Hanya berjarak lima langkah dari rumah, Satya dan Sekar lebih sering jadi musuh bebuyutan daripada tetangga.
Satya—pemilik toko donat yang lebih akrab dipanggil Bang... Sat.
Dan Sekar—siswi SMA pecinta donat strawberry buatan Satya yang selalu berhasil merepotkan Satya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Diskon Dua Puluh Persen
Jarum jam bahkan belum genap di angka enam ketika suara langkah kaki menggema di ruang tamu Satya. Rakha sudah siap dengan ransel dipundaknya dan sepatu hitam yang sudah ditali dengan rapi. Satya sudah menawarkan berkali-kali agar Rakha diantar saja. Tapi berkali-kali juga Rakha menolak tegas. Terlalu lama dan merepotkan katanya.
"Kalo berangkatnya sepuluh menit lagi juga masih sempet Dek," kata Satya yang baru saja kembali dari dapur. Menyeduh kopi hangat sambil menonton acara tv di pagi hari. Hari ini ia tak menyiapkan donat untuk Sekar. Takut bosan jika terlalu sering disiapkan. Lagipula, Satya sedang malas.
"Mending gua berangkat pagi aja sekalian, nanti sarapannya di sekolah aja," balas Rakha. Rambutnya belum kering dengan sempurna.
"Yaudah, hati-hati di jalan. Kalo mau dijemput kabarin aja."
"Aman, nanti gua mau ke rumah temen gua dulu. Jadi pulangnya agak telat."
"Lo bawa kunci yang gua kasih kan?" tanya Satya mengingatkan. Satya baru akan kembali ke rumah saat tokonya sudah tutup omong-omong.
Rakha mengacungkan jari jempolnya. Satu tangan lainnya sudah membuka kenop pintu. "Aman Bang."
Rakha berjalan sambil memandang layar ponselnya. Mengecek keberadaan driver yang akan menjemputnya. Titik penjemputannya tidak di rumah Satya, tapi di dekat taman agar lebih mudah.
Sekar sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Mengajak Nero bermain bola kecil di halaman rumah.
"Loh Rakha, pagi banget berangkatnya!" sapanya saat melihat Rakha yang baru saja menutup pagar rumah Satya.
"Sekolah gua jauh Kak, jadi harus berangkat pagi," katanya setengah berteriak.
"Hati-hati!"
Sekar menatap lama punggung Rakha yang perlahan menghilang di ujung jalan. Ia lalu berbalik, menggendong Nero dan melangkah pelan menuju rumah Satya. Ia masuk tanpa mengetuk pintu, sudah seperti rumahnya sendiri.
"Bang Sat! Tega banget lo sama Rakha, kan lo bisa anterin dia ke sekolah," bentaknya saat melihat Satya sedang bersantai di sofa.
"Dateng tuh minimal nyapa dulu, baru lo bisa ngomel!" Satya, yang tengah asyik duduk di sofa sambil memegang remot tv melirik sinis.
"Lagian dia sendiri yang gak mau gua anter," katanya lagi. Kemudian matanya kembali menatap layar tv.
Sekar mendekat, ikut duduk di sofa bersama Satya. Melepas Nero dari pangkuannya dan membiarkannya berkeliling di rumah Satya. "Donat gua mana? Gua kan pengen makan donat."
"Gak ada. Nanti aja lo ajak temen lo ke toko!" suruh Satya malas.
"Gratis kan?" tanya Sekar dengan antusias.
"Diskon dua puluh persen."
Sekar menyandarkan kepalanya di bahu Satya. Ikut melihat siaran tv. "Yahhhh pelit banget sih!"
"Kalo cuma lo doang bisa aja gua kasih gratis, tapi kalo bawa temen lo yang banyak itu, gak mau gua!"
"Yang lebih penting, tumben banget lo udah siap jam segini." Satya memperhatikan Sekar dari ujung rambut hingga bawah. Hanya belum menggunakan sepatu sekolahnya saja.
