi nasional berkantor di Jakarta."

Tidak ada jawaban dari Reynand. Masalah inilah yang selalu membuatnya ragu melangkah ke jenjang pernikahan dengan Renya. Sejak lahir berada di Bandung, pria itu sudah nyaman tinggal di kota yang terkenal dengan julukan kota kembang tersebut. Selain itu, dia tetap ingin dekat dengan semua saudaranya di panti asuhan tempatnya dibesarkan.

Sejak bayi merah Reynand memang sudah tinggal di panti asuhan. Menurut Ibu panti yang merawatnya, dirinya ditinggal begitu saja di depan pintu panti. Ditempatkan di dalam kardus tanpa identitas apapun. Reynand adalah nama pemberian Ibu panti.

Reynand tumbuh besar di panti sampai lulus SMA. Setelah lulus SMA dia mendaftar beasiswa di Universitas Kedokteran Ibnu Sina. Berkat otak encernya, dia berhasil menyelesaikan pendidikan dokter tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun sampai melanjutkan ke jenjang residensi. Untuk biaya kebutuhan sehari-hari, pria itu melakukan kerja part time di sela-sela kesibukannya kuliah.

"Sudahlah, kita bisa bicarakan itu nanti. Lagi pula aku masih menyelesaikan residensi. Belum terpikir untuk menikah dalam waktu dekat."

Reynand segera mengakhiri perbincangan di antara mereka. Dia tahu sepanjang apapun perbincangan mereka, tidak akan pernah menemui titik temu.

"Bagaimana kalau kita makan dulu? Aku lapar."

Tanpa menunggu jawaban Renya, Reynand segera menarik tangan wanita itu memasuki cafe yang letaknya tidak jauh dari mereka. Di saat bersamaan seorang gadis cantik memasuki cafe yang sama. Gadis itu mengambil meja yang tidak terlalu jauh dari meja Reynand.

Gadis itu nampak cuek duduk sendirian, sementara hampir semua pengunjung yang datang membawa pasangan atau bersama teman-teman. Sambil menunggu pesanan, gadis itu sibuk dengan ponselnya.

Tanpa sengaja mata Reynand melihat pada gadis itu. Harus Reynand akui kalau gadis tersebut begitu cantik. Pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain ketika gadis itu melihat padanya.

"Assalamualaikum," terdengar suara gadis itu menjawab panggilan ponselnya.

Bukan hanya wajahnya yang cantik, tapi suara gadis itu juga begitu merdu. Reynand segera menyadarkan diri. Bisa-bisanya dia memuji gadis lain saat ada Renya bersamanya.

Waktu yang dihabiskan Reynand untuk makan bersama dengan Renya tidak terlalu lama. Pria itu harus bergegas kembali ke rumah sakit karena shiftnya akan segera dimulai. Setelah membayar makanan, keduanya segera meninggalkan cafe tersebut.

"Kamu langsung pulang ke Jakarta?" tanya Reynand setelah mereka sampai di dekat mobil Renya.

"Iya."

"Hati-hati nyetirnya, jangan ngebut."

"Iya, sayang."

Reynand bukakan pintu mobil untuk sang kekasih. Renya masuk kemudian duduk di belakang kemudi dengan Reynand masih berdiri di sampingnya sambil menundukkan punggungnya.

"Kiss me, sayang," pinta Renya.

Melihat suasana di parkiran basement yang sepi, Reynand pun memenuhi permintaan sang kekeasih. Apalagi posisi wanita itu sudah duduk di dalam mobil. Keduanya menyatukan bibir mereka, kemudian saling memagut dengan mesra.

Dari arah pintu keluar mall menuju parkiran basement, muncul gadis di cafe tadi. Gadis itu adalah Humaira, anak bungsu pasangan Irzal dan Arsy. Langkah Maira terhenti di dekat mobil Renya. Gadis itu hanya terbengong melihat dua orang yang tak jauh darinya tengah berciuman. Refleks dia membuang pandangan ke samping.

Di tengah pagutannya, mata Reynand menangkap sosok Maira. Dengan cepat dia mengakhiri ciumannya.

"Hati-hati di jalan. Kabari aku kalau sudah sampai," Reynand menutup pintu mobil.

"Oke sayang."

Terdengar suara mesin mobil dinyalakan. Beberapa detik kemudian mobil milik Renya mulai melaju. Reynand segera berbalik setelah mobil Renya berlalu. Sebisa mungkin dia bersikap biasa, menahan malu karena Maira memergokinya berciuman. Pria itu tersenyum kecil ketika Maira melemparkan tatapan sinis padanya.

"Kalau mau ciuman lihat tempat dong. Emangnya dunia cuma milik kalian berdua. Bikin mata ternoda aja," gerutu Maira ketika melewati Reynand.

"Jutek amat," gumam Reynand pelan sambil terus memperhatikan Maira yang semakin menjauh darinya.

Tersadar kalau waktu bekerjanya semakin mepet, Reynand berlari menuju parkiran motor. Tak lama berselang, pria itu sudah keluar dari parkiran basement dengan menggunakan motor sportnya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Reynand berjalan cepat menuju IGD. Di sana hanya ada satu dokter jaga saja. Memang biasanya hanya sedikit pasien yang datang ke IGD di malam hari, namun begitu dia tetap harus stand by.

