NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Dewa Perang

Reinkarnasi Dewa Perang

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: amar basalamah

dunia fanasia. hidup segala macam ras. dari ras manusia, setengah hewan, peri, kurcaci, duyung, iblis, malaikat, bahkan dewa pun ada di dunia ini.

aku adalah dewa perang. tugasku adalah berperang jika tahta dewa di serang, atau jika atasanku menyuruhku turun ke dunia untuk menyelesaikan masalah.

tapi... tak ada masalah yang muncul yang mengharuskan aku turun. dan juga sudah ratusan ribu tahun tak ada yang menyerang tahta dewa. jangankan menyerang, makhluk jaman sekarang bahkan untuk naik ke langit ke tempat tahta dewa mereka tak mampu. aku mulai bosan.

jadi setelah ribuan tahun aku berhasil menciptakan sihir baru, sihir reinkarnasi. akhirnya... selamat tinggal kebosananku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amar basalamah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eros si kurcaci

ada sebuah bengkel besi bobrok yang terletak dekat dengan gerbang kota. jarang ada orang datang kesana memesan, karena pemiliknya seorang kurcaci yang pemarah. menjadi kurcaci saja sudah menjadi bahan hinaan di kerajaan ini, terlebih dia pemarah sekali. tapi walaupun begitu kemampuan menempanya sangat bagus.

Aku datang ke sana menemani sans membeli senjata. katanya dia butuh beberapa. dan benar saja ketika kita sampai disana kami mendengarnya marah-marah mengoceh tentang segala hal.

"dimana otak mereka itu, kanapa lahir menjadi hinaan. bahkan dalam hidupku aku tak pernah menghina hidup seekor semut pun. semoga saja mereka bereinkarnasi menjadi kecoak". seorang yang lebih pendek dari sans menatap kami. walaupun dia pendek, tapi otot-ototnya sangat indah. telinganya runcing ke samping, rambut dan janggutnya coklat. janggutnya panjang hingga perutnya, aku sampai berpikir apa itu tak mengganggu pekerjaannya. walaupun aku tak tau berapa umurnya perawakannya terlihat tua.

"hei kalian, apa kalian berpikir sama denganku..!? , atau kalian juga berpikir kurcaci adalah ras rendahan juga". tiba-tiba saja dia melontarkan pertanyaan pada kami.

"tentu saja tidak, semuanya setara. kita bahkan terlahir tanpa memilih atau berusaha, jadi kenapa harus saling menghina ras" jawab sans begitu saja. eh... padahal dia sering cerita padaku membenci kaum bangsawan dan ras elf yang sombong, kadang dia juga bercerita ingin dilahirkan menjadi ras dewa.

"bukan.. " aku hendak membalasnya tapi dia menyikutku duluan. oh iya aku tak boleh mengatakannya ya...

"nah... kau memiliki pandangan yang bagus disana. jadi untuk apa kau kemari? ". tanya kurcaci itu, dia belum memperkenalkan diri kan..

"aku ingin membeli senjata darimu eros, senjata yang khusus untuk serangan diam-diam. pedang pendek dan beberapa pisau lempar". jadi sans sudah mengenalnya.

"kalau kau pria besar, kau tidak membeli senjata".

"tidak-tidak, aku menggunakan tinjuku untuk bertarung".

"bukankah berbahaya bertarung dengan tinjumu".

"ya memang, tapi aku menggunakan aura agar tanganku menjadi lebih kuat dan tahan terhadap serangan benda tajam".

"oh.. kau menyombongkan auramu ya, kalau begitu coba serang aku dengan auramu". eros mengambil perisai berbentuk lingkaran.

"kau yakin... ". aku ragu apa aku harus benar-benar memukulnya.

"aku sangat yakin dengan barang ciptaanku. jangan menahan diri..!" ucap eros tersenyum padaku. baiklah kalau memang itu maunya.

aku mengumpulkan manna di tangan kananku. aura putih keluar perlahan menyelimuti tangan kanan. mengepalkan tinju, aku melompat langsung ke arah eros. perisai diangkat.

'TASS' aura putih di tangan kananku terpencar ke segala arah dan pukulanku malah melukai tanganku sendiri. aku melompat mundur menjaga jarak.

Darah menetes-netes dari tinjuku, tapi bukan itu yang aku pedulikan. bagaimana mungkin perisai itu menghalau seranganku. rasanya manna ku menjadi kacau ketika aura putih mengenai perisai. tak mampu mengendalikan manna yang sedang kacau, itu berakhir dengan aura putih yang terpencar kemana-mana.

"bagaimana rasanya memukul hasil karyaku".

"itu luar biasa, apa ada efek khusus pada perisai itu".

"dengan menggunakan bijih khusus dan kemampuan menempa milikku aku dapat membuat barang-barang seperti ini. perisai ini memiliki kemampuan untuk mengacaukan manna, ini sangat efektif untuk bertahan".

"sans.., kalau kita menggunakan benda ini.., bisakah kita mengalahkan ragas". aku penasaran bagaimana ragas akan menghadapi benda yang mampu membuat pengguna manna kesulitan.

"entahlah opi, dia bisa melakukan hampir segalanya. bahkan jika tanpa manna pun.., aku masih tidak yakin kita bisa mengalahkannya".

"yah kau benar". dia selalu bisa melakukan segalanya. aku menatap tangan kananku yang terluka. asap putih keluar dari luka, dan beberapa detik kemudian luka milikku telah hilang sepenuhnya.

