Nayla hidup dalam pernikahan penuh luka, suami tempramental, mertua galak, dan rumah yang tak pernah memberinya kehangatan. Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan merenggut tubuhnya… namun tidak jiwanya.
Ketika Nayla membuka mata, ia terbangun di tubuh wanita lain, Arlena Wijaya, istri seorang pengusaha muda kaya raya. Rumah megah, kamar mewah, perhatian yang tulus… dan seorang suami bernama Davin Wijaya, pria hangat yang memperlakukannya seolah ia adalah dunia.
Davin mengira istrinya mengalami gegar otak setelah jatuh dari tangga, hingga tidak sadar bahwa “Arlena” kini adalah jiwa lain yang ketakutan.
Namun kejutan terbesar datang ketika Nayla mengetahui bahwa Arlena sudah memiliki seorang putra berusia empat tahun, Zavier anak manis yang langsung memanggilnya Mama dan mencuri hatinya sejak pandangan pertama.
Nayla bingung, haruskah tetap menjadi Arlena yang hidup penuh cinta, atau mencari jalan untuk kembali menjadi Nayla..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erunisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Davin tidak percaya dengan pemandangan pagi ini di rumahnya, kemarin Xavier yang mengajaknya berenang, namun pagi ini, Xavier sudah berada di kolam renang bersama Arlena.
Davin juga tidak percaya melihat Arlena begitu lincah didalam air, padahal Davin sangat tahu kalau Arlena sama sekali tidak bisa berenang.
"Kata dokter baik-baik saja, tapi apa iya orang yang lupa ingatan bisa tiba-tiba melakukan sesuatu yang awalnya dia tidak bisa sama sekali?" pertanyaan itu muncul di otak Davin
Selain perubahan ini, Davin juga banyak menemukan kejanggalan, Arlena yang dulu tidak bisa lepas dari ponsel, tapi Arlena yang sekarang, bisa seharian tidak memegang ponsel, bahkan saat semalam Davin membuka ponsel Arlena, banyak pesan dari teman-temannya yang sengaja tidak Arlena buka.
"Papa." panggilan dari Xavier menyadarkan Davin dari lamunannya, dan Davin berjalan mendekat menuju ke kolam.
Nayla memperhatikan penampilannya, jangan sampai seperti tadi malam yang Davin ingin menerkamnya, Nayla sempat mencari baju renang dilemari besar milik Arlena, namun tidak menemukan baju renang, akhirnya Nayla menggunakan celana pendek dan kaos.
"Kamu jago renang sekarang? Kok aku baru tahu?" tanya Davin ke Arlena.
Nayla hanya diam saja, menjelaskan pun rasanya tidak bakal percaya.
"Mama jago banget renang loh pa, papa aja kayaknya kalah." kata Xavier yang kali ini memuji mamanya.
"Oh ya? Tega banget ya Xavier, mama belajar renang tapi ngga ngajak kita." Davin mencoba menyindir Arlena tapi Nayla hanya diam saja, jujur pandangan Nayla kurang fokus karena Nayla melihat tubuh Davin secara jelas, Nayla tahu kalau Davin baru saja olahraga, dan Nayla baru sadar kalau ternyata tubuh pria seperti pria di drama korea atau drama China yang biasanya Nayla lihat di ponsel ternyata ada versi nyata juga, dan Nayla merasa bodoh baru sekarang menyadari kalau tubuh Davin begitu bagus.
Tiba-tiba saja Nayla teringat Edo, mantan suaminya, dan tiba-tiba Nayla merasa mual, Nayla benar-benar tidak habis pikir kenapa dia bisa cinta mati ke Edo dan rela memberikan segalanya ke Edo.
Nayla keluar dari kolam dan menyambar handuk kemudian masuk ke toilet, Nayla merasa mual sendiri saat ingat dirinya sendiri, menikah dengan Edo, kerja banting tulang, tapi masih salah dikeluarga Edo.
Nayla tiba-tiba penasaran, kira-kira setelah dirinya meninggal apa yang terjadi di keluarga suaminya, Nayla penasaran apa Edo kehilangan dirinya atau tidak, Nayla kepikiran untuk berkunjung ke rumah Edo, demi menutupi rasa penasaran yang ada di hatinya. tapi Nayla juga bingung kalau ke rumah Edo harus izin apa ke suaminya yang sekarang bersamanya.
