NovelToon NovelToon
Penjinak Hati Duda Hot

Penjinak Hati Duda Hot

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

“Sadarlah, Kamu itu kunikahi semata-mata karena aku ingin mendapatkan keturunan bukan karena cinta! Janganlah menganggap kamu itu wanita yang paling berharga di hidupku! Jadi mulai detik ini kamu bukan lagi istriku! Pulanglah ke kampung halamanmu!”

Ucapan itu bagaikan petir di siang bolong menghancurkan dunianya Citra.

“Ya Allah takdir apa yang telah Engkau tetapkan dan gariskan untukku? Disaat diriku kehilangan calon buah hatiku disaat itu pula suamiku yang doyan nikah begitu tega menceraikan diriku.”

Citra meratapi nasibnya yang begitu malang diceraikan oleh suaminya disaat baru saja kehilangan calon anak kembarnya.

Semakin diperparah ketika suaminya tanpa belas kasih tidak mau membantu membayar biaya pengobatannya selama di rawat di rumah sakit.

Akankah Citra mampu menghadapi ujian yang bertubi-tubi menghampiri kehidupannya yang begitu malang ataukah akan semakin terpuruk dalam jurang putus asa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 7

Citra tertawa terbahak-bahak, sampai perutnya sedikit sakit karena bekas jahitannya tertarik, ketika melihat betapa dramatis reaksi Pak Ridho barusan setelah mendengar perkataan Citra yang mengatakan dia menolak penawaran menariknya.

Padahal itu hanyalah ngeprank. Seperti inilah asli karakter Citra yang santun bersahaja dan humoris dengan orang yang sudah dekat dengannya.

Sementara itu, Pak Ridho masih membeku dengan wajah kagetnya, seolah tidak siap menerima kejutan yang dilakukan oleh Citra. Hingga beliau hanya sanggup geleng-geleng kepala melihat sikap Citra yang mampu menghiburnya.

Namun saat Citra akhirnya menjelaskan,

“Saya mau bilang saya tidak setuju kalau pergi hari ini bapak, kalau bisa beri saya waktu sepuluh hari atau minimal seminggu lah untuk memulihkan kondisi tubuh saya.”

Sontak mimik wajah Pak Ridho langsung berubah total. Dalam hitungan detik perubahannya yang cepat sekali seperti orang yang baru saja diseret keluar dari mimpi buruk menuju kenyataan yang jauh lebih manis.

Mata Pak Ridho, yang sebelumnya terbelalak karena panik, perlahan mengecil. Ekspresinya bergeser dari terkejut menjadi gembira.

“Kamu menolak Bapak?” menjadi “Oh… begitu maksudmu?”

Ada kilatan lega yang begitu jelas terpancar dari binar matanya yang memancarkan kebahagiaan.

Alisnya turun kembali ke posisi normal, bahkan salah satunya sedikit terangkat, menunjukkan rasa nyaris malu sendiri karena salah paham.

Mulutnya yang sempat terbuka menutup perlahan, bibirnya mengatup seperti seseorang yang baru sadar bahwa ia barusan bereaksi terlalu berlebihan.

Sudut bibirnya terangkat pelan membentuk senyum kaku yaitu senyum orang yang mencoba menahan tawa malu.

Pipi Pak Ridho juga tampak merona, bukan karena marah, tetapi karena geli pada dirinya sendiri. Terlihat jelas ia menyadari betapa konyolnya ia beberapa detik sebelumnya.

Sorot matanya kemudian menghangat, berubah menjadi tatapan penuh kasih sayang, seperti seorang ayah yang melihat anaknya menggoda dengan nakal namun manis.

Dan tak lama setelah itu, senyum lega muncul yaitu senyum yang mekar perlahan, seperti seseorang yang baru saja mendapatkan air setelah kehausan panjang.

“Ya Allah… hampir saja jantung Bapak copot gara-gara kamu loh Nak!” ujarnya Pak Ridho.

Citra tertawa kecil,” ya Allah, nggak mungkinlah aku menolak penawaran terbaik yang pernah ada dalam hidupku. Cuman yah bapak harus memahami kondisi tubuhku saat ini dan semoga saja majikannya bapak bisa menerima kenyataan ini.”

Spontan Pak Ridho memeluk Citra saking bahagianya karena Citra setuju akhirnya.

“Allahu Akbar… makasih banyak Nak. Kamu sudah menerima permintaan bapak. Jujur saja bapak sangat bahagia banget,” ujarnya yang sampai-sampai air matanya menetes membasahi pipinya yang sedikit terlihat ada keriput faktor usianya yang sudah senja.

