Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.
“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”
_Selamanya Kamu Milikku 2_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 : Keisengan Sean
Sean tadi melihat istrinya begitu kecewa karena tidak bisa mendapatkan jajanan yang dia inginkan, ia membawa anak dan istrinya ke tempat kulineran, di sana Sonia bisa memilih makanan halal yang dia mau. Sean menggendong Zain dan Zoya sedangkan Sonia menggendong Zay.
"Aku mau itu Sean, kayaknya enak banget," tunjuk Sonia, mereka mendekati gerai makanan itu lalu memesan untuk mereka bersama.
Sean menyuapi anaknya sedikit demi sedikit makanan yang dia pegang, tentunya sangat aman untuk bayi tersebut.
"Mau ke mana lagi kita?" tanya Sean.
"Pulang aja lah, aku udah puas juga jajan," jawab Sonia, dia sedikit kelelahan menggendong Zay dari tadi.
"Ya udah ayo." Mereka memasuki mobil lalu menuju ke mansion.
Selama di perjalanan, Zoya begitu ingin di pangku oleh Sean, kini Zoya duduk di bangku kemudi dengan Sean yang fokus pada jalanan. Tangan mungil Zoya meraih setir mobil dan dengan gemas, Sean mengecup pipi gembul putrinya.
"Nanti kalo udah besar, Zoya bisa bawa mobil sendiri, kalo sekarang cukup jadi penumpang yang baik aja, oke," ucap Sean pada buah hatinya dan dibalas dengan racauan dari bibir mungil Zoya.
Zain dan Zay tak tinggal diam, mereka ikut meracau juga seakan mereka bertiga saling ngobrol satu sama lain.
"Kayaknya mereka paham deh sama kicauan mereka sendiri," kata Sonia.
"Kita mesti beli suplemen bayi juga nih, biar ngerti apa yang mereka katakan," balas Sean diikuti tawa oleh Sonia.
Sonia memutar musik untuk anak-anak sehingga ketiga bayinya tidak bisa diam, mereka menari dengan gaya masing-masing yang membuat Sean dan Sonia tertawa gemas.
"Kalian lucu banget sih nak, gemes." Sonia mengecup semua pipi anaknya dengan gemas juga.
Sesampainya di mansion, Sonia memandikan ketiga bayinya lalu memakaikan piyama tidur untuk mereka semua, setelah bersih dan wangi, Sonia menyiapkan makan malam untuk dia dan Sean, tak lupa Sonia juga membuatkan makanan untuk ketiga buah hatinya.
Tangan Sonia begitu lihai menggunakan alat-alat masak yang ada di dapurnya, dari dapur jelas terdengar suara tawa dari Sean dan anak-anaknya, mereka pasti sedang bermain, tawa renyah dari Zain, Zay, dan Zoya menjadi obat penyejuk bagi Sean.
Mendapatkan Sonia kembali dalam hidupnya merupakan sebuah anugerah, ditambah lagi dengan kehadiran ketiga anaknya itu.
"Zain, jangan begitu sama Zoya, mainan kan banyak itu nak, kenapa harus yang ada di tangannya Zoya sih yang di ambil." Sean mencoba untuk mengambil mainan Zoya yang ada di tangan Zain, namun Zain tidak mau melepaskannya hingga anak itu menangis.
"Loh, tadi ketawa, sekarang malah nangis," kata Sonia sambil membawa cemilan ke ruang tamu dan meletakkannya di atas meja.
"Rebutan mainan mereka," jawab Sean, Sonia menenangkan Zain dan Sean menenangkan Zoya.
Mainan yang diperebutkan tadi disimpan oleh Sean agar anaknya tidak ribut lagi.
"Udah udah, mainannya udah hilang, nggak ada lagi, besok kita cari mainan baru ya nak, besok papa akan bawa kalian berburu mainan," janji Sean pada ketiga anaknya.
"Janji ya pa, jangan sampai lupa loh ya." jawab Sonia yang masih menggendong Zain.
"Iya papa janji, asal mama kalian mau kasih jatah malam ini sama papa." Sonia menatap hazel milik Sean dengan tajam, Sean hanya membalas dengan senyum nakalnya lalu mengedipkan sebelah matanya dengan genit pada Sonia.
"Nggak ada orang berhubungan setiap saat sama istrinya tau nggak," sahut Sonia.
"Siapa bilang?"
"Aku, kamu nggak dengar barusan aku bilang."
"Itukan cuma opini kamu doang."
