Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resmi Menikah
Masih di ruang teve itu setelah Lusi mengungkapkan keinginannya, ia pun buk4 suara lagi.
"Menikahlah besok, lebih cepat lebih baik." Ungkap Lusi yang langsung di sambut baik oleh Rudy.
"Baik jika itu kehendak mu, kami akan menikah besok."
Dan keesokan harinya, penghulu telah datang pada sore harinya, sedangkan Melisa kini telah cantik memakai kebaya putih dengan make up yang sedikit terlihat flawless tapi menampilkan kesan kedewasaan.
Pernikahan Rudy dan Melisa diadakan tertutup, bahkan tetangga tidak ada yang di undang. Pernikahan mereka pun diadakan secara siri, karena Lusi yang menginginkannya.
Sebenarnya Rudy tidak setuju karena dalam hatinya ia sudah mencintai Melisa. Walaupun Melisa sendiri masih terbilang biasa menanggapi ungkapan cinta Rudy.
Pernikahan kedua Rudy diadakan di keluarga Lusi secara tertutup, bahkan hanya di saksikan oleh tetangga dekat rumah.
Saat ini Melisa tampil cantik dan siap duduk di samping Rudy, sedangkan Lusi hanya menatap dari dekat moment ia mengikhlaskan suaminya menikahi anak angkatnya.
Disamping Lusi duduk adik kandungnya yang memberikan dukungan moril kepada kakaknya yang sakit itu.
"Sabar mbak, kalo mbak gak pengen lihat kita pergi saja, gimana?" Cetus sang adik dengan berbisik di telinga kakaknya.
"Tidak usah Lisa, aku akan tetap disini. Kalo kamu yang mau pergi dari sini silahkan saja." Balas Lusi.
Lusi tahu bahwa sang adik tidak menyukai Rudy yang telah menipunya dengan b4rm4in 4p! dengan Melisa, untuk itu adiknya itu menentang ide g!l4 Lusi, sang kakak.
"Bagaimana anda siap pak Rudy?"
Rudy yang saat itu memakai jas hitam dan menampilkan wajah cukup tampannya pun mengangguk.
"Jabat tangan saya." Ucap pak penghulu pada Rudy yang telah siap dengan jantung yang kian berdetak sangat cepat.
Kegugupannya karena ia harus dua kali mengucap ikrar suci, di mana ia akan menikahi Melisa.
"Baik...." Jawab Rudy penuh keyakinan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Melisa Fitriani dengan mas kawin uang 30 juta dan emas 50 gram dibayar tunai."
Rudy m4nghel4 nafasnya sejenak lalu ia pun mulai mengikuti apa yang di ucapkan penghulu dengan sangat lantang dan penuh semangat.
"Bagaimana para saksi 54h?" Ucap pak penghulu pada semua yang hadir menghadiri acara ijab kabul Anatar Rudy dan Melisa.
"Alhamdulillah....."
Rudy mengucap syukur, lalu ia menatap Melisa dengan senyumnya yang membuat Melisa ikut membalasnya.
Melisa pun m3nc!um punggung tangan Rudy yang biasa ia panggil ayah, kini statusnya telah berubah menjadi suaminya.
Sejujurnya dengan status barunya ini Melisa begitu merasakan aneh dalam dirinya, status yang buatnya begitu berat ia pikul.
Rudy pun meng3cup kening Melisa dengan penuh k3h4ngat4n, ada rasa sakit dan iri dalam diri Lusi melihat k3mesr4an pasangan yang baru menikah itu. Apalagi Melisa kini ia telah memiliki m4du dari suaminya.
Melisa beranjak dari kursi dan mendekati Lusi, ibu angkatnya yang kini telah menjadi status menjadi isteri pertama dari suaminya. Melisa bersimpuh di kaki ibunya yang kini penampilannya terlihat tak terawat lagi karena sakit yang di deritanya.
"Ibu, maafkan Melisa ya? Melisa janji akan menuruti semua keinginan ibu." Janji Melisa dan kini m3nc!um punggung tangan wanita yang tengah sakit-sakitan.
