NovelToon NovelToon
Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi / Fantasi Isekai / Time Travel / Sistem / Iblis
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: EGGY ARIYA WINANDA

Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekte Demon Refining 4

Bukit Celah Sempit bukanlah tempat yang indah. Itu adalah luka menganga di geografi pegunungan sekitar Sekte Demon Refining, sebuah lorong batu selebar dua kereta kuda yang diapit oleh tebing granit setinggi lima puluh meter. Matahari jarang menyentuh dasarnya, membuat lumut hitam tumbuh subur di dinding-dindingnya yang licin, dan angin yang berhembus melaluinya selalu terdengar seperti siulan orang mati.

Si Gendut Liu tidak menyukai tempat ini.

Dia menyeka keringat dingin yang mengalir di lehernya yang berlipat. Sepuluh bawahan di belakangnya—para kultivator tahap Body Tempering tahap 4 awal—juga tampak gelisah. Tangan mereka tidak pernah jauh dari gagang senjata.

"Tuan Liu," bisik salah satu bawahan, matanya menyapu tebing atas yang tertutup kabut tipis. "Tempat ini... baunya salah. Terlalu sunyi. Bahkan tidak ada suara serangga."

Liu mendengus, mencoba memproyeksikan keberanian yang tidak dimilikinya. Dia menepuk dadanya, di mana sebuah botol giok kecil tersimpan aman di balik jubahnya.

"Tutup mulutmu, tikus penakut!" bentak Liu, suaranya bergema terlalu keras. "Kita sedang menjalankan misi langsung dari Tuan Zhao Yun! Kita harus mencapai Lembah Kabut sebelum matahari terbenam. Jika kita berhasil membawa pulang Inti Binatang Roh Iblis itu, Tuan Zhao akan memberi kita hadiah yang membuat kalian bisa mandi di arak beras selama setahun!"

Kata-kata itu sedikit menenangkan pasukannya, tapi tidak menenangkan Liu.

Dia mengingat instruksi Zhao Yun pagi ini. “Liu, jika kau bertemu masalah yang tidak bisa kau tangani, telan pil di botol ini. Itu adalah Pil Pengamuk Darah Suci. Itu akan melipatgandakan kekuatanmu dan pasukanmu seketika. Tapi ingat, efeknya hanya bertahan sepuluh menit. Habisi musuhmu cepat-cepat.”

Itu adalah kartu as-nya.

Mereka melangkah lebih dalam ke celah itu. Bayangan tebing semakin memanjang, seolah ingin menelan mereka bulat-bulat.

Tiba-tiba, sebuah batu kerikil jatuh dari atas tebing.

Tak.

Suara kecil itu terdengar seperti ledakan meriam di telinga Liu yang tegang.

Dia mendongak.

Di atas tebing sebelah kanan, siluet-siluet bermunculan dari balik kabut. Busur-busur panah ditarik. Rune-rune sihir menyala redup.

"SERGAAAAP!" teriak Liu, suaranya pecah.

"Terlambat, babi gemuk!"

Sebuah suara muda namun penuh arogansi menggema dari atas. Seorang pemuda berjubah ungu—warna faksi Zuan Feng—berdiri di ujung tebing. Wajahnya mirip dengan Zuan Feng, tapi lebih muda dan lebih impulsif. Itu adalah adik kandung Zuan Feng.

"Kakakku mengirim salam," lanjut pemuda itu sambil menyeringai kejam. "Habisi mereka! Jangan sisakan satu potong daging pun!"

Wusss! Wusss! Wusss!

Hujan anak panah yang dilapisi Qi peledak turun seperti badai.

"Pasang perisai!" teriak Liu.

Para bawahan Liu mencoba membentuk formasi bertahan, mengangkat perisai Qi mereka. Namun, posisi mereka di bawah sangat tidak menguntungkan. Ledakan demi ledakan menghantam mereka. Debu dan pecahan batu beterbangan.

Dua bawahan Liu langsung tewas, tubuh mereka tertembus panah yang meledakkan dada mereka. Darah memercik ke wajah Liu.

"Sialan! Sialan!" Liu panik. Dia melihat ke atas. Tidak mungkin memanjat tebing itu di bawah hujan serangan. Mundur juga percuma, pintu masuk celah sudah ditutup oleh longsoran batu buatan.