Baru saja dia masuk ke IGD, seorang Ibu masuk dengan membawa anaknya. Wajah anak itu terlihat pucat. Dengan cepat perawat segera membawa anak itu ke ranjang yang kosong. Sambil mengalungkan stetoskopnya Reynand mendekati ranjang nomor tiga. Dia mulai memeriksa keadaan anak perempuan yang berusia sekitar 16 tahun.

"Siapa nama mu?"

"Arin."

"Apa yang kamu rasakan Arin?"

"Perut ku sakit."

"Perut bagian mana? Ini?"

Reynand menekan perut Arin sambil menanyakan di mana lokasi sakit yang dirasakannya. Kepala gadis itu mengangguk ketika Reynand menekan perut di bagian bawah pusar, dekat dengan tulang panggul sebelah kanan.

"Suster, ambilkan USG."

"Baik, dok."

"Sejak kapan mulai terasa nyeri?"

"Sejak tadi sore."

"Apa sebelumnya pernah merasakan sakit?"

"Tidak pernah."

Reynand menaruh gel di atas probe kemudian dokter residen itu mengangkat kaos Arin ke atas. Dia mulai menggerakkan probe di area yang dikeluhkan Arin. Mata pria itu terus melihat ke arah monitor.

"Apa kamu senang makan pedas?"

"Iya," jawab Arin seraya meringis ketika kembali merasakan sakit.

Usai memeriksa keadaan Arin, Reynand segera meninggalkan ranjang gadis itu. Dia berjalan menuju nurse station.

"Siapa dokter bedah yang bertugas?"

"Dokter Fawaz sudah pulang. Tapi aku bisa menghubungi dokter Irsyad. Rumahnya dekat rumah sakit dan bisa sampai dalam waktu dekat."

"Oke, tolong hubungi dokter Irsyad."

Setelah berbicara dengan kepala perawat, Reynand menemui orang tua Arin.

"Bagaimana dokter?"

"Apa sebelumnya Arin merasakan demam?"

"Ya, tadi waktu dia mengeluh sakit, tubuhnya demam. Saya memberinya Paracetamol."

"Ada masalah dengan usus Arin. Ususnya mengalami peradangan dan dia harus segera dioperasi."

"Lakukan saja dokter."

"Baiklah, lebih baik Ibu mengurus administrasinya dulu."

Bergegas wanita itu menuju bagian pendaftaran. Dia tidak menyangka sang anak menderita usus buntu dan harus segera menjalani operasi. Sesampainya di depan meja pendaftaran, wanita itu segera mendaftar, dia mengeluarkan kartu BPJS atas nama Arin.

"Apa ada surat rujukan dari faskes pertama?"

"Tidak ada."

"Maaf Ibu, kalau mau memakai BPJS harus ada surat rujukan dari faskes pertama."

"Faskes pertama saya di Puskesmas. Anak saya baru merasakan sakit saat sore, Puskesmas sudah tutup, makanya saya langsung bawa ke IGD. Anak saya harus segera dioperasi."

"Maaf Ibu, saya tidak bisa memproses. Silakan daftar melalui jalur umum kalau ingin mendapatkan penanganan sekarang."

***

Hadeuh.. Gini nih kalau berobat pake..🤐

Ini penampakan dokter Reynand versi ku

1
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Emang bisa 🤪
Paula Abdul
weww..... semoga op nya lancar ga ada kesalahan, kekeliruan, kecerobohan dari dokter Handaru, dah cukup pasien yg meninggal karenanya biar julukan hodadnya ga melekat abadi
Paula Abdul
wkwkwkwkwk....
yg ada pasien bedah kecantikan malah jadi pasien bedah jantung n jadi pasien kejiwaan gegara liat pasien lain yg masuk IGD dengan kondisinya beneran gawat n darurat juga bikin yg liat stress 😂😂
tehNci
Hampir nahan nafas saat menghadapi ketegangan di ruang IGD. Untung akutuh bukan tenang medis,.jadi kekacauan dan ketegangan seperti tadi tidak akan kualami.. Alhamdulillah 😅
Miroh Jasseem
😍😍😍😍😍😍
Nabila hasir
tegang padahal cuman baca. tapi situasi di igd ikut terbayangkan betapa riweh dan rame ruangan igd.
Nabila hasir
wes lihat dengan matamu sentanu🤣🤣
Nabila hasir
waduh handaru kok lagi masuk ruang operasi. ntar ada yg di salahkan lagi lho ya
dewi rofiqoh
Handaru mau ikut mengoperasi pasien lagi? Semoga tidak ter apa-apa 🤲🤲
choowie
hahahah...makanya mikir sebelum mengambil keputusan
choowie
nah gini baru benar
Nabila hasir
handaru ma sentanu kamu berhadapan ma turunan keluarga hikmat dan Ramadan
Safitri Agus
hodad turun tangan juga akhirnya semoga saja lancar operasinya,
Safitri Agus
haduh lemes aku gak kuat lihat darah 😵‍💫
Safitri Agus
Innalillahi
Safitri Agus
tau gini gak usah kerja sama dgn Sentanu🤦
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
si sentanu baru sadar setelah melihat keadaan IGD sebenarnya klo kedatangan pasien banyak ya,nah Handaru kembali ke meja operasi lgi apa akan ada yg menghentikan nya atau ada insiden lain ya
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
awas gagal lagi/Frown//Frown/
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
haben nagen ge yakin lah bakal kalah kamu mah ...gk kuat lawan Irsyad 😏
Teti Usmayanti
waduh Handaru masuk ruangan operasi lg, jgn2 nanti pasien mati lg secara Khan km suka malpraktek.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!