"Iya, mau berangkat sama Mama, mampir dulu ke supermarket," jelas Sekar.
"Pagi banget ke supermarketnya, kan bisa nanti malem," kata Satya heran.
"Mama mau pergi lagi hari Sabtu, jadi gua disuruh belanja bareng dulu buat stok di rumah."
"Lama perginya?" tanya Satya. Kedua tangannya mengangkat Nero yang mulai mengendus dibawah kakinya. Mengelus kepalanya dengan pelan.
"Gak pasti," jawab Sekar.
"Gua nitip sesuatu boleh gak?"
Sekar menatap serius. "Apa?"
"Eskrim vanila dua kotak," katanya sambil tersenyum.
Sekar mengulurkan tangan kanannya. "Uangnya!"
"Pake uang lo dulu!" pinta Satya memohon.
"Dih, gak mau gua," tolak Sekar.
"Pelit banget lo!"
"Yaudah diskonnya tiga puluh persen." Sekar menaik—turunkan kedua alisnya. Mencoba membujuk Satya.
"Anak anj..." belum sempat Satya memaki, Sekar bangkit dan berlari ke arah pintu.
"Mama!" teriaknya sambil membuka pintu.

Sekar tersenyum sendiri saat membaca pesan Satya. Keempat temannya sudah siap di atas motor. Sekar sengaja mengajak keempat temannya untuk mengunjungi Satya di toko donat.
"Gimana? Kalo gak diskon gak jadi deh gua!" tanya Niel dengan tak sabaran.
"Gas!" seru Sekar dengan semangat, sambil melompat ringan ke jok belakang motor Binar.
"Asyik! Lo yang bayar kan Sekar?" tanya Binar dengan nada bercanda.
Sekar diam sesaat. "Eumm... boleh deh, karena gua lagi baik hati."
"Anjir, serius gak ini?" tanya Nala tak percaya. Ia dan Niel duduk di atas motor yang sama.
"Iya, bacot ah! Nanti keburu gua berubah pikiran!" katanya meyakinkan keempat temannya. "Tapi satu orang, satu aja ya," sambungnya.
"Santai, kita anaknya tau diri," sahut Aidan.
"Hai kak Luna!" Sekar masuk lebih dulu dan menyapa Aluna yang berdiri di belakang meja kasir.
"Hai Sekar! Rame-rame ya datengnya!" kata Aluna.
"Iya nih Kak," jawab Sekar ramah. Matanya menatap liar. Mencari keberadaan Satya. "bang Satya mana?"
"Ada di ruangannya. Tapi jangan diganggu dulu ya, lagi sibuk." Aluna dengan lembut memberi pengertian. Sebenarnya bukan karena Satya memang benar-benar sedang sibuk, tapi Satya yang menyuruhnya berkata begitu.
"Aman Kak, gua cuma mau makan donat."
Saat Sekar sedang sibuk bicara dengan Aluna, keempat teman Sekar sibuk membaca buku menu. Bingung menentukan pilihannya. Ada terlalu banyak daftar menu.
"Kayanya karamel enak deh," gumam Aidan. Kedua matanya fokus membaca tulisan di menu.
"Gimana kalo beli yang paket aja, satu kotak ada banyak rasa. Ada yang isi sepuluh, sama lima belas," kata Aluna memberi saran.
"Boleh deh, yang isi sepuluh aja Kak!" pinta Sekar akhirnya.
"Minumnya mau apa?" tanya Aluna. Di sampingnya, Elmira baru saja tiba setelah membereskan meja di lantai dua.
"Es cokelat semua."
ditunggu next chapter ya kak😁
jangan lupa mampir dan ninggalin like dan komen sesuai apa yang di kasih ya biar kita sama-sama support✨🥺🙏
sekalian mampir juga.../Coffee//Coffee//Coffee/
Dikasih koma ya, Kak. Biar lebih enak bacanya. Semangat terus nulisnya!😉