Mereka adalah tikus dalam perangkap.

Adik Zuan Feng tertawa dari atas, suara tawanya penuh kepuasan sadis. "Lihat mereka berlarian! Zhao Yun benar-benar mengirim sampah untuk misi sepenting ini!"

Liu gemetar. Kematian sudah di depan mata. Matanya yang liar tertuju pada botol di dadanya.

"Pil... Pil itu!"

Dengan tangan gemetar, dia mengeluarkan botol giok itu. Dia menuangkan isinya—sebelas butir pil berwarna merah darah yang berdenyut seperti jantung kecil.

"DENGAR SEMUANYA!" raung Liu, keputusasaan memberinya otoritas. "TELAN INI! INI ADALAH PIL PENGUAT DARI TUAN ZHAO! KITA AKAN MEMBANTAI MEREKA ATAU MATI MENCOBA!"

Para bawahan yang tersisa, yang sudah terluka dan putus asa, menyambar pil-pil itu tanpa pikir panjang. Mereka menelannya.

Satu detik. Hening.

Lalu, jeritan memilukan terdengar.

"AAARGGGHHHH!"

Bukan jeritan kesakitan biasa. Itu adalah suara dari tubuh yang dipaksa melampaui batas biologisnya.

Mata Liu membelalak hingga pembuluh darahnya pecah, mengubah bola matanya menjadi merah total. Otot-ototnya membengkak dengan tidak wajar, merobek jubahnya. Kulitnya berubah warna menjadi ungu tua, dan uap panas menyembur dari pori-porinya.

Rasa sakitnya luar biasa—seolah-olah darahnya diganti dengan lahar cair. Tapi bersama rasa sakit itu, datanglah kekuatan. Kekuatan yang memabukkan, gila, dan merusak.

"GRAAAAHHH!"

Liu meraung, bukan lagi seperti manusia, tapi seperti binatang buas. Dia memukulkan tinjunya ke dinding tebing.

DUARR!

Dinding granit itu retak dan hancur seolah terbuat dari kerupuk.

Di atas tebing, tawa adik Zuan Feng terhenti. Matanya membelalak tak percaya.

"Apa... Aura macam apa itu? Mereka hanya Body Tempering tahap 4 awal dan menengah! Kenapa auranya melonjak mendekati tahap 9 akhir?!"

Di bawah, Liu dan pasukannya tidak lagi peduli pada strategi. Pikiran rasional mereka telah terbakar habis oleh obat itu. Yang tersisa hanya satu perintah primitif: BUNUH.

"NAIK!" raung Liu.

Tanpa menggunakan teknik meringankan tubuh yang elegan, Liu melompat. Dia mencengkeram dinding batu dengan jari-jarinya yang kini setajam cakar besi, dan mulai memanjat dengan kecepatan monster. Pasukannya mengikuti, merayap naik seperti serangga raksasa yang gila.

Anak panah menghantam tubuh mereka, tapi mereka tidak peduli. Rasa sakit sudah hilang.

"Tembak! Tembak kepalanya!" teriak adik Zuan Feng, mundur selangkah dengan wajah pucat.

Tapi pasukan "mayat hidup" Liu terlalu cepat. Dalam hitungan detik, Liu mencapai bibir tebing. Dia melompat ke tengah-tengah barisan pemanah musuh.

Dan pembantaian pun dimulai.

Itu bukan pertarungan. Itu adalah pencabikan.

Liu menangkap seorang pemanah, dan dengan satu gerakan menyentak, dia merobek pemanah itu menjadi dua bagian. Darah menghujani tubuh Liu, membuatnya semakin gila.

Pasukannya yang lain tiba, menerjang bawahan Zuan Feng dengan gigi dan kuku. Mereka tidak menghindari pedang. Ketika seorang bawahan Zuan Feng menusuk perut salah satu pasukan Liu, pasukan Liu itu malah maju, membiarkan pedang menembus perutnya lebih dalam hanya agar dia bisa menggigit leher musuhnya.

"Gila! Mereka gila!" teriak adik Zuan Feng. Dia mencabut pedangnya, senjata tingkat tinggi yang berkilau biru. "Mati kau, monster!"

Dia menebas ke arah leher Liu.

