Eclipse, organisasi dunia bawah yang bergerak di bidang farmasi gelap. Sering kali melakukan uji coba demi mendapatkan obat atau vaksin terbaik versi mereka.
Pada awal tahun 2025, pimpinan Eclipse mulai menggila. Dia menargetkan vaksin yang bisa menolak penuaan dan kematian. Sialnya, vaksin yang ditargetkan justru gagal dan menjadi virus mematikan. Sedikit saja bisa membunuh jutaan manusia dalam sekejap.
Hubungan internal Eclipse pun makin memanas. Sebagian anggota serakah dan berniat menjual virus tersebut. Sebagian lain memilih melumpuhkan dengan alasan kemanusiaan. Waktu mereka hanya lima puluh hari sebelum virus itu berevolusi.
Reyver Brox, salah satu anggota Eclipse yang melawan keserakahan tim. Rela bertaruh nyawa demi keselamatan banyak manusia. Namun, di titik akhir perjuangan, ia justru dikhianati oleh orang yang paling dipercaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Saya tidak setuju, Tuan Carlo! Ini berbahaya. Sangat berbahaya. Virus itu sangat mematikan, kita tidak akan bisa mengendalikannya setelah mencemari alam bebas. Ini bisa menjadi pandemi yang mengerikan, Tuan."
Dengan lantang Reyver menyuarakan penolakannya, menentang keras keputusan Carlo yang menurutnya sangat gila.
"Kau pikir aku peduli?" Carlo menjawab singkat.
"Tuan, ini juga berbahaya untuk kita. Jangan—"
"Kita masih punya obatnya. Itu sebabnya, kau jangan membuang waktu. Cepat kembangkan obat itu dan produksi secara besar-besaran. Jangan sampai orang-orang terdekat kita ikut terpapar virus itu. Kau paham?" potong Carlo.
"Tapi, Tuan."
"Tapi apa lagi?"
Dengan setengah frustrasi Reyver menjawab, "Ini bisa menjadi pandemi, Tuan. Kalaupun orang terdekat kita tidak terdampak, tapi bagaimana dengan orang-orang di luar sana? Kita tidak bisa menjamin virus itu hanya menyerang satu negara. Kita juga belum tahu sekuat apa virus itu setelah berevolusi. Ini akan menjadi petaka besar, Tuan."
"Kau benar-benar bodoh, Reyver!" bentak Carlo sambil beranjak.
Lantas belum sempat Reyver menjawab lagi, Carlo sudah menyambung ucapannya.
"Jika virus itu mendunia dan menjadi pandemi, justru itu adalah keuntungan besar untuk kita. Kembangkan vaksinnya dan kita jual dengan harga tinggi. Dengan begitu kita bisa meraup keuntungan berkali-kali lipat."
Reyver menggeleng-geleng sambil melayangkan tatapan kesal. Namun, Carlo tetap tak acuh.
"Satu hal lagi yang harus kau tahu, Reyver. Jika kita menjadi penemu vaksin dari sebuah pandemi, keberadaan Eclipse akan diakui secara legal. Lembaga kesehatan lain akan tunduk di bawah kepemimpinan kita. Apa kau tidak mau itu, hah?"
"Tidak, Tuan!" Dengan tegas Reyver membantah Carlo.
"Kau ...."
"Saya tidak akan pernah mengorbankan nyawa manusia untuk kepentingan pribadi, Tuan. Apalagi bukan satu-dua nyawa. Kali ini saya tidak akan patuh dengan Anda, Tuan."
Mendengar penolakan Reyver yang sangat lantang, Carlo tak bisa menyisakan kesabaran. Dengan penuh amarah ia melayangkan tangannya dan memukul Reyver dengan keras. Tepat di sudut bibir, hingga Reyver terhuyung dan nyaris terjatuh.
"Ingat baik-baik posisimu! Kau di sini hanya bawahanku, jangan sekali-kali membantah! Jangan kau kira aku tidak berani membunuhmu, Reyver!"
Reyver tidak menjawab, sekadar mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya. Sial, rasanya sangat sakit.