Nayla sedang mengeringkan rambutnya, setelah renang tadi, Nayla mandi, Nayla merasa senang menatap pantulan wajahnya di cermin, karena sekarang wajahnya cantik, dan rambutnya cantik, Nayla merasa dulu dia juga cantik, tapi hanya karena kurang dana jadinya Nayla merasa ada yang kurang.
Davin masuk kedalam kamar dan Nayla dapat melihatnya dari pantulan di cermin, tiba-tiba Nayla kepikiran bertanya ke Davin.
"Mas, kamu percaya ngga sama santet atau guna-guna?", pertanyaan Random dari Arlena tentunya membuat Davin sedikit bergidik ngeri, apalagi yang ditanyakan soal mistis.
"Engga terlalu percaya sih." jawab Davin yang masih merasa sok, Arlena bukan wanita yang punya banyak sisi random, tapi kali ini sangat berbeda.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu sayang?"
Dipanggil sayang oleh Davin membuat pipi Nayla bersemu merah karena merasa malu, selama menjadi istrinya Edo tidak pernah Edo memanggilnya sayang.
"Engga apa-apa, cuma nanya aja mas, aku lagi kepikiran, kayaknya sahabat aku itu kena guna-guna, karena mau menikah dengan suaminya yang kaya pak ladusing."
"Maksud kamu yang sudah meninggal itu?" Davin memastikan.
"Iya mas."
Belum sempat Davin bertanya, tapi pintu kamar di ketuk dari luar, dan ada pelayan yang memberitahu kalau Bu Ayu datang.
"Ibu datang mas? Kok ngga ngasih kabar dulu?" Nayla panik, bagaimanapun dia kedatangan ibu mertua, Davin yang melihat Arlena panik merasa lucu, karena tidak pernah Davin melihat ekspresi Arlena yang seperti itu.
"Aku keluar dulu mas." Nayla langsung keluar dari kamar dan menemui ibu mertuanya.
"Ibu..kok ngga ngasih kabar dulu." Nayla menyambut ibu mertuanya.
"Loh kamu baru selesai mandi?" tanya Ayu yang melihat masih ada rambut Arlena yang sedikit basah.
"Tadi habis renang bu." jawab Nayla.
"Apa? Kamu renang?" tanya Ayu kaget, karena Ayu tahu kalau Arlena tidak bisa berenang, padahal tadinya Ayu kira menantunya habis ronde ke dua dengan anaknya untuk proses pembuatan cucu, tapi malah Ayu yang kaget mendengar Arlena baru saja renang. Ayu memilih tidak banyak tanya, biar nanti Ayu bertanya ke Davin saja.
“Ayo ikut Mama jalan-jalan,” kata Ayu sambil menggenggam tangan Nayla. Tujuannya datang kerumah anaknya adalah untuk mengajak menantunya jalan-jalan, sambil Ayu ingin melihat, menantunya ini pura-pura atau memang benar-benar hilang ingatan.
Nayla hampir terlonjak. “J-jalan? Ke mana, Bu?”
“Mall. Mama mau lihat-lihat baju dan tas juga, sudah lama juga kita tidak pergi bersama."jawab Ayu.
Nayla ingin menolak, tapi tidak enak hati. "Xavier gimana bu?" tanya Nayla.
"Davin di rumah kan? Biar dia urus anaknya, kita pergi berdua."
"Kamu pergi saja, Xavier biar aku yang urus, ini ponsel kamu, bayar pakai uang yang ada disitu saja, passwordnya sudah aku ganti, tanggal pernikahan kita." kata Davin yang tiba-tiba sudah dibelakang Nayla.
"Oh, ya, tapi tanggal pernikahannya berapa ya? Maaf..aku lupa." kata Nayla dengan wajah yang penuh rasa bersalah.
Raut wajah Davin berubah, Davin merasa sedih dan juga terpukul, karena tanggal pernikahan saja istrinya sampai lupa. Melihat raut wajah Davin membuat Nayla merasa bersalah.
"Mas, maksudku..aku lupa semuanya, bukan hanya tanggal pernikahan kita, tapi semuanya, tanggal lahir Xavier, bahkan tanggal lahir aku sendiri aku lupa."Nayla mencoba menjelaskan.
