NovelToon NovelToon
Chased By Love: My Hot Ex'S Uncle

Chased By Love: My Hot Ex'S Uncle

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:632
Nilai: 5
Nama Author: Neogena Girl

Keputusan berlibur selama sebulan penuh untuk memulihkan patah hati sukses besar. Rhea De Santiago tidak lagi menyalahkan dirinya atas perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan kekasih. dia benar-benar sudah pulih dan siap menjalani kehidupan baru.

Namun sehari sebelum pulang ke Meksiko, Rhea menghabiskan malam panas tanpa paksaan dengan William Riagen. Paman dari mantan kekasihnya. Setelah bercinta dengan intens, Rhea langsung terbang ke Meksiko dengan anggapan William tidak mungkin peduli dengan hubungan satu malam yang telah terjadi. Dia tidak tahu tentang William yang sudah menaruh rasa sejak lama.

“... Usai bertemu lagi dengan Mu setelah sekian lama, bahkan menghabiskan malam panas bersama, Aku ingin memiliki Mu seutuhnya. Aku ingin Diri Mu. Rhea De Santiago, Aku akan mengejar Mu tidak peduli jika harus sampai ke ujung Dunia sekalipun. Aku akan menangkap Mu dengan kedua tangan ini, dan menjadikan Mu milik Ku. Milik William Riagen!”

=>Kalau suka, Silahkan dibaca♥️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 09

Walau tubuh nya menjerit lelah, area kewanitaannya terasa nyeri dan panas, dengan outfit yang menutup bagian leher sampai ujung lengan dan ujung kaki, kini Rhea sudah duduk khusuk di kursi first Class yang di pesankan oleh Seleste. Tanpa ragu.

Dalam tampilan luar yang terkesan elegan dan tenang, di dalam batin Dia tengah berteriak histeris.

“Ya Tuhan!! Astaga.. Astaga.. Rhea De Santiago, apa yang sudah Kau lakukan ? Dengan Uncle William ? Pria yang merupakan adik terkahir dari Ayah Rafael Riagen ? Dari semua pria di muka bumi ini, Kau melewati pengalaman pertama dengan nya ? Kemana kewarasan Mu ?”

Dengan pergerakan tenang, Rhea mengintip ke jendela. Memastikan bahwa Dia benar-benar sudah mengudara dan tidak di kejar oleh William Riagen.

“Fyuuhh..” Lagi, Rhea menghembuskan nafas panjang.

Bukan nya percaya diri sekali, tapi sekali lihat saja Rhea dapat merasakan tatapan William pada nya semalam tampak berbeda. Itu bukan tatapan canggung, bukan pula tatapan yang penuh akan naf*su. Itu tatapan yang penuh cinta kasih. Tatapan yang sangat lembut. Setiap pergerakan nya semalam, menunjukkan dengan jelas bahwa Rhea bertahta spesial di hati William.

Setelah terlelap pun, Rhea berada di dalam rengkuhan William. Dengan erat lengannya mengunci pergerakan Rhea. Memberi tanda tak ingin Rhea menghilang dari pelukannya. Terbukti saat Rhea membuka mata, dan posisi tidur Mereka masih sama. Dia masih berada dalam rengkuhan hangat itu.

“... Tapi, sejak kapan Dia memiliki tatapan itu ? Apa Aku sungguh buta di masa lalu dan tidak memperhatikan hal yang terpampang nyata ?” Monolog Rhea pelan.

“Kakak Peri~” Bisik anak kecil di sebelah Rhea.

Semenjak naik ke pesawat, Rhea mendapat teman baru. Gadis kecil yang usia nya lima tahun, memiliki pipi yang tembem dan berkarakter sopan.

Kursi di sebelah Rhea kosong lantaran penumpang yang seharusnya duduk di situ tidak datang. Anak kecil itu sebenarnya duduk di depan Rhea bersama Sang Ibu. Namun karena Rhea memiliki wajah yang cantik, membuat anak itu ingin mengobrol dengannya.

“Kenapa sayang ?” Jawab Rhea dengan senyum lembut.

“Apa Kakak lelah ? Kakak terus menghembuskan nafas panjang, sama seperti ayah kalau pulang kerja.”

“Kakak baik-baik saja sayang. Terimakasih karena telah menghawatirkan Ku.” Dengan lembut, Rhea membelai kepala gadis itu. Wajah menggemaskan yang Dia miliki tidak akan bisa membuat seorang pun marah dan meninggikan suara pada Nya sekalipun melakukan kesalahan.