"Berjanjilah lahirkan anak yang sehat dan secepatnya pergi dari kehidupan kami."
Melisa pun mengangguk, tak lama setelah itu Rudy pun m3me3uk istrinya dan m3ngecup puncak kepala Lusi.
"Maafkan aku, setelah ini aku janji akan membahagiakan kamu."
"Iya mas, sekarang pulanglah bersama Melisa. Aku akan menginap di sini sampai 2 Minggu ke depan." Tutur Lusi yang tidak ingin menganggu pasangan yang baru menikah itu.
Namun alasan lainnya karena ia juga tidak bisa kuasa jika mendengar su4ra d3s*h keduanya yang sedang memadu kasih.
Tidak ada seorang wanita pun yang akan kuat dan tahan, namun Lusi meyakinkan dirinya bahwa itu hanya sementara. Sampai Melisa hamil dan melahirkan, setelah itu ia dan anak Rudy yang akan menjadi prioritas pria itu.
"Tapi Bu, bukankah 5 hari lagi ibu akan di operasi. Melisa ingin menemani ibu." Lirih Melisa yang masih memanggil Lusi dengan gelar ibu.
"Iya sayang, Melisa benar. Kami ingin menemanimu operasi."
"Tidak perlu mas, cukup aku ditemani adikku saja. Kalian fokuslah dengan program anak, supaya Melisa segera hamil."
Ada kesedihan yang Melisa rasakan, begitu juga dengan Rudy, ia menganggap Lusi ingin menghindarinya. Namun ia akan patuh dan menuruti keinginan sang isteri.
Akhirnya dengan berat hati Melisa pulang bersama Rudy, mereka pun sebelumnya berganti pakaian dengan pakaian seperti biasanya. Setidaknya untuk menghindari kecurigaan tetangga yang pasti akan menanyakan ini dan itu.
Selama di perjalanan keduanya hanya diam, setelah di nikahi ayahnya sendiri, Melisa merasakan kaku tidak seperti biasanya yang cenderung periang.
Tak terasa perjalanan dari rumah Lisa adik kandung Lusi, hingga ke rumah menempuh perjalanan hampir 30 menit.
Saat mereka sampai, hari telah petang dan menunjukan angka 8 malam, Rudy turun duluan dan membukakan pintu mobil untuk isteri keduanya.
"Terima kasih ayah." Ucap Melisa dan keluar dari mobil itu.
"Iya sama-sama."
Melisa berjalan dengan tangan Rudy m3me3luk p!ngg4ng ny4, seakan ia tidak ingin Melisa lepas dan jauh darinya.
Untungnya saat itu perumahaan yang letaknya di kampung itu telah sepi, hanya beberapa penjual yang lalu lalang dengan memikul dagangannya.
Itu pun sebagian penjual bukan penghuni sini, yang berasal dari luar kampung. Hingga langkah Melisa tertuju ke ruang tamu dan ia dudukan diri di sofa empuk.
"Tidak mandi dulu Mel?" Tanya Rudy yang ikut duduk di samping Melisa.
"Iya nanti ayah, oiya ayah perlu minum apa? Mau Melisa buatkan kopi?"
"Boleh sayang, lagi pula kan nanti malam ayah gak bisa tidur cepat kan." Bisik Rudy pada Melisa yang kini telah menjadi isterinya.
"Ayah n4kal deh." Balas Melisa dengan tersipu malu.
"Kenapa harus malu, bukankah sekarang kita b3b4s melakukan apapun? Tanpa harus sembunyi-sembunyi dari ibumu kan?"
"Iya ayah benar." Jawab Melisa dengan tersipu malu dan sudah tidak tah*n lagi ingin secepatnya menyatu dengan ayahnya.
"Ayo mandilah dan segera kita b!k!n 4n4k." Lanjut Rudy yang tangannya mulai nakal menjalar ke mana-mana.
"Baiklah ayah tunggu dulu ya."