Citra terenyuh diperlakukan seperti itu dan reflek menangis tersedu-sedu di dalam pelukan pria tua yang baru dikenalnya tetapi sudah seperti bapak kandungnya sendiri.

“Ya Allah… ternyata seperti ini rasanya diperlakukan hangat oleh seorang bapak. Andaikan aku juga memiliki seorang bapak. Tapi, sayangnya sejak bayi aku hanya dibesarkan oleh ibu angkat saja yang juga sudah lama sekali meninggal dunia.” Batinnya.

Citra mengelus punggung lebar Pak Ridho yang bergetar hebat saking terharunya karena Citra setuju otomatis pekerjaannya lebih ringan dan mudah dan juga mendapatkan orang yang bisa dianggap sebagai pengganti sosok putri kandungnya yang menghilang tanpa jejak.

“Baik, Pak… aku bersedia. Saya akan mencoba ikut Bapak. Tapi, jangan galak-galak yah pak kalau aku ikut bekerja bersama bapak,” candanya Citra.

“Bapak galak sih sebenarnya tapi dengan kamu yang seperti putrinya bapak pasti akan lebih galak lagi,” balasnya Citra yang ikutan bercanda.

Sekejap saja, perubahan ekspresi Pak Ridho begitu nyata. Mata yang tadi penuh kecemasan kini berbinar seperti seseorang yang baru mendapat kehidupan kedua.

Bahunya terangkat lega, napasnya berhembus panjang sudah seperti orang yang baru diselamatkan dari tenggelam.

Wajahnya mengembang dengan senyum lebar yang tidak bisa ia sembunyikan meski berusaha bersikap normal.

“Alhamdulillaaaaah!” serunya nyaris tak terkendali.

“Nak… kamu ini, jawabannya kayak hujan turun di tengah gurun Sahara! Bikin Bapak segerrr sekali!”

Ia tertawa kecil, tapi tawa yang penuh syukur, bukan sekadar lucu-lucuan. Sementara Citra tersenyum kecil yaitu senyum rapuh namun tulus, seperti seseorang yang akhirnya memilih sebuah pintu setelah terlalu lama berdiri di depan banyak jalan.

Pak Ridho mengusap dada, masih tampak tak percaya. “Masya Allah, kamu itu… bikin jantung Bapak hampir lompat dari tempatnya. Untung kamu jawabnya begitu. Bapak sudah siap kecewa, tapi ternyata Allah masih sayang sama Bapak.”

Citra menunduk malu, pipinya memerah sedikit, namun tatapannya tak lagi setakut sebelumnya.

Namun setelah Citra berkata bersedia, ia melanjutkan kalimatnya dengan nada yang jauh lebih pelan, seperti takut mengganggu napasnya sendiri.

“Tapi, Pak… saya punya satu syarat.”

Ucapan itu membuat senyum di wajah Pak Ridho langsung membeku.

Mata Pak Ridho sontak membesar, benar-benar terbelalak seakan mendengar sesuatu yang tidak pernah ia perkirakan.

Alisnya kembali terangkat tinggi, hampir menyentuh garis rambutnya yang sedikit mulai memutih, menunjukkan keterkejutan total.

Kedua bola matanya bergetar kecil, terpampang jelas antara panik, cemas, dan penasaran bercampur jadi satu.

Pipinya yang tadi rileks kini menegang, garis-garis halus di sekitar mata menajam seolah waktu berhenti di wajahnya.

Mulutnya terbuka sedikit bukan lebar, hanya celah tipis, tapi cukup menunjukkan bahwa ia kehilangan kata-kata sedetik penuh.

Ekspresinya seperti seseorang yang baru saja menghidupkan kembang api, tetapi tiba-tiba sadar itu dinyalakan terlalu dekat dengan wajahnya.

Senyum yang semula cerah perlahan turun dan berubah menjadi raut bingung penuh kewaspadaan.

“Ya ampun syarat apa lagi ini, Nak?” tanyanya Pak Ridho yang sudah duduk kembali di kursi plastik bangsal rumah sakit milik pemerintah.

Citra menarik nafasnya pelan-pelan, memperbaiki posisi bantal yang menyanggah punggungnya. Baru setelah merasa cukup nyaman, ia kembali menatap Pak Ridho yang masih menunggu jawabannya.

“Aku tuh nggak mau punya majikan yang galak, judes, apalagi julid. Pokoknya harus baik sama aku. Nanti kalau mereka galak, aku kabur,” celetuk Citra sambil mengerling nakal, jelas-jelas hanya menggoda Pak Ridho.

