NovelToon NovelToon
Pirouette Love Drexler

Pirouette Love Drexler

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Cintamanis / Romansa / Cintapertama / Idola sekolah
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

0o0__0o0

Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.

Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.

***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.

0o0__0o0

Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.

Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.

***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."

Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.

"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.

Cup..!

Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.

"DREXLER, FIRST KISS GUE"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Rumah Panggung Sandiwara

...0o0__0o0...

...Lampu parkiran apartemen memantul di permukaan mobil sport hitam milik Drexler. Udara dingin malam membuat napas Lyra terlihat samar saat ia berjalan di belakangnya....

...“Lo nggak harus nganter gue,” ucap Lyra sambil merapatkan jaketnya. “Gue bisa naik taksi kok.”...

...Drexler menekan remote mobilnya tanpa menoleh. “Gue tahu lo bisa. Tapi gue nggak akan ngebiarin itu.”...

...Lyra menatap punggungnya, mengangkat alis. “Kedengaran-nya posesif banget, Xler.”...

...“Anggep aja begitu,” jawabnya datar, membuka pintu mobil untuknya....

...Nada suaranya tenang, tapi tatapan matanya saat menoleh—penuh makna....

...Lyra hanya tersenyum tipis, masuk ke mobil sport tanpa banyak bicara....

...Begitu pintu tertutup, keheningan memenuhi kabin....

...Hanya suara mesin yang menyala, lembut tapi terasa menegangkan. Jam menunjukkan sudah pukul enam malam....

...Beberapa menit mobil melaju tanpa adanya percakapan....

...Drexler memegang setir dengan satu tangan, sementara tangan lainnya bersandar santai di tuas transmisi. Matanya lurus ke depan, tapi sesekali melirik ke arah Lyra yang menatap jalanan di luar jendela....

...“Lo ngambek ?” tanya Drexler akhirnya, suaranya rendah....

...Lyra menoleh pelan. “Ngambek ? Nggak. Cuma mikir.”...

...“Mikir apa ?”...

...“Mikir gimana caranya ngadepin cowok yang keras kepala tapi nyebelin kayak lo.”...

...Drexler melirik sekilas, bibirnya terangkat samar. “Lo ngomong kayak bukan cewek yang lebih keras kepala dari gue.”...

...Lyra tertawa kecil, lalu menatapnya dengan sorot mata lembut tapi tajam....

...“Ya, tapi lo tetap punya cara buat bikin gue nurut.”...

...“Dan lo suka ?” balas Drexler datar, tapi matanya beralih cepat ke arahnya....

...Lyra tersenyum kecil, menunduk sedikit. “Nggak tahu. Mungkin iya...mungkin juga enggak.”...

...20 menit kemudian....

...Mobil Drexler berhenti di depan mansion Lyra....

...Mesin di matikan, tapi Drexler nggak langsung bicara. Hanya diam beberapa detik, memperhatikan wajah Lyra yang di terpa cahaya lampu jalan....

...“Kalau gue bilang jangan pulang dulu ?” tanyanya pelan. Namun di balik wajah datarnya tersirat rasa khawatir....

...Lyra menoleh, matanya menatap dalam, mencoba membaca ekspresinya....

...“Lo mau gue nginep di tempat Lo ?” ujarnya sambil menyeringai kecil....

...Drexler tidak tersenyum, tapi nadanya turun lebih lembut. “Gue cuma mau lo istirahat dengan tenang. Bukan kabur karena alasan kecil atau alasan konyol lainnya.”...

...Lyra mendesah pelan, tapi tatapannya melembut. “Kadang lo terlalu perhatian, Xler.”...

...“Dan lo terlalu bandel.”...

...Lyra mendekat sedikit, suaranya turun jadi bisikan. “Tapi itu yang bikin lo suka, kan ?”...

...Drexler menatapnya dalam diam beberapa detik sebelum menjawab, nada suaranya berat tapi jujur,...

...“Mungkin iya.”...

...Hening sejenak....

...Angin malam masuk lewat jendela sedikit terbuka. Lalu Lyra tersenyum kecil, membuka sabuk pengaman-nya....

...“It's ok. I am fine." Ucapnya tenang meyakinkan. "Good night, my Ice Boy.”...

...Drexler hanya menatapnya tanpa menjawab. Tapi sebelum Lyra sempat keluar, tangan dinginnya terulur — menarik ujung jaketnya pelan....

...“Lyra.”...

...Gadis itu menoleh....

...“Lo tau harus nyari gue kemana ?" Drexler mencondongkan tubuhnya. Menatap Lyra tajam. "Dan gue gak mau lihat anggota tubuh Lo terluka lagi...walau hanya seujung kuku."...