"Lakukan sesuai perintahku atau nyawamu dan nyawa keluargamu akan lenyap di tanganku!" bentak Carlo sambil merapikan jas yang dia kenakan. Lantas, pergi begitu saja meninggalkan Reyver dan yang lain.
"Rey, kau tidak apa-apa?"
Sepeninggalan Carlo, Martha langsung menghampiri Reyver dan melihat lukanya. Tatapan penuh kekhawatiran pun ia layangkan, tak tega rasanya melihat sang kekasih dipukul sekeras itu.
"Hanya sedikit perih, tidak apa-apa," jawab Reyver, sengaja berbohong. Padahal, giginya saja sampai ngilu karena pukulan barusan.
Tak lama setelah Carlo pergi, rekan yang lain pun meninggalkan Reyver satu per satu. Kini, tersisa Martha dan Fransesco saja yang masih setia di sana.
"Kau jangan membantah Tuan Carlo lagi ya. Aku tidak rela melihatmu diperlakukan seperti ini, Rey," pinta Martha.
Namun, Reyver langsung menggeleng dengan tegas.
"Kali ini aku harus membantah, Martha. Aku tidak akan membiarkan Tuan Carlo menjual virus itu, bagaimanapun caranya. Kau pasti juga tahu, ini sangat berbahaya. Berapa banyak manusia yang akan mati karenanya. Aku tidak bisa diam saja, Martha."
"Tapi, Rey ...."
"Kau tidak usah khawatir. Kita pasti punya cara untuk melawannya," kata Reyver sembari memegang kedua lengan Martha, berusaha meyakinkan wanita itu dari kekhawatirannya.
"Kali ini aku juga setuju padamu, Rey. Negara yang terlibat konflik itu adalah negara-negara besar, pusat perekonomian dunia. Ke manapun Tuan Carlo akan menjual virusnya, itu sangat buruk. Karena nanti akan banyak warga sipil yang menjadi korban," sela Francesco, yang kali ini juga sependapat dengan Reyver.
Mendapat dukungan dari temannya, Reyver mengangguk-angguk. Lantas kembali bicara.
"Kau benar. Selain itu, juga akan sangat sulit mengisolasi negaranya. Karena seperti katamu harusan, dua negara itu adalah negara besar, yang mana menjadi icon penting dalam lingkaran bisnis dunia. Satu saja orang yang terpapar keluar dari negara itu, virusnya akan menyebar dan menjadi pandemi dalam waktu singkat. Memang keuntungan untuk Eclipse sangat tinggi, tapi ini sama sekali tidak pantas. Mengorbankan ratusan juta nyawa demi memuaskan ambisi pribadi."
"Tapi, bagaimana kita akan melawan Tuan Carlo? Rey ... kita sama sekali tidak sebanding dengannya," timpal Martha, hampir menangis dia saat mengucap kalimat itu.
Lalu Reyver mengusap lengan Martha dengan mesra, seraya mengulas senyum terbaiknya.
"Nanti aku akan mencoba bicara lagi dengan Tuan Carlo, secara baik-baik. Jika masih gagal ... terpaksa aku akan melawannya dengan terang-terangan."
"Aku akan selalu mendukung apa pun keputusanmu," jawab Martha.
"Terima kasih, Martha. Percayalah, aku pasti akan membawakan masa depan yang baik untukmu, juga untuk keluarga kita nantinya."
Martha tersenyum anggun, lantas memeluk Reyver dengan erat. Sungguh beruntung dia mendapatkan lelaki sebaik dan sehebat Reyver.
Namun sialnya, rencana Reyver itu sampai di telinga Carlo. Ada seseorang yang sengaja merekamnya dan menunjukkannya pada Carlo. Membuat pria itu naik pitam untuk kesekian kalinya.
"Brengsek! Dia mulai bertingkah sekarang. Heh, kita lihat saja ... sejauh mana dia sanggup membangkang dari perintahku!"
Carlo mengepal kuat, matanya memicing penuh kebencian. Dia tidak suka dilawan, terlebih oleh bawahannya sendiri.
Reyver ... sejak pertama kali memutuskan bergabung dengan Eclipse, kau sudah melakukan kesalahan besar.
Bersambung...