Kita berdua saling menyayangi, tapi cinta kita hadir di waktu yang salah, kamu masih terikat dengan pertunanganmu.
Ingin aku membuka ikatanmu itu agar kamu bebas, tapi logikaku menolak, karena akan ada hati yang tersakiti.
Biar saja ku simpan cinta ini di dalam hatiku. Aku akan berpura-pura seakan-akan cinta itu tidak pernah ada
-Keizaa-
Alson ingin berpegang teguh pada janji yang telah Alson ucapkan kepada kedua orang tuanya. Untuk tidak mencintai wanita lain selain calon istrinya, Clarissa.
Yang tidak pernah terbayangkan oleh Alson sebelumnya adalah, cinta itu bisa datang kapan saja. Dan hati tidak bisa memilih pada siapa ia akan menjatuhkan pilihannya.
Alson tidak ingin bersikap egois dan merusak jalinan yang sudah ada sejak ia berumur enam tahun. Terlebih lagi ada hati yang akan tersakiti jika ia berpaling pada cintanya.
Biar saja ku habiskan waktu bersama Clarissa, sampai rasa cintaku pada Keizaa memudar dengan sendirinya, walaupun itu terlihat mustahil.
-Alson-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
First Kiss
Seperti bisa membaca suara hati Alson, Keiza menatap penuh Alson, "Tapi kalau boleh aku mau meminta sesuatu darimu."
"Apa?" tanya Alson.
"Aku ingin ciuman pertama darimu, itu juga kalau kamu mau." jawab Keizaa sambil tersenyum semanis mungkin.
"Apa kamu sudah gila?!!" tanya Alson dengan nada tidak percaya.
"Jangan gede rasa dulu, bukan berarti aku menyukaimu. Hanya saja aku merasa kamu yang berhak mendapatkan ciuman pertamaku. Karena kamu satu-satunya sahabat priaku, dan juga teman curhatku." jelas Keizaa santai.
"Kamu jangan asal membahas masalah ciuman dengan pria lain, Snow. Tidak semua pria bisa menahan diri sepertiku." rutuk Alson.
"Maka dari itu aku membahasnya denganmu, Oppa. Aku tidak dapat membayangkan jika dengan orang lain, dengan Evan saja yang awalnya aku suka, pas dia mau menciumku aku langsung berasa jijik. Aku jadi membencinya sekarang." jelas Keizaa.
Sial!! Kenapa aku jadi terus menatap bibirnya itu sihh?!! Ya Tuhan, ingat Alson dia Keizaa adikmu juga. Setidaknya selama ini aku sudah menganggap Keizaa sebagai adikku sendiri. Dan sejak kapan aku melihat Keizaa sebagai wanita dewasa dan bukan anak kecil lagi, yang selalu mengekori aku dan si kembar kemanapun.
"Oppa!" panggil Keiza sambil memberengut karena Alson tadi mengangacuhkannya.
Ya Tuhan, dia menggemaskan sekali saat memberengut seperti itu.
"Dengan diam seperti itu, berarti kamu tidak mau memberikan kado itu padaku." gerutunya sambil berdiri dan melangkah mendekati tepian danau buatan.
Keiza sedang merajuk, Alson hafal betul bagaimana Keiza kalau sedang merajuk. Kaki kanan Keiza memainkan kerikil-kerikil kecil di bawah sepatunya, sesekali menendangnya hingga masuk ke dalam danau.
Gerakan kakinya menarik perhatian Alson, tatapannya menelusuri sepatu Keiza, lalu naik ke kaki jenjangnya yang putih bersih dan mulus itu, kemudian naik lagi keatas sampai ke wajah Keiza, Alson tidak dapat mengalihkan pandangannya, matanya sudah terkunci ke wajah Keizaa, dan sudah terperangkap ke dalam pesonanya.
Yaah... Gadis kecil yang tomboi itu sekarang sudah beranjak dewasa. Itu berarti Aku sudah mulai harus menjauhinya. Aku harus terus mengingatkan diriku sendiri kalau aku sudah memiliki tunangan, dan sebentar lagi kami akan segera dipertemukan.
Alson langsung menggelengkan kepalanya untuk menjernihkan pikirannya lagi, kemudian berdiri dari kursinya, "Kita pulang sekarang sebelum Zou dan Zie sadar kamu belum sampai rumah. Aku tidak mau mereka menginterogasiku!" seru Alson lalu beranjak pergi.
"Oppa!" panggil Keizaa tapi Alson tidak mengindahkan panggilannya.
"Oppa!" panggil Keizaa lagi sambil mengejar Alson dan menahan tangannya, mereka jadi terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar, hingga menjadi tontonan beberapa pasang mata yang berada di sekitar taman itu.
"Aku belum mau pulang." rengeknya.
"Kamu harus pulang, sekarang!" tegas Alson lalu menarik tangan Keizaa.
"Kamu tidak asik." rutuk Keizaa setelah duduk manis di dalam mobil.
Merasa di acuhkan Keiza kembali merajuk, "Kalau kamu tidak mau ya sudah tidak masalah. Aku bisa mencobanya dengan pria lain, daripada aku mati penasaran nanti."
