Zhao Jinyue, putri keempat Bangsawan Jing kehilangan segalanya setelah Pangeran Rui—sang suami—mendapatkan gelar Putra Mahkota.
Dia yang seharusnya menjadi Putri Mahkota tidak hanya dikhianati, tetapi juga difitnah dan dibunuh dengan kejam.
Zhao Jinyue pikir kematian tragisnya adalah akhir dari segalanya, tanpa diduga dia malah lolos dari lubang neraka dan kembali di hari Kaisar menjatuhkan titah pernikahan untuknya.
Dengan kenangan menyakitkan yang membekas di ingatannya, Zhao Jinyue mana mungkin bersedia mengulangi kesalahannya dengan menikahi Pangeran Rui dan membiarkan kakak ketiganya menjadi selir samping, bahkan bersedia menyetarakan status mereka.
Di kehidupan ini, Zhao Jinyue akan menjadi wanita yang berbudi luhur di mata dunia. Namun, diam-diam merencanakan pembalasan dan berbalik menaiki kapal Pangeran Runan, musuh bebuyutan Pangeran Rui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jinyue, Apa Kamu Puas Sekarang?
"Pengawal, terapkan hukum keluarga untuk Nona Ketiga!"
Begitu suara tegas Bangsawan Jing menggema di aula yang megah, suasana mendadak mencekam. Dua orang pengawal yang berdiri di belakangnya segera melangkah maju, mata mereka tertuju pada Yi Nan, Nona Ketiga dari Keluarga Bangsawan Jing. Tanpa ampun, mereka menyeretnya keluar, tak sedikit pun memberikan kesempatan untuk mengajukan banding atau melawan.
"Aaahhh ...." Jeritan Yi Nan mengiris udara, menembus rasa tenang yang dipaksakan oleh para anggota keluarga lainnya. Pukulan demi pukulan menghujaninya, menciptakan simfoni kesakitan yang memilukan. "Ibu, sakit ... Ayah, tolong aku!" serunya dalam tangisan.
Di sudut aula, Tuan Kedua Zhao dan Selir Lin hanya mampu menahan emosinya. Mereka memilih untuk mengabaikan teriakan putri mereka, seolah-olah suara tersebut hanyalah angin lewat yang tidak layak untuk mendapatkan perhatian.
Pangeran Rui, yang hadir di tengah situasi yang tegang ini, merasakan hatinya bergetar mendengar jeritan Yi Nan. Namun, ia hanya bisa duduk dengan pasrah, terhalang oleh kode etik kerajaannya. Mengintervensi sebuah urusan dalam keluarga bangsawan adalah hal yang dilarang, bahkan untuk seorang pangeran.
Terlebih, itu adalah Keluarga Bangsawan Jing!
Kaisar saja sangat menghormati dan menghargai Bangsawan Jing, mana mungkin dia yang hanya seorang pangeran berani berulah demi seorang wanita.
Hanya tuan dan nyonya bangsawan yang duduk dengan tenang, mereka tampak tak acuh seolah-olah apa yng terjadi pada Yi Nan tidak ada hubungannya dengan mereka.
Sebagai orang tua saja tuan dan nyonya bangsawan tidak tega menyentil Jinyue, berani-beraninya Yi Nan menyakiti putri mereka!
Dia pantas mendapatkannya!
'Yi Nan, ini baru permulaan!' Jinyue diam-diam menikmati penderitaan Yi Nan, setiap jeritan sang kakak sepupu seperti melodi yang mengalun indah di telinganya.
Selain Jinyue, ada juga beberapa pelayan di kediaman yang menikmati penderitaan Yi Nan dalam diam.
Mereka adalah orang-orang yang pernah diperlakukan tidak baik oleh Yi Nan.
"Akhirnya Nona Ketiga merasakan apa yang kita rasakan." Suaranya dipenuhi kepuasan.
"Orang jahat pasti mendapatkan balasannya," tambah yang lain.
"Syukurin!" Suara-suara itu menunjukkan semangat balas dendam kecil yang selama ini mereka pendam.
Namun, mereka tahu bahwa kebahagiaan mereka tidak akan berlangsung lama. Yi Nan adalah putri dari keluarga terpandang; kedudukan dan kekuasaan masih mengelilinginya meski saat ini tergeletak tak berdaya.
“Diamlah,” bisik seorang pelayan, matanya melirik ke arah Yi Nan. "Jangan sampai dia mendengarnya, atau kita akan dihukum lagi."
