Takdir yang mempertemukan mereka berdua, takdir pula yang membawa mereka kedalam hubungan yang rumit.
Faiha Azkiya, seorang muslimah yang mempunyai mimpi menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Pundaknya saat ini dituntut menjadi kokoh, untuk menghidupi dirinya dan sang nenek. Ingin rasanya ia menyerah pada takdir, namun semuanya itu berbanding terbalik. Dimana, takdir itu malah merubah kehidupannya.
Azzam Arsalaan. Pemberontakkan, kejam dan ditakuti oleh hampir semua orang dalam dunia bisnis. Bahkan dunia hitam pun sangat tidak ingin terlibat sesuatu dengannya. Ia akan sangat murka jika kehidupannya terusik, tiada kata 'ampun dan maaf' darinya. Jika tidak, maka nyawa mereka akan lenyap saat itu juga.
Akankah takdir itu dapat menyatukan mereka dan bahagia? Atau sebalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
" Hei!!! Beraninya kau mengancamku, hah!". Azzam merasa tersindir dengan perkataan Kiya.
Dasar Fir'aun jaman modern, suka bener buat orang lain emosi. Sabar Kiya sabar! Demi masa depan dan kebahagian nenek, kamu jangan terpancing dengan kelakuan Fir'aun ini. Kiya.
" Maaf tuan, saya tidak berani mengancam anda. Karena ancaman anda lebih mengerikan, tuan." Kiya kembali membalikkan badannya untuk berhadapan dengan si bos angkuh.
" Kau!!!". Azzam berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Kiya yang sedang terdiam.
Jangan takut Ki, jangan takut. Kiya.
" Jangan pikir kau wanita, aku tidak berani menghukummu." Tangan Azzam mencengkram rahang Kiya dengan sangat kuat, hingga membuat Kiya meringis kesakitan.
" Lepas tuan, tangan anda." Memejamkan mata dan tidak mau melihat wajah bos Fir'aun itu.
" Ada apa dengan tanganku, hah?!! Kau berani sekali membantah perkataanku. Sial!!." Tangan itu langsung menghempaskan Kiya hingga terjatuh.
Buugh!!!
Kiya hanya bisa meringis menahan rasa sakit akibat terjatuh, lalu ia mencoba untuk berdiri. Namun hal itu tidak terjadi, Azzam kembali menahannya.
" Segera minta maaf kepadaku, jika tidak...".
" Heh, dasar manusia Fir'aun. Anda sungguh tidak bisa menghormati seorang wanita, dan ini. Jauhkan tangan anda dari tubuh saya, haram untuk saya menerima sentuhan dari anda. Lepas!!." Kiya tak kalah garangnya, karena tangan Azzam sudah menggenggam dengan sangat kuat telapak tangan Kiya.
Azzam terdiam mendengar dan meresapi perkataan yang telah Kiya ucapkan kepadanya, selama ini ia tidak pernah berbuat kasar kepada wanita. Terkecuali, mereka sendiri yang menginginkan kematian darinya. Tapi, kenapa kepada Kiya. Ia merasa tertantang!
Azzam menarik tangan Kiya dengan sangat, sehingga membuatnya berdiri. Tiba-tiba terdengar suara...
Krrakk!!!
" Aaaakkhh!!! " Kiya berteriak dengan suara yang sangat pilu.
" Sa sa kit, le lepas. Sakit tuan!." Ringgisan Kiya membuat Azzam tersadar dan melepaskan tangannya.
Kiya meringkuk dalam duduknya di bawah, mendekap jemari telapak tangan kanannya. Tidak ada suara tangisan darinya, kepala yang menunduk dan sedikit gerakan bahu darinya menandakan bahwa ia sedang menangis.
" Hei, ada apa?!!". Tatapan Azzam terlihat khawatir.
Tidak ada respon yang diberikan oleh Kiya atas ucapan yang Azzam, hanya sesegukan yang Azzam dengar. Kiya semakin merasakan sakit pada tangannya, tidak ingin berlama-lama disana. Kiya membalikkan badannya dan berusaha berdiri, ia ingin segera keluar dari ruangan itu. Lagi dan lagi, Azzam menahannya dan tanpa sengaja menarik tangan Kiya yang sakit.
" Aaarrghhh!!! Sakit!!."
Azzam melihat tangan Kiya yang ia tarik, terlihat merah dan kebiruan dibagian pergelangan tangannya.
" Sakit tuan, lepaskan!!." Kiya kembali mengeluh dan meneteskan air matanya.
Tanpa meminta persetujuan dari Kiya, Azzam mengangkat tubuhnya seperti mengendong bayi. Kiya memberontak untuk melepaskan diri, namun apa daya. Azzam memberikan tatapan tajamnya kepada Kiya. Mereka menuju sofa dan Azzam segera menurunkan Kiya dari gendongannya.
