Ardi adalah asisten CEO. Ketika SMA Ardi pernah membayar seorang gadis untuk menjadi pacar bayaran.
Gadis itu ialah Ayasha dan Ayasha sangat menikmati perannya saat itu.
Namun setelah tujuh tahun berlalu Ardi kembali dipertemukan dengan Ayasha. Ternyata mantan pacar bayarannya ialah putri CEO di perusahaan tempat Ia bekerja.
Dunia seperti terbalik. Untuk membatalkan pertunangan dengan sang kekasih Ayasha memberi Ardi sejumlah uang.
"Apa kamu sedang membayarku?" Ardi.
"Ya, jadilah suamiku, Ardi!" Ayasha.
Simak ceritanya hanya di novel Menikahi Mantan Pacar Bayaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 8 Jadi Kamu sudah menikah, Ardi
Setelah semalaman sulit tertidur karena perkataan Barra, kini Ayasha tengah duduk dibalik kemudi menatap rumah sederhana di hadapannya.
Ya, rumah itu milik Ardi. Ayasha menemukan rumah Ardi dari alamat yang ia foto semalam.
Ayasha datang kerumah Ardi untuk mencari tahu penyebab Ardi menghindarinya.
Sejak tiga puluh menit yang lalu Ayasha memperhatikan rumah Ardi namun Ia masih tetap berada dimobil.
Didalam rumah Inara yang memperhatikan mobil Ayasha dari mendatanginya.
Tok tok tok.
Ketukan dari luar membuat Ayasha menurunkan jendela mobil dan tersenyum canggung.
"Maaf, Kak, cari siapa? Saya perhatikan mobil Kakak sudah lama disini," ucap Inara.
"Apa betul rumah itu rumah Ardi?" tanya Ayasha memastikan.
"Betul, Kak, rumah ini rumah Kak Ardi," jawab Inara.
Ayasha merasa senang sebab Ia tidak salah menemukan rumah Ardi.
Lalu Ayasha turun dari mobil dan memperkenalkan diri pada Inara.
"Maaf mengganggu waktunya, saya Ayasha, teman Ardi saat SMA," ucap Ayasha.
Inara mengangguk lalu balas memperkenalkan diri.
"Saya Inara, adiknya kak Ardi. Kalau kakak datang kemari untuk bertemu kak Ardi maaf kak Ardinya sedang tidak ada dirumah. Kak Ardi sedang bekerja," ucap Inara.
"Saya kesini bukan untuk bertemu Ardi, saya kesini untuk bersilaturahmi dengan keluarganya," ucap Ayasha canggung.
Ayasha sengaja mendatangi alamat rumah Ardi saat Ardi sedang bekerja sebab Ayasha tidak ingin Ardi tahu dirinya berkunjung kerumahnya.
Inara mengangguk.
"Di rumah hanya ada saya, ibu sama Devan keponakan saya. Kalau Kakak ingin bersilaturahmi mari silahkan masuk," ucap Inara mempersilahkan.
"Iya, terima kasih," ucap Ayasha.
Lalu Ayasha membuka pintu mobil dan mengeluarkan sekeranjang buah-buahan dan mengikuti Inara dari belakang.
Saat akan memasuki rumah Ardi, Inara menghentikan langkahnya membuat Ayasha yang berjalan di belakang Inara pun berhenti
"Sebentar, Kak, aku kasih tahu kak Ardi kalau Kakak kerumah," ucap Inara yang sudah mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.
Ayasha segera mencegah Inara.
"Tolong jangan kasih tahu Ardi, biarkan Ardi nggak tahu kalau aku berkunjung," ucap Ayasha yang tidak ingin Ardi mengetahui dirinya datang kerumahnya dan berujung menanyakan banyak hal.
"Kenapa, Kak, bukannya bagus kalau kak Ardi tahu Kakak datang berkunjung?" tanya Inara.
"Hubungan aku sama Ardi nggak begitu baik, aku nggak mau dia melarangku berkunjung lagi kalau tahu aku kesini," jelas Ayasha.
Inara yang tidak tahu apa-apa tentang hubungan Ayasha dan Ardi mengangguk.
"Kalau begitu ayo masuk, Kak," ajak Inara.
Ayasha lalu masuk kerumah Ardi, duduk di sofa dan meletakkan buah-buahan yang Ia bawa di atas meja.
Inara menyajikan minum untuk Ayasha.
"Maaf, Kak, ibu aku lagi sakit, jadi nggak bisa temanin kakak ngobrol," ucap Inara.
Mendengar Inara membahas sang ibu membuat Ayasha teringat perkataan sang ayah beberapa hari yang lalu.
"Iya nggak apa-apa. Ibu kamu sakit apa?" tanya Ayasha penasaran.
"Ibu aku sakit paru-paru, Kak. Ibu juga harus dioperasi, tapi...." Inara menghentikan perkataannya.
"Tapi kenapa?" tanya Ayasha semakin penasaran mengenai penyakit ibunya Ardi.
"Tapi kami terkendala biaya sehingga ibu belum dioperasi dan ibu juga menolak untuk dioperasi karena nggak mau menyusahkan kak Ardi," terang Inara membuat Ayasha terdiam.