...Lyra sempat terpaku sejenak. Lalu senyumnya melebar, kali ini tulus. “Noted.”...

...Lyra melangkah keluar, menutup pintu mobil dengan lembut....

...Drexler menatap punggungnya sampai gadis itu menghilang di balik pintu masuk mansion. Baru setelah itu, ia bersandar di kursinya, menghela napas pelan....

...“Bandel banget, tapi… selalu bisa bikin gue semakin gila.” gumamnya pelan, nyaris seperti pengakuan yang hanya bisa di dengar dirinya sendiri....

...0o0__0o0...

...Lyra melangkah masuk ke dalam mansion dengan tenang. Begitu melewati pintu besar itu, senyum tipis di wajahnya langsung menghilang — berganti dengan ekspresi datar dan dingin....

...Sebenarnya, ia muak harus kembali menginjakkan kaki di tempat ini....

...Langit malam di luar begitu indah, tapi di dalam rumah itu, udara serasa menyesakkan....

...Langkah kakinya bergema di lantai marmer yang terlalu mengilap, seperti menegaskan betapa kosongnya tempat itu dari kehangatan....

...Seorang wanita paruh baya melangkah cepat dari ruang tengah. Tatapannya tajam, penuh kebencian yang di samarkan dengan senyum palsu....

...PLAK!...

...Tamparan keras mendarat di pipi Lyra, membuat kepalanya tertoleh ke samping....

...“Oh my God…” gumam Lyra geram, memegang pipinya. “What the hell are you doing ?” umpatnya tajam....

...“Berani kamu ngomong kasar sama saya ?!” bentak wanita itu dengan nada tinggi....

...Lyra memutar bola matanya malas, lalu menatapnya datar....

...“Regina Mariska… lo bukan nyokap gue. Jadi gue nggak harus takut sama lo.”...

...“LYRA!”...

...Suara berat seorang pria tiba-tiba menggema, membuat seluruh ruangan menegang....

...Guntur Sinaga Bhatara — ayah kandung Lyra — melangkah cepat dengan rahang mengeras dan tatapan penuh amarah....

...Lyra menoleh pelan, wajahnya tetap dingin....

...“Kenapa ? Anda mau bela pelacur ini ?” katanya sinis, nada suaranya tajam seperti pisau....

...“Mas, lihat…” ucap Regina lembut, penuh drama. “Ini hasil didikan ibu kandungnya. Kurang ajar dan tidak punya sopan santun.”...

...Namun senyum liciknya menampar udara lebih keras dari kata-katanya....

...Lyra menatap tajam. “Ulangi kata-kata lo.”...

...“Saya bilang, didikan ibu—”...

...PLAK! ...

...PLAK!...

...Belum sempat kalimat itu selesai, dua tamparan keras dari Lyra mendarat di pipi Regina....

...“Jangan bawa-bawa nyokap gue. Atau gue robek mulut busuk lo itu.” Desis-nya tajam....

...Nada suaranya tenang, tapi dinginnya membuat udara bergetar....

...“LYRA!!”...

...Bentak Guntur, murka....

...Lyra mendecak kecil sambil menutup telinganya....

...“Gue nggak budeg, jadi nggak perlu teriak-teriak,” ujarnya santai....

...Lyra berbalik hendak menaiki tangga, namun suara Guntur meng-hentikan nya....

...“Kamu pikir saya nggak bisa didik kamu, hah ?!”...

...Suara Papanya menggema, berat dan bergetar oleh amarah....

...Lyra berhenti di anak tangga pertama, lalu menoleh pelan....

...“Didik ?” ulangnya dengan nada datar. “Lucu. Karena selama ini yang saya tahu, Anda lebih sering memukul dari pada mendidik.”...

...“JAGA UCAPANMU!” bentak Guntur, urat di lehernya menegang. Ia maju mendekat. “Kamu pikir sudah dewasa ? Pantas bicara seenaknya di rumah ini ?”...

...Lyra tersenyum tipis — senyum yang lebih menyakitkan dari ejekan....

...“Rumah ini ?” Ia menatap sekeliling. “Lucu. Dari dulu saya pikir ini cuma panggung sandiwara, bukan rumah.”...

...“LYRA!”...

...Tangan Guntur terangkat, tapi berhenti di udara. Tatapan Lyra yang dingin membekukan-nya....

...“Silakan,” ujar Lyra tenang. “Tampar aja. Mungkin itu satu-satunya cara Anda ngerasa berkuasa, kan ?”...

...Wajah Guntur memerah, tapi tangannya gemetar, tak jadi turun....

...Lyra menunduk sedikit, nadanya kini lebih lembut tapi menohok....