" Berikan tanganmu". titah Azzam kepada Kiya yang masih meringis.
Tidak mendengarkan dan tidak menuruti perkataan si bos gilanya itu, Kiya tetap mendekap tangannya. Hal itu membuat Azzam sangat kesal, segera saja ia menarik tangan Kiya yang sakit itu.
" Aaakkhh, sakit." Tangan itu berhasil Azzam dapatkan.
" Hem, tanganmu terkilir." Jelas Azzam setelah melihat kondisi tangan Kiya.
Tidak tau apa yang telah ia lakukan, tanpa sadar. Azzam memijat bagian pergelangan tangan Kiya, ia akan membantu mengobatinya. Azzam sudah terbiasa dan terlatih dalam menangani hal-hal seperti itu, yang sering terjadi jika ia dan lainnya bertarung.
" Tahanlah sebentar, sakitnya akan segera berkurang." Azzam mulai memijit perlahan pergelangan tangan Kiya, yang dimana Kiya hanya bisa pasrah dengan rasa sakitnya.
Disaat yang bersamaan, Ghina dan Daffa membuka pintu ruangan si bos. Dan mata mereka berdua terbelalak melihat kejadian yang mereka saksikan saat ini, karena takut akan membuat bosnya marah. Mereka berdua perlahan-lahan menarik diri dan melangkah mundur diam-diam, dengan maksud agar si bos tidak mengetahui kedatangan mereka. Namun lagi-lagi percuma, Azzam sudah terlebih dahulu menyadarinya.
" Kalian berdua, masuklah!." suara Azzam bergema dan membuat kedua orang tersebut kembali memasuki ruangan bosnya dengan langkah kaki yang goyah.
" Kiya!! Tanganmu kenapa?." Ghina tidak sengaja melihat tangan Kiya yang sedang berada dalam genggaman bosnya itu, terlihat sangat mengenaskan.
Daffa hanya menghembuska nafasnya dengan kasar, ia sudah bisa menerka apa yang terjadi.
Huh!!! Pasti itu ulahnya si bos, siapa lagi yang bisa membuat kekejaman itu disini. Tapi!!! Kok si bos bisa seperti itu? sedangkan ia sangat anti dengan makhluk yang bernama wanita. Memusingkan saja. Daffa.
Dengan kemampuan Azzam, ia memperbaiki letak tulang pergelangan tangan Kiya yang terkilir. Kiya hanya bisa membekap mulutnya dengan tangan kiri, atas rasa sakit yang ada.
Kraak
Kraak
Kraak
" Coba kau gerakan!." titah Azzam kepada Kiya.
Menaikan wajahnya dari kondisi menunduk, Kiya menuruti perkataan bosnya. Menggerakkan telapak tangan serta jemarinya perlahan-lahan, dan benar saja. Rasa sakit itu sangat berkurang dari kondisi awalnya, hal itu membuat Kiya tercengang.
" Terima kasih tuan." Kiya merasa tertolong dengan apa yang Azzam lakukan.
" Hem, kalian berdua ada perlu apa? ". Azzam kembali memberika tatapan tajam kepada Daffa dan Ghina.
" E e, i itu tuan. E e...." Ghina bingung untuk menjawabnya.
Sebenarnya, ia merasa khawatir dengan Kiya dan juga sedikit kepo. Karena ia takut bosnya itu berbuat aneh-aneh pada Kiya, lagian juga sudah sangat lama Kiya berada didalam ruangan bos mereka, maka ia meminta pertolongan Daffa untuk menemaninya memastikan keadaan Kiya.
" Ghina mencemaskan keadaan Kiya tuan, karena kondisinya belum terlalu sehat untuk bekerja." Daffa berkilah dalam pembicaraannya, awalnya Ghina ingin sekali mencengkram muluy Daffa yang sok polos Tapi setelah mendengarnya, Ghina kemudian bisa bernafas dengan lega.
" Benar tuan, saya takut Kiya pingsan lagi." Ghina pun membela diri dengan kebohongannya.
" Keluarlah! Aku masih mempunyai urusan dengan dia." Titah Azzam, dan Daffa pun mengerti maksud dari perkataan bosnya itu.
" Mari nona Ghina." Daffa mempersilahkannya untuk segera keluar dari sana.
Ya ampun tuan Daffa, huh. Dasar tidak bisa diajak bekerja sama ni orang. Ghina.
Mereka berdua akhirnya keluar dari ruangan itu, terjadilah kecanggungan diantara Azzam dan Kiya. Azzam pun merasa aneh oada dirinya, kenapa ia sangat perduli dengan Kiya.
" Tu..." Kiya ingin berbicara, namun terhentikan.
" Ka..." begitupun dengan Azzam.