Tepat di hari pernikahan, Ayana baru mengetahui jika calon suaminya ternyata telah memiliki istri lain.
Dibantu oleh seorang pemuda asing, Ayana pun memutuskan untuk kabur dari pesta.
Namun, kaburnya Ayana bersama seorang pria membuat sang ayah salah paham dan akhirnya menikahkan Ayana dengan pria asing yang membantunya kabur.
Siapakah pria itu?
Sungguh Ayana sangat syok saat di hari pertama dia mengajar sebagai guru olahraga, pria yang berstatus menjadi suami berada di antara barisan murid didiknya.
Dan masih ada satu rahasia yang belum Ayana tahu dari sang suami. Rahasia apakah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tria Sulistia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Kamu Kok Mirip
Ketika jam dinding di kamar menunjukan tepat tengah malam, Ayana terbangun karena rasa haus yang mengusik tidurnya. Dengan mata setengah mengantuk, dia berjalan keluar kamar menuju dapur.
Diisinya satu gelas penuh air putih yang langsung diteguk oleh Ayana seperti orang kehausan.
Kemudian dia berjalan kembali ke kamar dengan membawa satu gelas air putih supaya dia tak perlu balik lagi ke dapur jika kehausan.
Namun, tepat saat melewati pintu kamar Elang, dia mendengar suara pembicaraan yang terdengar samar-samar.
Dilanda oleh penasaran, Ayana pun merapatkan diri dan menempelkan daun telinga ke daun pintu agar dapat mendengar lebih jelas suara pembicaraan Elang dengan seseorang di dalam sana.
"Elang lagi ngobrol sama siapa malam-malam begini? Hmm mencurigakan," gumam Ayana yang semakin menempelkan telinga di daun pintu.
Tapi tiba-tiba, pintu seketika terbuka membuat tubuh Ayana terdorong ke depan dan menabrak dada bidang Elang.
"Aya," panggil Elang terdengar terkejut.
Lantas Elang langsung menutup pintu di belakang punggungnya agar Ayana tak melihat isi dalam kamar.
"Sedang apa kamu di sini?"
Ayana tergagap. Dia bingung harus menjawab apa dan tentu saja dia gugup karena kedapatan sedang mencuri dengar.
"A-ak aku aku haus jadi aku ke dapur mengambil minum," Ayana mengangkat gelas yang dia bawa untuk menunjukan pada Elang. "Kamu sendiri, kenapa belum tidur jam segini?"
"Sama aku juga haus," ucap Elang santai sambil merebut gelas yang ada di tangan Ayana.
Detik berikutnya, Elang melesat masuk ke dalam kamar tanpa memperdulikan Ayana yang geram karena gelasnya direbut.
"Elang, itu minumanku," teriak Ayana kesal dan menghentakan kaki ke lantai.
Terpaksa Ayana harus balik lagi ke dapur mengambil air minum.
Sedangkan di dalam kamar, Elang meletakan gelas ke atas meja di samping laptop yang sedang menyala. Lalu dia duduk dan menatap orang yang sedang melakukan panggilan video dengannya.
"Aku hampir saja ketahuan. Lain kali kecilkan suaramu!" Elang berbisik pada seseorang di sana.
"Bos yang seharusnya mengecilkan volume laptop," sahut orang yang berbicara dengan Elang.
"Hai, aku ini Bos. Kamu berani mengaturku. Kamu mau gajimu aku potong?" gertak Elang yang sukses membuat seseorang di sana menggelengkan kepala ketakutan.
*
*
*
Semenjak malam itu, Ayana tak lagi mendengar suara percakapan dari kamar Elang. Ayana juga menganggap hal itu sebagai angin lalu.
Mungkin Elang sedang berbicara dengan teman sekolahnya, pikir Ayana.
Dan hari pesta pernikahan Dewi pun tiba, Ayana tak tahu apa yang direncanakan Elang tapi yang pasti mereka berdua akan datang ke pesta itu tanpa ada satu pun orang curiga.
Ayana memandangi bayangan di sebuah cermin kecil yang tergantung di kamar untuk mengoreksi penampilannya.
Ayana sengaja memakai riasan yang natural karena pada dasarnya dia tidak suka dandanan yang tebal nan menor. Setelan kebaya merah maroon Ayana padukan dengan rok lilit batik yang menambah sempurna pesonanya.
Lantas setelah memastikan semuanya beres, Ayana pun melangkah keluar kamar dan dia langsung disuguhkan pemandangan yang membuat tubuhnya tercengang.
"Elang? Kamu beneran Elang kan?" tanya Ayana tampak tak percaya.
Bahkan Ayana sampai mengerjapkan mata beberapa kali dengan mulut yang setengah menganga melihat Elang memakai setelan jas hitam dengan rambut klimis yang disisir rapi ke belakang.
Bukan hanya penampilan Elang yang berbeda dan membuatnya kelihatan lebih dewasa tapi Ayana juga tergelitik mendapati Elang yang memakai kumis palsu.