"Terserah." sahut Alson dengan tidak peduli.
Keizaa menyipitkan kedua matanya ke Alson, yang tetap tidak mau melihatnya sama sekali, pandangannya tetap fokus ke jalan raya.
Dengan kesal Keizaa mengalihkan perhatiannya ke samping jendelanya, "Kata Ana Jay Oppa akan menghabiskan libur tahun baru di sini. Itu berarti dia akan hadir di acara ulang tahunku, ya kan?" tanyanya tanpa melihat Alson.
"Mungkin." jawab Alson sekenanya, itu masih lebih baik daripada ia terus menerus mengabaikan Keizaa.
"Apa Jay Oppa akan tinggal di rumahmu?" tanya Keizaa lagi.
"Hmmmm" Alson hanya menjawab dengan gumaman tidak jelas itu, Keizaa semakin merasa dongkol padanya.
"Bagus, utu berarti aku bisa memintanya mengajariku." cetus Keizaa dengan penuh keyakinan.
"Kau apa?" ulang Alson.
"Aku mungkin akan memintanya untuk menciumku. Aku yakin dia pasti mau, karena berdasarkan apa yang diceritakan Ana padaku, aku yakin kalau Jay Oppa menyukaiku. Itu makanya ia rela melakukan apapun untuk mendapatkan foto idolku beserta tanda tangannya." jelas Keizaa dengan nada santai.
Sial!! Kenapa wanita ini masih terus penasaran saja sihh?
"Snow, tunggu pria yang benar-benar tepat untukmu. Untuk kamu berikan ciuman pertamamu itu. Berikan hak istimewa itu pada pria yang benar-benar serius denganmu nanti." ujar Alson dengan nada membujuk, ia harus mengembalikan kembali akal sehat Keizaa.
"Sudah aku bilang entah kenapa aku merasa kamu lah orang yang tepat itu, Oppa. Aku selalu merasa nyaman saat bersamamu, senyaman saat aku bersama Papi, Zou, Zie dan Ken. Mungkin karena kita telah tumbuh besar bersama, bahkan aku lebih sering bermain dengan mu dan kakak-kakakku dibanding dengan Ana. Itu makanya aku juga menganggapmu sebagai kakakku dan juga sahabatku." jelas Keizaa.
"Mana ada adik yang minta cium bibir sama kakaknya." cibir Alson.
"Kita tidak ada hubungan darah Oppa kamu tahu benar itu, karena aku sudah menganggapmu kakak dan kamu sudah menganggapku adik, makanya aku merasa aman jika mencobanya denganmu. Kamu tidak akan terpengaruh dengan ciuman itu, dan tidak akan bertindak lebih." Keizaa berkata dengan penuh keyakinan, matanya kembali di arahkan ke wajah Alson, yang sekarang rahangnya kembali keras.
Alson langsung menepikan mobilnya, "Kamu yakin ciuman ini tidak akan mempengaruhi hubungan kita kedepannya? Karena aku akan selalu menganggapmu adik, tidak lebih." tegas Alson dan Keizaa dengan cepat mengangguk.
"Aku juga selalu menganggapku kakak dan sahabat priaku. Tidak pernah lebih dari itu." balas Keizaa berusaha meyakinkan Alson.
Alson melepaskan sabuk pengamannya, kemudian sabuk pengaman Keizaa, lalu mencondongkan sedikit badannya untuk memegang leher belakang Keizaa, dan menariknya mendekat ke Alson.
"Kamu yakin?" tanya Alson kembali memastikan lagi, berharap Keizaa berubah pikiran, tapi alih-alih berubah pikiran, Kei malah mengangguk penuh semangat.
Jantung Alson sudah mulai berpacu dengan liar, mengirimkan desiran-desiran halus ke seluruh tubuhnya, bahkan bagian bawah tubuhnya mulai bereaksi.
Ingin rasanya ia keluar dan langsung melarikan diri dari godaan memabukkan ini, tapi tubuhnya mengkhianati pikirannya, karena ia langsung maju dan menempelkan bibirnya di bibir Keiza.
Dan Alson langsung menjauhkan bibirnya kembali, sedang tangan kanannya masih memegang belakang leher Keizaa, "Sudah tidak penasaran lagi kan?" tanya Alson.
Keizaa mengangguk, wajah putihnya kini terlihat merona merah, bibirnya sedikit terbuka seolah mengundang Alson untuk kembali menjelajahinya.
Dan yang membuat pertahanan diri Alson kembali runtuh adalah pandangan mata Keizaa yang penuh gairah itu tidak pernah lepas dari bibir Also, seolah meminta lebih.
Ya Tuhan...
Erang Alson sebelum kembali maju dan mencium bibir Keizaa lagi, awalnya hanya saling menempel kaku, tapi akhirnya gairah lah yang mengambil alih kelanjutannya, karena Alson tidak pernah tahu kalau berciuman bisa seintens ini.
Mereka saling melepaskan ciuman pertama mereka dengan sama kikuk dan polosnya, dengan gairah yang sama-sama baru mereka rasakan hari itu.