Suara bisik-bisik dari para pelayan yang pernah dipukuli Yi Nan mulai redup, mereka bahkan langsung meninggalkan tempat kejadian karena takut nantinya akan menjadi pelampiasan sang nona ketiga.
Tidak butuh waktu lama, Yi Nan yang telah selesai menjalani hukumannya dibawa kembali ke tengah aula.
Wanita itu tampak mengenaskan, dia dibiarkan berbaring telungkup dengan darah segar merembes dari balik pakaiannya.
"Yi Nan, putriku ...." Suara Selir Lin melemah, hatinya hancur melihat putrinya dalam keadaan seperti itu.
Namun, saat Selir Lin mencoba menyentuh tubuh Yi Nan, teriakan kesakitan kembali terdengar. "Awhhh, Ibu, sakit ...." Padahal sentuhannya lembut, penuh kasih sayang.
"Maaf, maafkan ibu." Selir Lin merasa bersalah dan tidak berani menyentuh sembarangan karena khawatir sentuhannya akan menyakiti sang putri.
"Tabib ... panggilkan tabib!" Selir Lin kembali berteriak, tetapi tidak ada yang bersedia mematuhi perintahnya.
Menyadari hal itu, Selir Lin mengangkat kepalanya hanya untuk menatap semua orang.
Jangankan para pelayan, Tuan Kedua saja tidak berkutik di tempatnya sejak awal.
"Tuan, tolong kasihanilah Yi Nan." Selir Lin dengan penuh kesadaran memohon pada Bangsawan Jing, dia tahu betul bahwa menjatuhkan harapan pada suaminya tidak akan berguna. "Tolong minta seseorang memanggilkan tabib untuk mengobati Yi Nan."
"Nyonya ... Yue'er ...." Selir Lin bergiliran menatap nyonya bangsawan dan Jinyue, berharap mereka bisa meluluhkan hati tuan bangsawan.
"Panggilkan tabib!" perintah Bangsawan Jing mengalir tenang, tetapi penuh otoritas. Dia sudah berencana melakukannya sejak awal, tetapi intervensi Selir Lin membuat semuanya menjadi lebih rumit.
Begitu saja, seorang pelayan langsung berlari demi mematuhi perintah Bangsawan Jing.
"Jinyue, apa kamu puas sekarang?" desis Pangeran Rui, wajahnya berkerut penuh kecemasan. Hatinya terbagi antara kekhawatiran akan Yi Nan dan rasa benci yang semakin tumbuh kepada Jinyue. "Kamu senang melihat Yi Nan terluka begini, kan?"
Jinyue dengan tatapan menyedihkan perlahan menjawab, "Kakak A-Heng, apakah kamu benar-benar berpikir semua ini adalah salahku?" Suaranya lembut, seolah-olah mencari pengertian. Dia menarik perhatian semua orang di aula, membangkitkan rasa simpatik yang sulit untuk ditolak.
"Aku mana mungkin senang melihat penderitaan Kakak Yi Nan. Aku justru kasihan padanya, tapi aku juga sama sepertimu ... aku tidak bisa mengubah aturan Keluarga Zhao."
Lagi dan lagi, Yi Nan menyeret serta aturan keluarga untuk membungkam Pangeran Rui.
Satu per satu kata-kata Jinyue menyentuh hati orang-orang di sekitarnya, tetapi percuma.
Suara paling keras adalah suara Pangeran Rui yang sinis. "Jika kamu tidak menyebut soal hukum keluarga, mana mungkin Yi Nan akan dihukum!" Dia melontarkan kritik pedas yang seolah-olah menuding ke arah Jinyue.
Pandangan marah Jinyue tak terhindarkan, menciptakan gebrakan dalam suasana hening tersebut. 'Bajyingan tidak tahu malu ini!' pikirnya sambil menggertakkan gigi.
"Yang Mulia," Jinyue memulai, suara tegasnya kini tak tertahan lagi, "apa aku yang memintamu bersina dengan kakak sepupu?"
Meskipun nada suaranya dingin, ada kepedihan mendalam yang tidak bisa disembunyikan. Dia sengaja mengabaikan gelar 'Kakak A-Heng dan Kakak Yi Nan', seolah ingin mengedepankan perasaannya yang sebenarnya.
Semua orang di ruangan merasakan perubahan ini, dan tak ada yang bisa berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.
"Jika kalian tidak bersina dan mempermalukan keluarga, kakak sepupu tidak akan dihukum."
ini kebalikannya.......
seru lah Poko e....
amazing author.....🔥🔥🔥🔥🔥