TRANG!

Liu menangkap bilah pedang itu dengan tangan kosong. Telapak tangannya berdarah, tapi tulang jarinya tidak patah. Dia menyeringai, memperlihatkan gigi yang berlumuran darah.

"Tuan... Muda..." desis Liu, suaranya basah dan mengerikan.

"LEPASKAN! TOLONG AKU!! TOLONG!!" Adik Zuan Feng mencoba menarik pedangnya, tapi sia-sia. Kekuatan fisik Liu saat ini setara dengan Body Tempering Tahap 9 Puncak.

Liu menarik pedang itu—beserta pemiliknya—mendekat.

"Mati... bersamaku..."

Liu memiting leher adik Zuan Feng. Dia mengerahkan seluruh sisa tenaga hidupnya dalam satu remasan terakhir.

KRAK.

Leher adik Zuan Feng patah seperti ranting kering. Matanya melotot, penuh ketidakpercayaan bahwa dia mati di tangan "sampah" seperti Liu.

Namun, kemenangan Liu hanya berlangsung dua detik.

Jantungnya, yang telah dipacu 500% melampaui batasnya, akhirnya menyerah.

DUM.

Sebuah ledakan tumpul terdengar dari dalam dada Liu. Dia memuntahkan darah hitam bercampur potongan organ dalam. Tubuhnya kejang hebat, lalu ambruk menimpa mayat musuhnya.

Di sekelilingnya, satu per satu pasukannya juga meledak dari dalam. Mereka jatuh seperti boneka yang tali-talinya dipotong, mati seketika setelah efek obat itu membakar habis nyawa mereka.

Pasukan Zuan Feng yang tersisa, yang belum mati, terbaring mengerang dengan luka fatal.

Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, Celah Sempit telah berubah menjadi kuburan massal. Tiga puluh mayat berserakan. Darah menggenang, mengubah tanah berbatu menjadi lumpur merah.

Keheningan kembali turun. Hanya ada suara angin, dan bau anyir yang menusuk.

Lalu, dari balik bayangan batu besar di ujung tebing, seseorang melangkah keluar.

Lu Changzu.

Dia terlihat terkejut. Dia terlihat jijik. Dia mulai membiasakan diri melihat adegan seperti ini.

Air mata masih menggenang di depan mata changzu ,"Apa aku terlalu kejam", ia dengan cepat menghapusnya ,"dan jika tidak kejam bagaimana aku bisa bertahan hidup dari dunia ini"

Dia mengenakan jubah abu-abu sederhana, tangannya terlipat di belakang punggung. Dia melangkah hati-hati, menghindari genangan darah agar sepatunya tidak kotor.

Dia berjongkok di samping mayat Liu.

"Kau melakukan tugasmu dengan baik, Gendut , aku sangat berterimakasih untuk hartamu," kata Lu Changzu, giginya saling bergesekan , masih mencoba membiasakan diri . "Sekali lagi Maafkan aku , kau akan mati sebagai pahlawan di mata Zhao Yun. Dan kau mati sebagai orang dermawan di mataku. Dan terimakasih untuk kebodohanmu."

Lu Changzu mulai bekerja.

Ini bukan penjarahan barbar. Ini adalah operasi bedah.

Dia mengambil cincin penyimpanan dari jari Liu yang kaku. Lalu dia beralih ke mayat adik Zuan Feng. Dia mengambil pedang biru tingkat tinggi yang tergeletak di tanah, menimbangnya di tangan.

"Baja Dingin Laut Utara. Lumayan. Bisa dijual, atau dilelehkan untuk memperkuat tungku tripotku," analisisnya.

Dia mengambil cincin penyimpanan adik Zuan Feng, yang pastinya berisi harta kekayaan seorang adik Murid Inti.

Dia bergerak dari satu mayat ke mayat lain.

Kantong uang.

Jimat pelindung yang gagal aktif.

Pil-pil penyembuh yang tidak sempat dimakan.

Senjata-senjata standar.

Dia memanen semuanya. Hatinya harus di tempa dan memakasa matanya tak berkedip untuk melihat keadaan dirinya yang sekarang harus menjadi seorang iblis agar tetap bisa hidup , ia menelan barang-barang itu ke dalam dimensi penyimpanannya yang aman.