"Nanti passwordnya aku kirim lewat pesan, kamu pergi saja dulu sama ibu."
Nayla hanya bisa pasrah dan akhirnya pergi bersama ibu mertuanya.
---
Di mall mewah itu, Bu Ayu berjalan sambil melihat ke sekeliling, sesekali Ayu menunjuk toko langganan Arlena, dan bertanya mau masuk atau tidak, tapi Nayla menjawab tidak, dengan alasan tas dan sepatu di rumah sudah banyak.
"Meskipun sudah banyak biasanya kamu tetap beli." kata Ayu yang membuat Nayla bingung dan canggung, karena itu pasti Arlena.
Nayla mulai salah tingkah saat Bu Ayu memperlihatkan baju dari brand terkenal, Nayla sempat menatap label harga dan hampir terjerit.
“Bu… ini harganya… belasan juta. Satu baju?!” bisik Nayla.
Bu Ayu tertawa kecil. “Biasanya kamu beli yang lebih mahal lagi.”
Nayla langsung membeku. "Apa saat itu aku tidak normal bu?" bisik Nayla yang membuat Ayu tertawa.
Ayu merasa heran, dia sudah banyak membeli barang, tapi Arlena tidak membeli apa-apa, Arlena membeli dua kaos saja itu karena di paksa oleh Ayu.
Karena merasa lapar, Ayu mengajak Nayla untuk makan terlebih dahulu.
Saat di restoran, Nayla membuka menu dan membaca nama-nama hidangan yang seperti bahasa alien.
“B-bu… ini makanan atau nama planet?”
Nayla menunjuk satu menu yang dibacanya salah.
Bu Ayu nyaris tersedak tawa.
“Sayang, itu ‘gnocchi’, bukan ‘goncai’. Itu makanan Italia.”
Nayla menutup menu malu setengah mati..
tapi bu Ayu tidak mempermasalahkan hal itu, tapi Nayla merasa dia perlu banyak belajar, agar tidak membuat malu.
---
Sore harinya, Davin datang menjemput ibu dan istrinya.
Begitu melihat Nayla duduk bersama ibunya sambil tertawa pelan, ada rasa hangat yang muncul di dada Davin.
“Kalian bersenang-senang?” tanya Davin sambil menatap istrinya.
Nayla mengangguk malu. “Sedikit memalukan…”
Bu Ayu langsung menyela, “Dia malu-maluin dengan cara yang manis.”
Nayla memalingkan wajah, pipinya panas.
Davin tersenyum kecil, lalu meraih tangan istrinya, tindakan yang spontan, tetapi lembut.
“Aku senang kamu mau keluar sama Mama.”
Nayla menelan ludah. Sentuhan itu… tatapan itu…Semuanya membuat jantungnya tidak stabil.
Davin menyandarkan tangannya di punggung Nayla ketika mengarahkannya ke mobil.
“Aku makin suka kamu yang sekarang,” bisik Davin, nyaris tak terdengar.
Nayla menahan napas.
Banyak sekali pertanyaan di otak Nayla.
tapi pertanyaan yang Nayla sendiri tidak tahu jawabannya.
---
Malam harinya setelah Nayla masuk kamar Xavier untuk menidurkan Xavier, Davin berdiri di pintu, memperhatikan.
Cara Arlena membelai rambut Xavier.
Cara ia tersenyum hangat saat anak itu memeluknya dalam tidur.
Itu bukan Arlena yang Davin nikahi.
Tidak pernah. Arlena yang dulu bersikap manis seperti itu.
Davin menunggu sampai Nayla keluar.
Ketika ia menutup pintu perlahan, Davin memegang bahunya.
“Len,” ucapnya lembut.
“Kamu tahu nggak… kamu bikin hati aku tenang.”
Nayla menatap Davin pelan, dan untuk pertama kalinya…
Nayla tidak bisa memalingkan wajah.
Karena tatapan Davin bukan tatapan suami yang curiga, melainkan tatapan seorang pria yang jatuh cinta.
Dan Nayla sudah tidak yakin apakah ia bisa terus menepisnya.
Nayla bingung, raganya memang istrinya Davin, tapi jiwanya?