NovelToon NovelToon
Se Simple Bunga Selamat Pagi

Se Simple Bunga Selamat Pagi

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Diam-Diam Cinta / Cintapertama / Idola sekolah
Popularitas:691
Nilai: 5
Nama Author: happy fit

kinandayu gadis cantik tapi tomboy terlihat semaunya dan jutek..tp ketika sdh kenal dekat dia adalah gadis yang caring sm semua teman2 nya dan sangat menyayangi keluarga nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon happy fit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 9 - Danu POV

Hari ini sekolah rame banget. Entah kenapa, suasananya beda — kayak semua orang kebanyakan energi. Mungkin karena seminggu lagi acara pameran antar-kelas, dan kelas Kinan lagi sibuk-sibuknya nyiapin dekor.

Dan di tengah keramaian itu, mataku (seperti biasa) jatuh ke satu orang.

Kinandayu Ratri Prameswari.

Rambut sepunggungnya hari ini dicepol rendah, tapi beberapa helai jatuh lembut di sisi pipinya — kayak gak niat, tapi justru bikin tambah manis.

Sweater-nya warna dusty pink, agak kebesaran, dan ujung lengannya dia tarik-tarik sendiri waktu ngobrol.

Aku gak tau kenapa aku perhatiin detail sekecil itu. Tapi mata ini... gak bisa gak ngelihat dia.

> “Danu, bantu angkat kardusnya, bro,”

suara Rafi nyaut dari belakang, nada santainya khas banget — tapi pandangannya jelas ke arah Kinan yang lagi duduk motong kertas warna.

Dia senyum ke cewek itu — senyum tipis tapi niat banget.

Dan Kinan, dengan segala kepolosan plus cengir khasnya, malah bales dengan santai,

> “Iya, Kak OSIS, makasih udah nyuruh Danu jadi kuli kamu.”

Rafi cuma ketawa, tapi aku ngerasa dada kayak ditusuk pelan pake tusuk sate panas.

Aku angkat kardus itu ke pojok ruangan, pura-pura fokus. Tapi kuping ini malah fokus ke suara tawa Kinan dan nada pelan Rafi.

Dan tiap kali Rafi nyebut nama Kinan, entah kenapa... dada ini terasa gak enak.

> “Lo kenapa bengong, Nu?”

Aldi, temen satu geng, nyenggol bahuku.

> “Enggak,” jawabku cepat, “cuma... liat Rafi rajin banget hari ini.”

“Rajin sih rajin, tapi anehnya rajin cuma pas deket Kinan.”

“…”

Aku diem. No comment. Tapi dalam hati: iya juga sih, kenapa gue yang kesel?

---

Jam istirahat.

Kinan nongol di kantin bareng Maya dan Sasa. Rambutnya sekarang udah gak dicepol, tapi dilepas terurai dan dijepit satu sisi pake jepit warna mint. Dan entah kenapa, di bawah cahaya siang, dia kelihatan kayak… ah sudahlah.

Tapi kayak biasa — dia rame. Mulutnya gak bisa diem.

> “Sasa, sumpah ya, kalau disuruh presentasi IPS, aku pura-pura sakit aja deh.”

“Tapi nilai lo bagus, Kin,” balas Maya.

“Bagus tuh karena kerja kelompok, bukan karena aku pinter ngeles.”

Aku duduk dua baris di belakang mereka, cuma mau makan bakso. Tapi ya... kuping ini malah otomatis nangkep semua obrolan.

Sampai Rafi muncul.

Dia duduk di meja mereka, bawa dua jus jeruk.

Satu gelas dia taruh di depan Kinan.

> “Tadi kamu bilang haus di kelas, kan? Nih.”

Kinan sempet bengong, lalu ngakak kecil.

> “Wah, ini baru ketua OSIS sejati. Haus aja dikasih minum, next apa nih? Dikasih nilai?”

Satu meja ketawa.

Kecuali aku.

---

Sore hari, gosip mulai beredar di lorong belakang. Dua anak cewek dari kelas sebelah lagi ngomong cukup keras buat kedengeran.

> “Katanya si Kinan deket banget sama Kak Rafi sekarang ya?”

“Iya, makanya si Nadia bete. Kan dia udah naksir Kak Rafi dari lama.”

“Wajar sih. Tiba-tiba ada cewek bawel yang semua orang suka, siapa gak panas?”

Aku otomatis noleh.

Dan bener — di ujung lorong, Nadia, anak kelas XI yang juga pengurus OSIS, lagi berdiri bareng dua temennya. Tatapan mereka lurus ke arah Kinan yang lagi buka loker.

Dan itu... tatapan gak enak banget.

Kinan sendiri, clueless seperti biasa.

Dia sibuk masukin buku ke tas sambil nyanyi kecil. Rambutnya sekarang udah dikepang dua kecil di sisi kanan-kiri. Simple banget, tapi lucu — banget.

Aku jalan ke arahnya, bantuin dia nutup loker yang macet.

> “Kinan, itu loker lo kayaknya mau pensiun.”

“Iya Nu, dari tadi aku tendang-tendang gak mau nutup!”

“Ya ampun, lo tendang? Wajar aja trauma.”

Kinan ketawa keras.

Dan di detik yang sama, Nadia lewat di belakang, ngelirik mereka berdua — tajam.

Dingin.

---

Waktu pulang, angin sore agak kencang. Di parkiran, aku liat Kinan berdiri sambil nunggu ojek online-nya. Sweater krem yang dia pakai melambai pelan, rambutnya masih dikepang dua.

Dia ngeliat aku, senyum, terus teriak,

> “Jangan lupa PR matematika, Nu! Jangan cuma jago basket doang, nilai jeblok nanti malu!”

Aku pura-pura cuek, tapi senyum dikit juga gak bisa ditahan.

Sambil jalan, satu pikiran muter terus di kepala:

> Gadis itu bisa ngeributin apapun... kecuali perasaan orang yang mulai jatuh ke dia.

Dan aku tahu — mulai besok, semua ini gak bakal sesederhana obrolan random di kelas lagi.

---

✨ To be continued… ✨

1
Rachmad Irawan
semangat author.. jangan lupa update yg rutin ya thor 😍😍 love you author
Guillotine
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Winifred
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
happy fit: makasih komentar nya best..dukung author trs ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!