Di dunia ini, sumber daya adalah nyawa. Dan Lu Changzu baru saja mendapatkan nyawa tiga puluh orang kultivator secara gratis.

Dia berdiri di tengah ladang mayat itu, melakukan penghormatan terakhir dan berterimakasih.

"Perang adalah bisnis," bisiknya pada kesunyian. "Bagi para raja dan penguasa."

Lu changzu mulai membuat Tkp palsu agar tidak meninggalkan jejak. Dia mengatur beberapa mayat agar terlihat seperti mereka saling membunuh dengan brutal—yang memang benar adanya—untuk menghilangkan kecurigaan adanya pihak ketiga.

Dia dengan cepat menghilang ke dalam kegelapan tebing tepat sebelum burung-burung pemakan bangkai mulai berdatangan.

Paviliun Darah Giok, Kediaman Zhao Yun.

Suasana di kediaman itu begitu cerah, kontras dengan tragedi di Celah Sempit. Zhao Yun duduk di takhtanya, memegang segelas anggur darah yang mahal.

Seorang pengintai berlutut di hadapannya, napasnya terengah-engah setelah berlari membawa kabar.

"Lapor, Tuan! Konfirmasi visual! Di Celah Sempit... semuanya hancur!" kata pengintai itu dengan suara gemetar, masih ngeri membayangkan pemandangan yang dilihatnya.

"Si Gendut Liu dan pasukannya tewas. Kondisi mayat mereka... mengerikan, tubuh mereka hancur dari dalam."

Zhao Yun menyesap anggurnya dengan tenang. "Dan musuh?"

"Habis, Tuan! Pasukan penyergap musuh dibantai. Dan... dan kami menemukan mayat Zuan ann, adik Zuan Feng. Lehernya patah. Sepertinya Liu membawanya mati bersama."

"HAHAHAHA!"

Tawa Zhao Yun meledak, mengguncang ruangan. Dia membanting gelas anggurnya ke lantai hingga pecah berkeping-keping.

"Bagus! Sangat bagus! Si Gendut Liu, bajingan itu akhirnya berguna! Dia menukar nyawanya yang murah dengan nyawa adik Zuan Feng dan seluruh pasukan elitnya!"

Zhao Yun berdiri, matanya bersinar dengan kepuasan murni. Dia merasa seperti jenius militer. Rencana Lu Changzu—iblis kecil itu—bekerja dengan presisi yang menakutkan.

"Tuan," suara lain memanggil dari pintu samping.

Tiga sosok berjubah hitam melangkah masuk. Mereka memancarkan aura yang tajam dan mematikan. Pasukan elit bayangan Zhao Yun yang sebenarnya.

Pemimpin mereka, seorang pria bertopeng, membawa sebuah kotak besi yang dirantai rapat. Kotak itu bergetar dan mengeluarkan geraman rendah dari dalam.

"Misi selesai, Tuan," kata pemimpin itu datar. "Sementara perhatian pasukan Zuan Feng tertuju pada penyergapan di Celah Sempit, kami berhasil menyusup ke bagian terdalam Lembah Kabut tanpa perlawanan dan Binatang Roh Iblis telah diamankan."

Zhao Yun berjalan mendekati kotak itu. Dia bisa merasakan aura buas dari makhluk di dalamnya. Ini adalah bahan utama yang dia butuhkan untuk menerobos ke tingkat selanjutnya.

Dia menepuk kotak besi itu dengan sayang.

"Zuan Feng... oh, Zuan Feng," gumam Zhao Yun, senyumnya melebar hingga terlihat mengerikan. "Kau begitu sibuk mencoba mematahkan tanganku, sampai kau tidak sadar aku sedang menusuk jantungmu."

Dia berbalik menghadap para bawahannya.

"Semuanya berjalan sesuai rencana. Liu dan pasukannya adalah umpan yang luar biasa. Karena pengorbanan 'heroik' mereka, kita mendapatkan segalanya. Kemenangan total!"

Dalam hati, Zhao Yun membuat catatan mental: Lu Changzu. Bocah itu berbahaya. Rencananya terlalu efektif. Aku harus menggunakannya lagi... sebelum aku membunuhnya karena dia terlalu pintar.