“Beatrice, kemari lah.” Panggil sang Ibu dengan lembut.

Gadis itu pun berpamitan pada Rhea dan langsung duduk di pangkuan Sang Ibu. Seolah sudah berpisah lama, Dia pun memeluk sang Ibu dan memberikan kecupan-kecupan di wajah.

“Harmonis sekali hubungan Mereka berdua,” batin Rhea kemudian merilekskan tubuh. Memakai selimut yang tersedia, kemudian memejamkan mata lantaran bertempur hampir semalaman membuat tubuhnya kelelahan.

Disaat Rhea De Santiago tengah mengudara dan bahkan beristirahat, di sisi lain William baru mulai mendapat kesadaran.

Tangan yang kekar mengelus lembut sisi yang seharusnya di tempati seseorang, namun yang Dia rasakan hanyalah selimut dengan suhu yang dingin.

“!” Netra nya langsung terbuka, dan sesuai dugaan. Rhea sudah tidak ada. Suhu yang seharusnya menghangat, kini telah mendingin. Menandakan bahwa Dia sudah pergi sejak beberapa jam yang lalu.

Walau bangun dalam keadaan tubuh yang segar bugar, William langsung di hantam kenyataan bahwa Rhea telah pergi. Tanpa berpamitan, dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sesederhana meninggalkan pesan di kertas kecil pun tidak.

Sambil menurunkan kaki ke lantai, William Riagen pun berucap dengan senyum gemas di wajahnya. “Kau kabur setelah malam panas itu, Rhea De Santiago ?”

Perlahan langkah kaki membawa William untuk membersihkan diri. Air yang jatuh ke tubuh dan mengenai luka goresan yang ditinggalkan oleh Rhea menciptakan rasa nyeri namun tidak menjadi masalah untuk Pria satu ini. Dengan kesadaran penuh dan berkepala dingin, William kembali berucap.

“Ku pikir dengan perpisahan antara diri Mu dan Rafael sudah menjadi hal paling melegakan sekaligus membahagiakan dalam hidup Ku. Akhirnya Kau bebas dari keponakan sampah Ku itu, dan dapat menemukan kebahagiaan. Tapi ternyata Aku salah. Salah besar.”

“... Usai bertemu lagi dengan Mu setelah sekian lama, bahkan menghabiskan malam panas bersama, Aku ingin memiliki Mu seutuhnya. Aku ingin Diri Mu. Rhea De Santiago, Aku akan mengejar Mu tidak peduli jika harus sampai ke ujung Dunia sekalipun. Aku akan menangkap Mu dengan kedua tangan ini, dan menjadikan Mu milik Ku. Milik William Riagen!”

Keputusan yang sudah tak bisa di ganggu gugat itu, sama sekali tidak terbayangkan oleh Rhea De Santiago yang tengah mengudara bahkan tengah terlelap dalam tidurnya sedikit pun.

...***...

Delapan jam berlalu, dan Rhea telah bangun dari tidur lelapnya lantaran perut yang menjerit lapar.

Usai mengisi perut, Rhea kembali bersandar. Walau terkesan tidak sopan, percakapan Beatrice dengan Sang Ibu tertangkap di pendengaran Nya.

“Ibu, apa taman di Meksiko indah ?”

“Tentu saja sayang. Taman di Meksiko sangat indah karena di rawat dengan telaten.”

“Hmpt!” Lagi-lagi Beatrice langsung mengisi pipinya dengan udara dan menolehkan wajah ke arah lain. Sang Ibu langsung tau kemana arah percakapan akan pergi.

“Sayang, apa ada sesuatu yang membuat Mu kesal ? Katakan pada Ibu.” Dengan sabar sang Ibu bertanya walau ini sudah sikap Beatrice yang sama sejak dua hari sebelum keberangkatan ke Meksiko.

“Ibu, seindah apapun taman di Meksiko rasanya akan biasa saja jika Ibu tidak pergi bersama Ku. Sama seperti di New Zealand, Ibu terus saja sibuk dengan pekerjaan.”