Melisa pun beranjak kedalam kamarnya, kebetulan kamar mandinya berada di dalam kamar, sedangkan Rudy yang tidak bisa menunggu lebih lama juga ikut langsung membersihkan tvbvhnya di kamar mandi dekat meja makan.
Seakan ia ingin secepatnya melakukan malam p4 n45 dengan Melisa di ma4l4m p3rtam4nya menjadi suami dari Melisa. Tentu saja Rudy tidak akan membuang waktunya.
Melisa mengeringkan tvbuh-ny4 hingga kering, setelah itu ia mengeringkan rambutnya dan mulai bersolek.
Melisa memberikan nuansa warna di bibir pink alaminya dengan pemulas b!b1R warna merah maroon, dengan sedikit ia memberi pulasan maskara di setiap helai bulu matanya.
Tak lupa Melisa juga m3makai parfum sehingga jika sampai b3rt3mpur, memberikan nuansa p4n45 yang lebih pada Rudy.
Terlihat nampak pesona kecantikan terpancar dari cermin, setelah di rasa oke barulah Melisa memakai pakaian t3r4w4ng-nya.
Pakaian itu memang sengaja diberikan Lusi untuk hadiah Melisa saat anak angkatnya itu mel4yan! su4m!nya di atas r4n j4ng. Tak tanggung-tanggung Lusi memberikan baju dinas 5 macam.
Dimana baju dinas itu dengan kualitas bahan yang baik, belum lagi model pakaian t!p!5 m3ner4-wang itu begitu m3ng gug4h kaum Adam jika melihatnya.
Melisa keluar dengan membawa secangkir kopi hangat yang sudah ia buat sebelumnya, ternyata Rudy tengah menunggunya di ruang keluarga sambil menonton bola.
"Ayah, ini kopinya....??"
Suara lembut Melisa serta aroma parfum yang menguar membuat Rudy menoleh pada sumber suara.
"Mel, kamu cantik sekali sayang."
Rudy langsung beranjak dari duduknya meninggalkan tontonan bolanya dan mendekati Melisa. Dari atas sampai ke bawah ia melihat Melisa yang terbilang cantik tanpa cacat suatu apapun.
Melisa pun terbilang memiliki tinggi yang cukup semampai, dengan ukuran benda kenyal yang cukup besar, Belum lagi b!-b!r r4num-ny4 yang b3risi. Dan yang utama dari kesekian itu adalah wajah cantik bagai bidadari, itu jadi point utama Melisa dalam menarik kaum Adam.
Jika di bandingkan dengan Lusi istrinya saat masih muda pun jelas masih kalah cantik dengan Melisa yang sempurna dan sangat piawai memainkan tongkat saktinya.
"Ayo diminum kopinya keburu dingin."
Dengan perlahan kopi hangat itu kini telah berpindah pada tangan Rudy, dan tak ingin buang kesempatan kopi hangat itu ia teguk sampai habis tak bersisa dari cangkirnya.
"Ayah h4u5 apa d0y4n?" Canda Melisa m3ngg0d4 ayahnya dengan tangannya bermain pada pita yang terletak ditengah pada b3l4-h4n baju dina5 itu.
Saat ini Melisa memakai baju dinas berwarna hitam dengan perpaduan warna merah menyala. Menampilkan kesan m3mpes0n4 si Rudy.
"Ayah cuma pingin 53nt*h kamu saat ini Mel....."
Grep!!
Melisa pun di r3ngkuhny4 dengan begitu erat, membuat h4-wa hangat mulai terasa. Dalam posisi berdiri keduanya saling menyapa alat ucap keduanya, dan saling b3rp4-gut4n.
Karena sudah tidak bisa di tahan lagi akhirnya Rudy mengendong Melisa ala bridal style menuju ke peraduan.
Dan ini kali pertama bagi Rudy maupun Melisa merasakan p3nyatu4n yang begitu harmony, dengan rasa tenang disertai suasana yang syahdu di malam hari.