Kediaman Puncak Petir, Wilayah Zuan Feng.

Jika tempat Zhao Yun adalah pesta kemenangan, tempat Zuan Feng adalah neraka.

Aula utama kediaman itu hancur berantakan. Pilar-pilar batu retak. Meja-meja hancur menjadi serbuk kayu.

Zuan Feng, seorang pemuda dengan rambut biru dan aura yang biasanya tenang, kini tampak seperti orang gila. Matanya merah, bukan karena teknik, tapi karena pembuluh darah yang pecah akibat amarah dan tangisan.

Di tengah ruangan, terbaring mayat adiknya yang baru saja dievakuasi. Lehernya bengkok pada sudut yang tidak wajar.

"Siapa..." suara Zuan Feng bergetar, rendah dan berbahaya seperti gemuruh sebelum badai.

"SIAPA YANG MEMBOCORKAN RENCANA KITA?!" raungnya.

ZRAAASH!

Sebuah sambaran petir Qi keluar dari tubuhnya, menyambar seorang pengawal yang berdiri terlalu dekat. Pengawal itu bahkan tidak sempat berteriak sebelum tubuhnya hangus menjadi arang.

Pengawal lain di ruangan itu langsung menjatuhkan diri, bersujud dengan dahi menyentuh lantai, tubuh mereka gemetar hebat.

"Tuan Zuan Feng! Ampun! Kami tidak tahu! Rencana itu rahasia mutlak!" teriak salah satu kapten pengawal.

"Rahasia?!" Zuan Feng berjalan terhuyung-huyung mendekati kapten itu. Dia mencengkeram rambut pria itu dan menarik kepalanya ke atas.

"Jika itu rahasia, kenapa si Gendut Liu dan pasukannya menelan pil bunuh diri ITU tepat saat sergapanku dimulai?! MEREKA SUDAH TAHU! MEREKA MENUNGGU KITA!"

Zuan Feng melemparkan kapten itu ke dinding.

Dia menatap mayat adiknya lagi. Rasa sakit itu menusuk, tapi rasa dipermalukan itu lebih membakar. Dia, Zuan Feng, ahli strategi dari kubu Murid Inti, telah dimainkan seperti anak kecil. Dia kehilangan adiknya, dia kehilangan pasukan terbaiknya, dan dia tahu—dia tahu—bahwa Zhao Yun pasti sudah mendapatkan Binatang Roh itu sekarang.

Dia kalah telak.

"Ada mata-mata..." desis Zuan Feng, matanya yang gila menyapu ruangan. "Pasti ada tikus di sini. Di antara kalian."

Para pengawal menahan napas. Udara di ruangan itu begitu berat dengan niat membunuh hingga sulit bernapas.

"Periksa semua orang!" perintah Zuan Feng, suaranya pecah. "Siksa mereka. Siapapun yang terlihat mencurigakan, kuliti mereka! Aku ingin nama! Aku ingin tahu siapa yang menjual adikku kepada Zhao Yun!"

Zuan Feng jatuh berlutut di samping mayat adiknya, tangannya mencengkeram tangan dingin saudaranya.

"Aku akan membalasmu, ann..." isaknya, air mata bercampur dengan aura listrik yang memercik dari matanya. "Aku akan membunuh Zhao Yun. Dan aku akan menemukan tikus yang membocorkan ini... aku akan membuat kematiannya menjadi legenda horor di sekte ini."

Jauh di kejauhan, di dalam gua meditasinya yang sunyi, Lu Changzu sedang menghitung koin emas dan memilah ramuan hasil jarahannya. Dia bersin pelan.

"Hmm," gumam Lu Changzu sambil menggosok hidungnya. "Seseorang sedang membicarakanku. Semoga hal-hal yang baik."

Dia mengambil pedang biru milik adik Zuan Feng, mengagumi ketajamannya di bawah cahaya jamur bercahaya.

"Babak pertama selesai," katanya pada bayangannya sendiri. "Kedua pemain sudah terluka dan marah. Sekarang, saatnya menjual obat untuk luka mereka... dengan harga yang sangat, sangat mahal."

Lu Changzu tersenyum. Senyum jenius, humoris, dan mematikan.

Bersambung....

1
EGGY ARIYA WINANDA
🔥🔥🔥🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!