Bismillah,
Kisah ini sekuel dari Pengobat Luka Hati Sang Letnan (Kisah Maslahat).
Ikuti FB Lina Zascia Amandia
WA 089520229628
Patah hati karena cinta dan hampir saja bunuh diri. Nyawa Aika hampir saja melayang, kalau saja tidak ada seorang pria arogan dan kasar menolongnya.
"Gila, kamu mau bunuh diri? Patah hati karena lelaki. Lelaki mana yang telah menghamilimu, biar aku kejar supaya menikahimu?" Serka Lahat menarik tubuh gadis itu ke dalam mobil bututnya.
Mobil itu berlari kencang menuju sebuah klinik. Tidak disangka penemuan itu, benar-benar merubah hidup Maslahat yang monoton dan betah membujang.
Lalu apa yang membuat Maslahat berubah, menemukan jodohnya, atau justru menikahi gadis putus asa yang diduganya hamil oleh pacarnya atau mendapat jodoh lain yang lebih baik? Temukan jawababnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Dianggap Berbohong
Aika tiba di rumah, bersamaan dengan Aiko yang baru pulang dari kerja.
Aika langsung mendahului langkah Aiko ke dalam rumah, setengah berlari. "Ai." Panggilan Aiko tidak digubris Aika, sebab rasa mual itu terasa lagi.
"Kenapa dengan adikmu?" Bu Andini menatap kepergian Aika yang berlari menaiki tangga lalu memasuki kamar.
"Sepertinya mual-mual lagi, tuh, Bu."
"Tolong Aiko, kamu bujuk adikmu supaya ngomong, ibu takut semakin lama semakin besar kalau dia benar-benar hamil," ucap Bu Andini khawatir.
"Aiko juga khawatir, Bu. Tapi harus dengan apa Aiko membujuk dia. Sepertinya Aika ketakutan kalau dia diamuk Bapak sama Ibu kalau ngaku," ujar Aiko menarik kesimpulan.
"Ibu harus bicara untuk yang terakhir kali dengan Aika, kalau dia masih tidak mau bicara juga, ibu tidak peduli lagi. Terserah saja. Mau dibantu, tapi justru dia tutup-tutupi. Memangnya pria itu sepengaruh apa di kantornya sampai Aika ketakutan seperti itu?" Bu Andini bergegas menuju tangga untuk ke kamar Aika.
Aiko was-was, untuk itu dia segera mengikuti sang ibu menuju kamar sang adik. "Bu, jangan terlalu keras, pelan-pelan bertanyanya. Semakin keras, Aika malah semakin menyangkal," peringat Aiko sembari mengikuti Bu Andini.
Mereka sudah berada di dalam kamar Aika, Bu Andini mendapati Aika yang baru keluar dari kamar mandi dengan mulut yang basah.
"Aika, kamu masih belum mau jujur sama kami. Sudah jelas kamu mual-mual dan muntah-muntah. Kami yakin ada yang terjadi sama kamu. Ngakulah, kalau kamu terus terang, maka kami akan susul pria itu untuk meminta tanggung jawabnya," seloroh Bu Andini tanpa memberikan Aika kesempatan untuk duduk.
"Ya ampun Bu, Ibu masuk kamar Aika hanya demi mempertanyakan hal itu lagi? Itu lagi itu lagi yang dibahas, kenapa Ibu dan semua yang ada di rumah ini tidak percaya kalau Aika tidak hamil, jangankan hamil melakukan hubungan saja nggak, Bu. Harus pakai sumpah apa agar ucapan Aika bisa kalian percaya?" balas Aika tidak senang, matanya sedikit menyala.
"Kamu pasti malu untuk mengakui kalau kamu sedang hamil. Kami tidak akan marah, kami hanya ingin mendapat pengakuan darimu, agar kami bisa mendatanginya di kesatuan," ujar Bu Andini lagi kesal dengan Aika yang dianggapnya tidak jujur.
"Aduh Ibu, kenapa Ibu masih belum percaya juga. Aika bisa buktikan kalau Aika tidak sedang hamil. Lihat, ya, ini bukti kalau Aika tidak hamil. Muntah dan mual yang Aika alami tadi hanyalah penyakit asam lambung," sangkalnya seraya membuka tasnya mencari obat asa lambung yang diberikan dokter di klinik tadi.
Bu Andini dan Aiko menatap tajam ke arah Aika yang sibuk menguwek-uwek tasnya. "Kok tidak ada? Oh, ya ampun, sepertinya tadi tertinggal di meja kerja saat aku keluarkan dan perlihatkan sama Mbak Moza," gumam Aika masih bisa didengar ibunya dan Aiko.
Bu Andini dan Aiko saling lempar tatap, mereka berdua menganggap Aika tengah bersandiwara.
"Kamu masih berusaha menutupi semua, dengan bersandiwara seperti itu. Kamu tidak mau mengaku, tidak apa-apa." Bu Andini berlalu meninggalkan kamar Aika.
"Bu, tunggu, Bu! Kenapa Ibu masih saja tidak percaya dengan anakmu ini. Aika jujur, Bu. Aika bukan murahan juga, rela dihamili atau ditiduri hanya gara-gara mencintai cowok itu. Tolong Ibu percaya, kalau bukan Ibu, lantas siapa lagi yang mau percaya Aika?" jeritnya berharap sang ibu mendengar dan percaya. Tubuh Aika merosot ke bawah ranjang dan menangis di sana. Aika kesal ibunya masih saja tidak percaya dengan dirinya.