...“Anda tau ? bedanya Papa dan Mama ?. Kalau Mama mukul saya waktu kecil, itu karena dia mau saya kuat. Kalau Anda ? Anda cuma pengen saya tunduk.”...

...“Jangan samakan saya dengan ibumu!” Suara Guntur hampir pecah. “Dia perempuan keras kepala yang nggak tahu diri!”...

...Lyra terkekeh pelan, getir....

...“Lucu. Karena justru dari perempuan keras kepala itu saya belajar satu hal penting — jangan pernah tunduk sama orang yang pakai kekuasaan buat nutupin rasa bersalahnya.”...

...Guntur terdiam. Matanya penuh amarah dan sesuatu yang lain mungkin rasa bersalah, mungkin ego yang terluka....

...Lyra menaiki satu anak tangga lagi dan menatapnya dari atas....

...“Saya tahu Anda marah karena saya nggak jadi anak yang bisa di kontrol. Tapi saya bukan boneka, dan Anda bukan Tuhan.”...

...Lyra berbalik dan melangkah naik, langkahnya tenang namun bergetar oleh amarah yang terpendam....

...Guntur hanya berdiri mematung di bawah, menatap punggung putrinya yang menjauh — seperti melihat bayangan dari wanita yang dulu pernah di cintainya, kini hidup lagi dalam wujud Lyra....

...BRAK..!!...

...Sampai akhirnya suara pintu kamar tertutup keras di lantai atas, meninggalkan gema yang terasa lebih tajam dari pada seribu kata....

...Keheningan di ruang tengah terasa berat setelah Lyra menghilang di lantai atas....

...Suara langkah Guntur masih terdengar berat dan tidak stabil, napasnya kasar menahan amarah. Tangannya mengepal, tapi matanya kosong — tatapan seorang ayah yang terbelah antara marah dan benci....

...Regina perlahan mendekat. Langkahnya pelan, suaranya lembut, nyaris seperti belaian....

...“Mas…” panggilnya dengan nada rendah....

...Guntur tidak menoleh, hanya berdiri kaku menghadap tangga tempat Lyra tadi pergi....

...Regina menunduk sedikit, berpura-pura takut, tapi ekspresinya terselip kepuasan tipis....

...“Mas… jangan marah dulu. Anak itu memang susah di atur sejak dulu.” Ia mendesah panjang, lalu melanjutkan pelan, “Saya tahu Mas pasti capek menghadapi Lyra. Tapi… mungkin karena terlalu di manja sama Mamanya dulu.”...

...Guntur menoleh tajam. “Jangan bawa-bawa Dia.”...

...Regina langsung menunduk, pura-pura menyesal....

...“Maaf, Mas. Saya tidak bermaksud menjelekkan. Cuma… saya kasihan sama Mas. Dari dulu Mas yang kerja keras, tapi selalu di anggap jahat di mata putrimu itu.”...

...Regina berjalan pelan, lalu berdiri di samping suaminya. Tangannya menyentuh lengan Guntur dengan lembut, seolah menenangkan....

...“Lyra itu pintar, cantik, tapi hatinya keras… sama seperti Mamanya. Aku cuma takut, Mas. Kalau di biarkan, dia akan makin liar. Dia bahkan berani tampar aku, Mas. Aku ini Mamanya juga di rumah ini, tapi dia… dia nggak hormat sama sekali.”...

...Nada suaranya bergetar, seolah menahan tangis, tapi matanya memantulkan sinar puas....

...“Saya cuma nggak mau Mas kehilangan wibawa di depan anak sendiri. Kalau dia bisa seenaknya begitu di depan kita… nanti orang luar akan mikir gimana ?”...

...Guntur mengusap wajahnya kasar, menarik napas dalam....

...“Lyra bukan anak kecil lagi, Gina. Tapi kelakuannya—”...

...“Justru itu, Mas,” potong Regina lembut. “Dia sudah besar, tapi masih membawa dendam masa kecilnya. Kadang saya pikir… dia belum bisa terima kenyataan kalau Mas menikah lagi.”...

...Regina menatap suaminya dalam-dalam, pura-pura sedih....

...“Dia membenci saya bukan karena saya jahat padanya, Mas… tapi karena dia belum bisa ikhlas lihat Mas bahagia sama orang lain.”...

...Kata-kata itu menancap seperti jarum halus di telinga Guntur. Ia terdiam, menatap lantai, lalu menarik napas berat. “Aku tahu Lyra susah di atur, tapi… dia tetap putriku.”...

...Regina tersenyum sinis, menunduk sopan. “Tentu, Mas. Saya tahu itu. Saya cuma berharap… jangan sampai anak itu menghancurkan Mas seperti Mamanya dulu.”...