"Enak aja, aku beneran itu, riset membuktikan, kalau berhubungan yang baik itu hanya dua kali seminggu, nggak setiap malam, apalagi setiap saat." Sean menurunkan Zoya dari gendongannya lalu mengambil Zain dari gendongan Sonia, anak-anak itu kembali fokus bermain sambil menonton siaran kartun yang ditayangkan saat ini.
Sean mendekati Sonia lalu dengan cepat mengungkung Sonia di atas sofa sehingga Sonia tidak bisa bergerak sama sekali.
"Riset dari mana kamu dapat begitu?" tanya Sean dengan senyuman nakalnya.
"Dari google," jawab Sonia sambil terus mencoba melepaskan kungkungan Sean.
"Google di percaya, sekarang coba bilang lagi riset yang kamu bilang tadi."
"Riset membuktikan kalau berhubungan itu nggak boleh setiap hari mmppphh." Sebelum Sonia menyelesaikan ucapannya, bibir Sonia sudah dibungkam oleh Sean dengan bibirnya, Sean mengangkat kepalanya dan menatap Sonia kembali, wajah cantik itu kini sudah memerah.
"Sean, lepasin akuu."
"Apa? Cium aku? Oke baby, aku akan menciummu." Sean merendahkan kembali wajahnya dan melumat bibir Sonia dengan rakus sehingga pasokan udara begitu menipis di antara mereka.
"Mmppptt." Sonia mencoba untuk melepaskan ciuman suaminya itu tapi Sean malah menahan kepala istrinya dan memperdalam ciuman itu hingga terdengar lenguhan lembut dari bibir Sonia.
Sean kembali mengangkat kepalanya dan membiarkan Sonia menghirup udara sebanyak mungkin, tangan Sonia terlepas dari kungkungan Sean, dia memukul lengan suaminya itu dengan kesal sambil mempoutkan bibirnya.
"Lepasin aku Sean," ronta Sonia di bawah Sean saat ini, Sean semakin iseng untuk mencumbu istrinya, tangannya kini menjelajahi tubuh Sonia yang membuat Sonia terpancing dengan sentuhan Sean.
"Sean, lepasin aku, itu api kompor belum aku matiin Sean," alasan Sonia agar bisa lepas dari Sean.
"Biarin aja, coba bilang lagi riset kamu tadi."
"Nggak, nggak ada riset apapun, kamu bebas kapanpun kamu mau," ujar Sonia.
"Oke kalau begitu ayo sekarang."
"Hah? Kamu jangan bercanda, aku mau liat masakan aku Sean."
"Belum masak juga sup kamu itu, ayo, katanya aku bebas kapanpun aku mau."
"Iya tapi nggak sekarang juga, Zaiinn, Zaayy, tolongin mama."
Sonia mencoba untuk meminta tolong pada anaknya yang membuat Sean terkekeh, lalu kembali dia merendahkan wajahnya dan menyapu jarak di antara mereka berdua hingga desahan Sonia tertahan karena bibirnya dilumat oleh Sean.
Dengan sekuat tenaga Sonia mendorong Sean dari atasnya, tapi tidak berhasil karena Sean jauh lebih kuat dari Sonia. Sonia memalingkan wajahnya dari Sean hingga ciuman mereka terlepas.
"Sean lepasin aku, aku mau liat masakan di dapur," ronta Sonia kembali.
"Sebelum kamu ke dapur, ayo lima menit aja."
"Jangan bercanda kamu Sean, masa di depan anak-anak sih."
"Ya udah, kamu kan maunya di dapur, ayo ke dapur." Sonia menatap suaminya dengan tatapan tak percaya.
"Haha jangan bercanda kamu, sana minggir." Tawa Sonia melihat tingkah suaminya itu.
"Aku nggak bercanda."
"Nggak mau, aku udah mandi sore, nggak mungkin nanti mau maghrib aku mandi lagi."
"Ya gapapa, air banyak kok buat mandi."
"Sayangku, lepasin aku, kita bisa nanti malam setelah anak-anak tidur," ucap Sonia dengan lembut.
"Aku mau sekarang, ayo ke dapur." Sonia memejamkan matanya sejenak lalu menatap Sean dengan tatapan menggoda.
"Ayo, mau berapa lama?" Sean yang merasa tertantang dengan pertanyaan Sonia langsung menggelitik Sonia hingga istrinya itu kegelian dan tertawa.
"Sean ampuunn, lepasin akuu." Sonia terus mengimbangi sentuhan suaminya itu, saat ada kesempatan, Sonia mendorong tubuh Sean dan dia berlari ke dapur.
"Gila kamu," teriak Sonia pada Sean, Sean hanya tertawa melihat tingkah lucu Sonia yang berlari kecil ke arah dapur.