“Tapi sudah Ibu putuskan untuk tidak bekerja lagi sayang. Kita pergi ke Meksiko karena Ayah Mu sudah menyiapkan segala keperluan perpindahan Kita ke Meksiko. Saat di Bandara nanti, Ayah, Kakek dan Nenek akan menjemput Kita. Ayah sudah mengatakan lewat telepon kan ? Ayah sudah menyiapkan semua nya di Meksiko. Ibu tidak perlu bekerja lagi, dan Ibu akan menemani Beatrice selama nya.”

Pandangan Beatrice kembali bertemu dengan Sang Ibu. Netra nya nampak berbinar, senyum bahagia tidak bisa Dia sembunyikan. Lonjakan kebahagiaan selalu saja terasa jika Sang Ibu dengan tanpa bosan-bosannya menjawab pertanyaan yang sama berkali-kali.

“Umm.. Jangan mencoba untuk menipu Ku, Ibu. Ayo janji jari kelingking.” Tuturnya sambil menampakkan jari kelingking yang mungil.

Sang Ibu terkekeh pelan dan langsung menautkan jari kelingking. Mereka tertawa bersama dengan intonasi nada yang dijaga agar tidak mengganggu penumpang yang lain.

“...” Dalam keheningan, Rhea menurunkan atensi ke arah jari kelingking Nya.

Otaknya dengan gesit langsung memunculkan adegan dan dialog yang pernah terjadi beberapa tahun silam.

...•••...

...“Janji jari kelingking ?” Tutur gadis kecil itu dengan wajah yang penuh derai air mata dan juga ingus yang di tarik berkali-kali....

...“Umm.. Ibu berjanji untuk tidak meninggalkan Putri kesayangan Ibu lagi. Selamanya.” Jawabnya dengan lembut dan penuh ketulusan, walaupun fakta nya bukan Dia yang meninggalkan Sang putri, tetapi sang Putri lah yang tersesat di taman hiburan yang terbentang luas....

...“Ummmm, selama nya.” Balas Rhea sambil membiarkan wajahnya di seka dengan lembut oleh sang Ibu....

...•••...

“Hahaha.” Rhea tertawa pelan. Dia membuang atensi wajah ke arah jendela, dan lanjut berucap dalam batin. “...Bukan Ibu yang mengingkari janji, tapi Aku. Aku yang menghancurkan nya. Aku yang menghancurkan ikatan itu. Haahh.. Ibu.”

Masih ada banyak waktu yang tersisa sampai pesawat mendarat, dan Rhea De Santiago tidak bisa terlelap. Dia mencoba, namun perasaan gelisah terus menghujani diri nya.

Rhea termenung dalam keadaan sadar total dan melepaskan kekhawatiran yang tidak perlu. Dua jam berlalu dalam percakapan di otak, dan Dia pun ber batin usai memutuskan sesuatu.

“Aku akan menemui Nya. Setelah mendarat, Aku akan menghampirinya dan meminta maaf. Tak apa jika di abaikan atau di usir, Aku akan tetap menghampirinya dan meminta maaf. Usai sebulan berlalu, Aku terus memikirkan hal ini jika kan ? Ibu— Hah!!“ Tubuh Rhea mengalami goncangan.

Tidak, bukan hanya diri nya. Tubuh semua penumpang terguncang. Pesawat mengalami Turbulensi.

Para petugas pesawat langsung memberikan informasi tentang situasi turbulensi dan instruksi keselamatan. Menghimbau kan agar tetap tenang, mengencangkan sabuk pengaman dan tidak berdiri. Para pramugari membantu penumpang yang mengalami cemas berlebihan dan memberikan tas muntah bagi yang merasa mual. Mereka memastikan semua penumpang duduk dengan aman dan Pilot pun berusaha mencari rute yang lebih halus dan bahkan mengurangi kecepatan untuk meminimalkan dampak turbulensi.

Walau Rhea berusaha tenang, pikirannya terbang ke mana-mana. “Tidak... Ku mohon jangan terjadi hal buruk. Aku belum meminta maaf pada Ibu. Aku tidak bisa mati dalam keadaan seperti ini. Kumohon...” Monolognya hampir seperti berbisik. Dia memejamkan mata, berusaha mengatur nafas dan pikirannya agar tidak memperburuk kondisi tubuh.

...***...

...Guysss, untuk yang kesekian kalinya, JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YA🥰. JANGAN LUPA!! Neo sangat mengharapkan Kalian berpartisipasi aktif dalam kolom komentar (Astaga, kenapa formal sekali😵‍💫) Okay thanks guys, kalian bisa langsung ke chapter selanjutnya ♥️...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!