...Suaranya lembut, manis, tapi penuh racun....

...Guntur memejamkan mata. ...

...Dalam diam, kata-kata itu berputar di kepalanya — lembut tapi mengiris perlahan, membuat batas antara cinta ayah dan amarah mulai kabur....

...Regina tersenyum kecil saat berbalik, melangkah meninggalkan Guntur yang kini tenggelam dalam pikirannya sendiri....

...Langkahnya ringan, hampir tanpa suara....

...Di sudut bibirnya, ada senyum puas yang tak sempat terlihat oleh siapa pun....

...0o0__0o0...

1
Kenick Cafe
hajar juga tuh mak tiri ny lyra
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭 sabar ya, kakak
total 1 replies
Arsifa Masyid
si drexler benar-benar idaman 😍😍😍. sayangnya hanya ada di dunia fiksi.🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣, di dunia nyata juga ada kok kak, cuman mungkin beberapa biji saja.🤭🤭🤭
total 1 replies
Ita rahmawati
gimana reaksi drexler kalo tau apa yg dilakukan keluarga lyra ya 🤔
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭 itu masih aku pikirkan, kak. 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
kymlove...
udah xler cepat garap itu si bapaknya lyra, kasih paham dengan segala kekuasaanmu

😌
kymlove...: yup, aku harap gak ngecewain kita yang berharap Drexler gk setengah2 dalam ngasih salam perkenalan ke orang tua bodoh itu😌😌
total 2 replies
Kenick Cafe
ayoo loe bagas kena bogem Ice Boy loh
Arsifa Masyid
gue tunggu Bagas tinggal riwayat doang 🤣🤣🤣🤣
kymlove...
haduh... kapan sih bapak tua bangkanya lyra di kasih paham Dexter, setelah hama2 sekolah ini tamat riwayatnya ganti kasih paham bapaknya donk.... pingin ikut buat bantai aja rasanya... 🤬🤬
kymlove...: aku serahin ke Dexter saja thor🤣🤣
total 3 replies
Ita rahmawati
ngeri bingit ih kelakuan mereka,,bosa ya disekolah bgtu 🤣
dexler udh dateng tuh matilah kau bagas 😂😂
Nuna Mochi: bisa dong kak, namanya juga dunia fiksi 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Arsifa Masyid
gue selalu suka dengan kata Lyra... termasuk tua Bangka sialan. 👍🤣🤣🤣🤭🤭🤭
Nuna Mochi: Asal jangan di terapkan di dunia nyata ya, kakak,🤭🤭🤭🤭🤣🤣🤣
total 1 replies
Arsifa Masyid
Duuuuh Lyra, keuwuhan kalian udah nembus ginjal ku 😍😍😍🤣🤣🤣🤣 tanggung jawab gak Lo Thor 🤭🤭🤭
Nuna Mochi: Xixi kakak,🤭🤭🤭 waduhh...jangan mintak tanggung jawab sama aku, minta aja sama Drexler dan Lyra 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Arsifa Masyid
Duuuuh...uwuh banget kalian 😍😍😍😍😍
Nuna Mochi: Xixi kakak,🤭🤭🤭 pantau terus ke uwuhan mereka 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Ita rahmawati
dasar tua bangka 🤣🤣
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭 jangan di tiru ya, kakak. 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
kymlove...
aaaa so sweet 😍😍
kymlove...: nganan aja kalau gitu aku thor... 🤣😅
total 2 replies
Ita rahmawati
yuuuhuuuu jadian guyssss 🤣🤣
Nuna Mochi: jangan lupa tumpengnya kakak, 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Yuyun Yunaas
Drexler gak mau rugi,,, 🤣🤣🤣🤣🙏🙏
Alex
akhirnya kalian bersatu🥰
Alex: iya kak
part-nya semakin tegang dan greget
total 2 replies
Arsifa Masyid
Astaga...dah lah kalian memang pasangan gila. tapi gue tetep suka 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: xixi kakak, 🤣🤣🤣pantau terus kegilaan mereka berdua 🤭🤭🤭
total 1 replies
Ita rahmawati
ternyata si vika nih yg jd gurunya,pantesan lyra nakal dn berani
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭 mintak di sentil itu ginjalnya Vika, tolong wakilin kak, 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
sasip
bandel amat yah ini anak dua? cocok abiz..
😉🤭😅
Nuna Mochi: jangan di tiru ya kakak, 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
kymlove...
ayooo coba... aku juga penasaran 🤣🤣🤣
kymlove...: yeah.. padahal pingin tau rasanya🤣🤣🤣🤣
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!