Ingin rasanya Ayana tertawa lepas tapi sekuat tenaga dia tahan.
"Kenapa? Aku tampan kan?" Elang bertanya penuh percaya diri sembari menyisir rambut ke belakang menggunakan jemarinya.
Lalu dia menaikan alisnya dua kali. Menunggu jawaban dari Ayana.
Tapi bukan jawaban yang dia dapat tapi suara tawa menggelegar yang sudah tak dapat Ayana tahan lagi.
"Kamu lebih mirip pak kepala sekolah tahu," Ayana tertawa mengejek.
Menjadikan Elang memberengutkan bibir. "Enak aja. Ganteng-ganteng gini malah disebut mirip aki-aki."
Elang melingkarkan bola mata saat membayangkan kepala sekolahnya yang sudah hampir pensiun bernama Pak Trisno.
"Ya sudah yuk. Kita berangkat," ujar Ayana menarik tangan Elang.
Saat ini Ayana merasa tak perlu khawatir, sebab jika dilihat dari penampilan Elang yang dewasa dan berkumis, pastilah tak akan ada rekan guru yang curiga.
Selama berada di taksi yang mengantar mereka ke gedung pesta, Elang beberapa kali melirik Ayana yang terlihat lebih cantik dari biasanya.
Kemudian dia pun berdehem untuk memecah keheningan sekaligus menarik perhatian Ayana.
Dan benar saja, begitu mendengar Elang berdehem keras, Ayana menoleh ke samping memandang Elang dengan alis menaut.
"Ada apa?"
"Besok aku mau beli sepeda motor supaya kita bisa berangkat dan pulang sekolah bersama," ungkap Elang santai.
Sedangkan Ayana hanya mengangkat alis sembari mengulas senyum tipis.
"Memangnya bocil kaya kamu sudah punya SIM? Terus kamu dapat uang buat beli motor dari mana?"
"Itu perkara gampang."
"Lagipula ya Elang, kalau kita sering berangkat dan pulang bersama nanti orang-orang pada curiga."
Elang mengangkat bahu. "Tinggal katakan saja kalau rumah kita searah."
Sejenak Ayana terdiam memikirkan sesuatu lalu dia menatap Elang lekat dan bertanya, "Lang, kenapa kamu bisa ada di hari pernikahan aku dengan Samsul? Kamu kan nggak kenal aku maupun Samsul sebelumnya."
Elang tergugu tak dapat berbicara. Dia hanya bisa cengengesan sambil mengusap tengkuk.
Melihat gelagat Elang, membuat Ayana memicingkan mata.
"Oh aku tahu. Kamu pasti datang ke pernikahan aku dengan Samsul, supaya bisa makan gratis kan?" terka Ayana menatap Elang dengan sorot mengejek.
Elang semakin melebarkan senyum pertanda bahwa tebakan Ayana benar adanya.
Sebenarnya pada saat itu, Elang hanya sekedar iseng masuk ke halaman rumah yang tampak sedang mengadakan pesta. Syukur-syukur bisa menikmati hidangan di sana.
Tapi takdir malah mempertemukannya dengan Ayana dan kini mereka terikat dalam status pernikahan.
Sedangkan Ayana hanya bisa berdecak sambil menggelengkan kepala tak percaya dengan kelakuan suaminya.
"Pak, Bu, sudah sampai," ucap sang supir taksi yang sudah berhenti di gedung pesta pernikahan Dewi.
Elang memberikan uang kepada supir dan sebelum keluar, dia berkata, "Jangan panggil 'Pak'! Saya masih delapan belas tahun."
Ayana dan Elang turun dari taksi dan berjalan masuk ke dalam gedung yang luas dan dihias dengan begitu gemerlap oleh lampu-lampu indah.
Ayana bahkan sampai terpana melihat keseluruhan dekorasi. Berbeda dengan Elang yang tampak biasa saja.
Beberapa kali pria itu membenarkan kumis palsu serta dasi kupu-kupu yang terasa mencekik di leher.
"Bu Aya."
Sebuah suara memanggil Ayana dari arah belakang. Menjadikan Ayana dan Elang serempak memutar badan.
Di depan mereka sudah berdiri Tedi yang memandangi Ayana dari bawah sampai atas kepala sambil berdecak kagum.
"Pak Tedi," sapa Ayana ramah. Lalu menunjuk Elang yang berdiri di sampingnya. "Perkenalkan ini suami saya."
Tedi melempar pandangan ke arah Elang dan seketika dahinya mengerut dengan sorot mata yang tak dapat diartikan.
Selagi Tedi menatap wajah Elang, di dalam hati, Ayana terus merapalkan doa agar guru BK itu tak mengenali siapa pria di sampingnya.
Bisa gawat kalau penyamaran Elang terbongkar, ucap Ayana dalam hati.
Jantung Ayana berdegup kencang dan ditambah keringat dingin yang membasahi kening saat tiba-tiba Tedi menunjuk kumis palsu Elang.
"Kamu kok mirip sekali dengan Elang, murid saya."
Deg.