"Aiko, bangunlah." Aiko meraih tangan Aika untuk bangun dan menduduki ranjang.
"Mbak juga sama, tidak percaya kalau aku tidak hamil. Aku ini sakit asam lambung Mbak, tadi aku ke klinik dan sudah diperiksa. Tapi, obatnya malah tertinggal di atas meja kerja aku." Aika berkata sedikit keras dan menepis tangan sang kakak.
"Kami bukan tidak mau percaya, tapi sikap kamu itu menunjukkan seolah sudah terjadi hal besar yang diakibatkan pria itu. Ya, sudah kalau itu sikapmu, tidak apa-apa. Hanya saja, kalau kamu tidak mau mengaku, maka jangan libatkan bapak dan ibu jika nanti terjadi apa-apa sama kamu." Aiko berlalu dari kamar sang adik dengan hati dongkol.
"Kalian semua sama, kalian tidak mempercayai aku." Aika menangis sejadi-jadinya di kamar karena merasa kecewa keluarganya masih tidak percaya kalau dia sama sekali tidak hamil.
Besoknya Aika pergi bekerja seperti biasa, dia ke dapur sarapan dulu. Sebab hari ini sesuai yang dikatakan Moza, dia diutus ke kesatuan Zeni untuk mengantar bunga.
Aika bertekad untuk tidak mendiamkan diri kelaparan dan sakit lagi. Aika meraih madu dan mengolesi roti dua sisir untuk sarapannya. Lalu dengan memaksakan diri, ia merebus bumbu dapur yang disinyalir bisa mengurangi sakit asam lambung, sebab obat asam lambungnya tertinggal di tempat kerja.
Kunyit, dan jahe ia rebus dalam sebuah panci dengan air dua gelas. Setelah sedikit surut dan mendidih, ia saring dan airnya ia dinginkan terlebih dahulu sebelum diminum.
"Aika pergi dulu, assalamualaikum." Aika pamit setelah minum godogan air jahe dan kunyit dicampur madu.
"Waalaikumsalam," balas Bu Andini. Beberapa saat kemudian Aiko dan Pak Andi muncul dan tiba di ruang makan sembari menatap kepergian Aika yang sudah di ambang pintu ruang tamu.
"Masih belum mau ngaku juga, Bu?" tanya Pak Andi.
"Belum, Pak. Tapi, apakah kita terlalu memaksanya untuk mengakui, Pak? Sebab Aika sama sekali tidak mengaku, dia justru bilang kalau dia sakit asam lambung, itu kenapa dia mual dan muntah," ujar Bu Andini masih diliputi perasaan bingung dan khawatir.
"Entahlah, Bu. Lalu, bagaimana permintaan bantuan kita pada Nak Lahat? Bapak sebenarnya malu. Tapi, siapa tahu melalui Nak Lahat, Aika perlahan-lahan bisa jujur."
Mereka masih terlibat obrolan tentang Aika. Sementara Aika, kini sudah tiba di Taman Puri Bunga tempatnya bekerja.
"Aika persiapkan diri kamu. Sebentar lagi Pak Lendra dan Indra serta dua pegawai lain akan menyertai kepergian kamu ke kesatuan Zeni." Moza sudah menghampiri Aika di mejanya.
"Aduh, tapi Mbak, gimana kalau asam lambung aku nanti kambuh di sana? Apa sebaiknya yang lain saja atau Mbak saja yang lebih pengalaman." Aika berusaha menolak halus dengan alasan asam lambungnya akan kambuh.
"Kemarin juga obat aslam aku tertinggal. Tapi di mana, kok tidak ada? Aduh ...." lanjutnya mencari obat asam lambung yang ketinggalan.
"Kamu sih lupa segala, sepertinya kebuang sama Mang Asep yang bersih-bersih. Tahu sendiri Mang Asep kalau bersih-bersih, di atas meja apapun itu disikatnya main masuk tong, selagi penghuni meja sudah pergi."
"Aduhhh, Mang Asep, tega banget." Aika kecewa karena obatnya hilang yang diduga terbuang Mang Asep. Terpaksa kalau aslamnya nanti kambuh Aika harus beli obat warung untuk pereda asam lambungnya.
Tanpa bisa menolak lagi, akhirnya Aika dan Pak Lendra, Indra, dan dua pegawai Taman Puri Bunga, berangkat menuju kesatuan Zeni.
Setengah jam kemudian, mobil pick up yang membawa tanaman dan sejenis bunga hias itu sudah tiba di kesatuan Zeni. Aika mendadak takut kalau dia harus dipertemukan dengan mantan kekasih yang dinilainya tega.
"Aku harus kuat seandainya nanti aku bertemu dia," batin Aika sedikit nelangsa. Sebelum turun dari mobil, Aika memperbaiki dandanan dan kerudungnya.
Apa Aika akan dipertemukan dengan Prayoda atau malah bertemu Lahat? Nantikan lanjutannya besok ya, bestie-bestieku yang baik.
coba komunikasi yg bener..kata BPK jgn egois kan??
Luluhkan bang hati istrimu...