"menarik, kau dapat menyembuhkan luka hanya dalam beberapa saat. tapi siapa ragas yang kalian maksud, apa kalian punya musuh bersama".

"tidak dia bukan musuh, dia pemimpin kami" jawab ragas.

"lalu.. "

"setiap pagi geng kami berlatih, dan setelah itu ragas akan melakukan pertarungan tiruan dengan beberapa orang dari kami. kami tak pernah menang sekalipun kau tau".

"jangankan menang, bahkan tak sekalipun dia terluka. dia terlalu kuat, dan masih terus bertambah kuat tiap harinya. kami jadi merasa tertinggal semakin jauh".

"aku tak tahu kalau ada orang sehebat itu selain kesatria, bagaimana jika aku meminjamkan pada kalian senjataku untuk mengalahkannya, tapi aku harus melihatnya, bagaimana..!?".

perisainya saja sudah sangat hebat, aku penasaran dengan senjata lainnya. jika itu bisa mengalahkan ragas, aku ingin mencobanya.

"sepakat" sans menjawab cepat. yah.. dia selalu bersemangat jika itu pertarungan dengan ragas. berbeda denganku, aku penakut dan tak terlalu suka bertarung. tapi disisi lain aku ingin melihat ragas kalah. aku memang yang terkuat dalam geng hembusan angin setelah ragas, tapi itu karena bakat dan hobiku.

aku memiliki tubuh yang mudah dalam penyerapan manna, tubuh yang besar dan tulang yang kuat. latihan manna menjadi sesuatu yang mudah. hobiku adalah otot, melihat otot entah kenapa bagiku sangat keren, jadi setiap hari aku selalu melatih otot-ototku agar terbentuk dengan baik dan indah. dan anehnya ragas juga tau cari melatih otot yang benar, bagaimana dia yang masih bocah itu tau aku tak mengerti. hari-hariku ketika memukulinya dulu jadi terasa seperti mimpi, entahlah... aku tidak tau.

"aku juga ingin mengalahkannya walau pun sekali" ucapku tegas. aku sudah memutuskan untuk mencoba mengalahkannya sekali. untuk pertarungan ini aku tak akan menyerah, entah butuh berapa kali atau berapa tahun, aku ingin sekali melihatnya kalah.

...****************...

aku melihat tempatku dulu yang penuh kenangan. itu adalah panti asuhan tempat kami dibesarkan hingga berumur 12 tahun. dan setelah itu... kami diusir.

"kenapa kau kembali kesini..? " tanya miri.

"aku hanya teringat masa kecil".

"bukankah kita semua masih kecil" celetuk alpen. kami tertawa kecil mendengarnya. yah... dia tidak salah, kami masih berumur 15 tahun juga, itu masih terbilang bocah.

panti asuhan tempat kami digusur karena tidak bisa membayar pajak, dan digantikan dengan bangunan untuk markas kesatria.

"aku bahkan tak percaya yang mengambil tempat kita adalah kesatria yang aku hormati" ucap alpen menyindir. dari kecil dia selalu ingin menjadi kesatria terhormat. tapi sekarang dia tau, tidak semua kesatria itu baik. contohnya ruben, kesatria hebat yang berhenti dan malah menjadi bandit terkenal.

"jadi apa yang akan kita lakukan sekarang. ragas membolehkan kita memilih asalkan tidak membuang nama geng hembusan angin. aku akan mengikuti keputusanmu rud..? ". miri mengingatkan kami, ragas memberikan kita kebebasan asalkan membawa nama gengnya. tapi aku masih membutuhkan dia, masih banyak yang perlu aku pelajari darinya.

"aku akan tetap di geng, setidaknya sampai aku menjadi sangat kuat". aku telah mengerti aturan hidup ini, yang kuat akan bertahan dan yang lemah akan tersingkir. aku memahami itu setelah mendengar aturan inti dari geng hembusan angin yang dibuat ragas.

'menjadi lemah adalah aib'. salahkan diri kita sendiri jika sesuatu tak berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. itu semua karena kita lemah, kita terlalu lemah untuk melawan atau berpendapat.

"kalau begitu aku juga" jawab miri cepat.

"dulu aku memiliki cita-cita yang mustahil, tapi sekarang aku merasa itu tidak lagi. aku akan jadi kesatria, tapi aku masih ingin mempelajari beberapa hal dari ragas. sampai saat itu, aku akan tetap di geng hembusan angin". alpen tetap ingin mengejar cita-citanya, menjadi kesatria yang terhormat.

Alpen dulu hanya bisa menatap kesatria berlatih dari kejauhan, tapi sekarang dia sudah mengayunkan pedang dengan menggunakan aura. semua karena anak yang seumuran dengan kita, ragas. aku ingin membalas kebaikannya suatu saat nanti, tapi bahkan aku sendiri tidak tau bagaimana cara membantunya. mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti ketika dia butuh bantuan aku siap membantu.

"jadi kapan kita akan belanja? ". tanya miri memotong lamunanku.

"sepertinya uang kita akan habis untuk membeli pakaian miri" ucap alpen. miri memasang muka masam. kami tertawa lagi, kali ini sedikit keras.

"baiklah ayo". kami berjalan meninggalkan panti asuhan yang kini telah menjadi markas kesatria dan melangkah menuju pasar.

1
إندر فرتما
semoga bagus alur cerita ini,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!