"Boleh aku bertemu ibu kamu?" tanya Ayasha kemudian.
"Iya, boleh, Kak. Ibu ada dikamar. Ayo aku antar," ucap Inara yang diangguki Ayasha.
Lalu Ayasha mengikuti Inara dan masuk ke kamar ibu Ardi.
"Bu, ada temannya kak Ardi mau lihat Ibu," ucap Inara setelah masuk kedalam kamar.
Sinta melihat seseorang yang ada dibelakang Inara.
"Siapa?" tanya Sinta.
Inara menggeser tubuhnya dan Ayasha mendekat pada Sinta.
"Maaf mengganggu waktu istirahat Tante. Saya Ayasha teman Ardi saat SMA," ucap Ayasha.
Untuk pertama kalinya Sinta melihat teman wanita Ardi datang kerumahnya.
Bibir pucat Sinta tersenyum.
"Nggak apa-apa, Tante senang ada yang berkunjung," ucap Sinta lalu menatap Inara.
"Buatkan minum, In," titah Sinta.
"Sudah, Tante, tadi di depan Inara sudah buatkan aku minum. Oh, iya, buah-buahannya juga ada di ruang tamu," ucap Ayasha yang baru mengingat buah-buahan yang Ia bawa.
"Nggak apa-apa biar Inara yang bawa," ucap Sinta.
Lalu Ayasha duduk ditepi ranjang Sinta.
"Tante sakit apa?" tanya Ayasha.
Meski Inara sudah memberitahunya namun Ayasha ingin mendengar juga dari Sinta.
"Paru-paru, Nak," jawab Sinta dan Ayasha mengangguk.
"Sudah periksa kerumah sakit, Tan, terus apa kata dokter?" tanya Ayasha.
Sinta tersenyum kecut mengingat penjelasan dokter dan keadaan ekonomi keluarganya.
"Kata dokter harus dioperasi, Nak, tapi Tante nggak mau. Tante nggak mau merepotkan Ardi karena Ardi sudah menjadi tulang punggung sejak ayahnya meninggal," ucap Sinta membuat Ayasha terdiam mendengarnya.
Sinta terbatuk kencang dengan dada yang sesak membuat Ayasha di dekatnya segera memberikan air minum.
Lalu Inara membantu Sinta berbaring dan menyelimutinya.
Ayasha menatap wajah Sinta yang memejamkan mata. Rasa iba membuat Ayasha meneteskan air mata dan tidak melanjut lagi pertanyaannya.
Setelah Sinta terlelap, Inara dan Ayasha keluar dari kamar.
"Sejak kapan ibu kamu sakit?" tanya Ayasha.
"Ibu sakit sudah lama, Kak, tapi kami baru tahu ibu harus dioperasi tiga bulan ini," jawab Inara.
Masalah yang Ayasha temukan di rumah Ardi membuat Ayasha berfikir keras ingin membantunya.
Ayasha baru mengetahui ibu Ardi sakit parah dan terkendala biaya pengobatan.
Kalau boleh Ayasha ingin membantu membiayai pengobatan Sinta hingga sembuh namun Ayasha yakin Ardi tidak akan mengizinkannya.
Tiba-tiba Ayasha teringat akan masalah yang Ia miliki. Barra akan berhenti mengganggunya bila dirinya menikah.
Ayasha yakin Ardi bisa membantunya dan Ia juga bisa membantu membiayai pengobatan ibu Ardi. Sama-sama tidak ada yang dirugikan namun apakah Ardi mau membantunya?
"Papa."
Panggilan anak laki-laki diiringi suara tangisan terdengar membuat Inara dan Ayasha menghentikan langkah kaki.
Devan berlari kearah Inara dan Inara segera menggendongnya.
"Sayang, kenapa?" tanya Inara sambil menenangkan.
"Papa," ucap Devan lagi sambil menangis.
"Papa lagi kerja, Sayang. Devan dirumah sama Tante, ya. Ada nenek juga dikamar," ucap Inara membujuk Devan agar tidak menangis lagi namun Devan justru menggeleng.
"Nggak mau... nggak mau... Devan maunya sama papa Ardi. Tante telpon papa suruh pulang," ucap Devan.
Sesaat Ayasha merasa dunia seperti berhenti mendengar anak laki-laki dihadapannya memanggil Ardi papa.
'Papa?' batin Ayasha.
Ayasha menatap Devan di gendongan Inara yang terlihat begitu mirip dengan Ardi membuat pikiran Ayasha menerawang jauh memikirkan Ardi sudah menikah dan memiliki anak.
Lalu Ayasha mengedarkan pandangan kepenjuru ruang tamu untuk memastikan dugaannya.
Ayasha termangu melihat foto keluarga yang terpajang didinding berisi keluarga lengkap Ardi dengan Riana bersama kedua Anaknya berada disisi Ardi.
'Jadi, kamu sudah menikah, Ardi,' batin Ayasha.
burung tekuku makan kedelai
ucap selamat kepada mempelai
siap tempur sampai lemas terkulai
kabooooorrr 🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Tantangan buat ardi hrs mencari investor agar perusahaan tidak goyah....
..