Aira tak menyangka jika pernikahan harmonis yang ia bina kini hancur lebur, karna orang ketiga.
Dunianya hancur, hingga sebuah kecelakaan menimpanya dan membuat ia koma. setelah sadar, ia dihadapkan dengan seorang pria yang tiba-tiba saja menjadikannya seorang budak. hingga dimana Aira dijadikan bak seorang tawanan oleh pria misterius itu.
sementara disisi lain, Rayyan berusaha menjalani dendam yang diamanatkan padanya dari sang ayah. dendam yang begitu membuatnya berapai-api pada Aira.
akankah Rayyan berhasil menuntaskan dendamnya? atau malah rasa cinta timbul dihatinya untuk Aira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annavita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Keesokan harinya...
Sinar mentari pagi, yang biasanya disambut dengan senyuman, kini terasa menyengat kulit Aira. Cahayanya menyelinap paksa di balik celah tirai, membangunkan Aira dari tidur yang tak nyenyak. Matanya terasa berat dan perih, membengkak akibat air mata yang mengalir deras semalaman. Wajahnya pucat pasi, mencerminkan kekosongan yang merayapi hatinya.
Dengan langkah gontai, Aira bangkit dari ranjang. Ia merasa seluruh tubuhnya remuk redam, seolah baru saja dihantam badai yang dahsyat. Ia berjalan menuju kamar mandi, berharap air dingin mampu menyegarkan pikirannya yang kalut. Setelah selesai mencuci wajahnya, ia menatap pantulan dirinya di cermin. Ia nyaris tak mengenali sosok yang terpampang di hadapannya. Sosok itu tampak begitu rapuh, kehilangan semangat hidup.
Aira menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya. Ia harus bangkit, ia tidak boleh terus terpuruk dalam kesedihan. Ia harus menghadapi kenyataan yang pahit ini dengan tegar.
Dengan langkah lesu, Aira menuruni tangga. Ia berharap menemukan Dimas di dapur, sedang menyiapkan sarapan seperti biasa. Namun, rumah itu terasa sepi dan sunyi, seolah kehilangan jiwanya. Ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan Dimas di mana pun.
Begitu ia akan membuka pintu kulkas, matanya tertuju pada secarik kertas yang tertempel di pintunya dengan magnet kulkas berbentuk hati. Jantung Aira berdegup kencang. Ia merasa firasat buruk mulai menghantuinya. Dengan tangan gemetar, ia meraih kertas itu dan membacanya.
'Maafin aku, Sayang. Hari ini aku akan urus semuanya,' tulis Dimas, dengan tulisan tangan yang biasanya begitu ia kenali dan cintai. Namun, kali ini, tulisan itu terasa asing dan dingin.
Aira hanya menatap datar tulisan itu. Ia tidak tahu apa yang sedang direncanakan Dimas. Ia tidak tahu apakah ia harus percaya pada Dimas atau tidak. Ia merasa seperti sedang berada di dalam labirin yang gelap dan menyesatkan.
Wajah Aira kembali memanas. Air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. Ia merasa seperti sedang dipermainkan oleh Dimas. Ia merasa seperti tidak ada artinya bagi Dimas.
Dengan perasaan hancur, Aira meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Ia tidak ingin lagi berharap pada Dimas. Ia tidak ingin lagi membiarkan Dimas menyakitinya.
Sore pun tiba. Tak ada gairah untuk beraktivitas. Aira hanya melamun di kamar seharian, dengan pandangan lurus ke depan jendela yang terbuka. Pikirannya berkecamuk, dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab.
Ia memikirkan tentang pernikahannya yang hancur berantakan. Ia memikirkan tentang pengkhianatan Dimas yang begitu menyakitkan. Ia memikirkan tentang masa depannya yang suram dan tidak pasti.
Tiba-tiba, ia melihat mobil Dimas memasuki halaman rumah. Jantung Aira berdegup kencang. Ia merasa gugup dan takut. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Aira menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Ia berharap ia akan mendengar berita baik dari Dimas. Ia berharap Dimas akan memilihnya dan meninggalkan wanita itu. Ia berharap Dimas akan meminta maaf dengan tulus dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi.
Dengan langkah berat, Aira segera turun ke bawah. Ia ingin segera bertemu dengan Dimas dan menanyakan keputusannya. Ia ingin segera mengakhiri semua ketidakpastian ini. Ia tidak tahan lagi hidup dalam kebingungan dan kesedihan.
Namun, sampai di bawah, Aira menghentikan langkahnya di tengah tangga. Ia terpaku, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia merasa seperti sedang berada di dalam mimpi buruk yang tidak kunjung berakhir. Ia merasa seperti dunia telah runtuh di hadapannya.
Ia melihat Dimas berdiri di ruang tamu, dengan seorang wanita di sampingnya. Wanita itu adalah Rania, wanita yang telah merebut hati suaminya. Aira sudah menduga hal ini, tapi tetap saja, melihat Rania berada di rumahnya sendiri adalah pukulan yang telak.
*
Bersambung---
guys baca juga ini seru buanget loh... apalagi mantan suami Aira, nanti sadar dan ngejer ngejer lagi tu mantan bini... hoho