Pak Ridho langsung tertawa pendek, tawa khas bapak-bapak yang hangat, sedikit terdengar serak.

“Ehh… dasar anak perempuannya bapak. Kamu tuh ya, mau kerja atau mau dimanjain?” godanya balik.

Ia mengibaskan tangan, pura-pura serius tapi sudut bibirnya tetap terangkat.

“Tenang saja. Alhamdulillah, anak-anak majikan Bapak itu baik-baik semua. Nggak ada yang galak, nggak ada yang julid kok,” Ia mencondongkan tubuh sedikit mendekat. “Dan yang paling penting, nggak ada yang makan orang.”

Citra langsung mencibir manja, tapi matanya ikut berbinar geli melihat gaya Pak Ridho yang seperti ayahnya sendiri.

“Syukur deh, Pak. Soalnya saya juga belum siap jadi lauk.” gurauan Citra yang semakin membuat suasana hangat dan nyaman.

Keduanya pun sama-sama tertawa ringan dan santai, akrab, seperti bapak dan anak gadis yang saling menggoda tanpa beban.

Tawa mereka perlahan mereda, meninggalkan kehangatan kecil di antara dinginnya bangsal rumah sakit. Citra mengusap sudut matanya yang sempat berair karena terlalu banyak tertawa.

Dalam hati Citra berkata, “Andai semua orang setulus Pak Ridho, semoga saja aku bisa bekerja di tempat yang aman, tenang, dan dihargai. Ya Allah, mudahkan jalanku. Jangan biarkan aku kembali dihina atau disakiti. Aku cuma ingin hidup sederhana dan bahagia tanpa ketakutan.”

Ia menatap Pak Ridho sekilas, ada rasa nyaman yang muncul bukan karena hubungan apapun, tapi karena sosok itu mengingatkannya bagaimana rasanya memiliki bapak yang selalu melindungi anak-anaknya sedangkan dia tidak pernah merasakan hal itu.

Sementara itu, Pak Ridho menundukkan kepala sebentar sambil merapikan uang di dompetnya. Dalam hatinya, ia ikut menyandarkan sebuah doa kecil untuk Citra seorang.

“Kasihan anak ini… semoga Allah jaga dia. Dia polos, pekerja keras, terlalu banyak diuji dengan cobaan padahal masih sangat muda. Ya Rabb, semoga tempat yang Bapak carikan nanti benar-benar jadi rezeki yang baik buat dia. Semoga dia ketemu majikan yang sayang, bukan yang merendahkan.”

Ia melirik Citra yang sedang mengelus perutnya pelan, seolah memastikan luka jahitan tidak kambuh lagi.

“Semoga dia tidak sendirian lagi,” batinnya.

Citra pun menghela napas pelan, menatap langit-langit kamar bangsal tersebut.

“Semoga mulai hari ini aku bisa berdiri lagi dari semua luka yang ditinggalkan oleh mas Ardiansyah. Bismillah…”

Pak Ridho mengambil beberapa uang kertas bernominal ratusan dan langsung memberikan ke dalam genggaman tangannya Citra.

Citra yang melihat hal itu terlihat keningnya berkerut,” bapak buka dompet untuk apa sih?” Tanyanya Citra yang keheranan.

“Nak, ini sebagai uang pegangan untuk kamu selama beberapa hari. Maaf Bapak hanya mampu berikan sedikit. Bapak tak mau menerima penolakan,” ucap Pak Ridho cepat, tepat ketika melihat Citra hendak menyodorkan kembali uang itu.

Citra terhenti. Jemarinya mengepal pelan, menahan getaran halus yang muncul karena terharu. Ia menatap Pak Ridho yang memalingkan wajah sedikit, seolah berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.

“Pak…” suara Citra serak, lembut.

Ia menarik napas kecil sebelum melanjutkan, “Bapak ini… selalu saja bikin saya merasa punya orang tua lagi.”

Dengan kedua tangannya, ia menutup tangan Pak Ridho yang masih terbuka memegang uang itu.

Bukan untuk mengembalikan, tapi untuk menunjukkan rasa hormatnya.

“Terima kasih, Pak. Beneran… terima kasih banyak,” ucapnya tulus. “Uang ini bukan soal jumlahnya. Tapi perhatian Bapak… itu yang paling mahal.”

Matanya berkilat menahan air mata.

“Doakan saya ya, Pak. Biar saya bisa cepat pulih, bisa kerja baik-baik, dan suatu hari nanti saya bisa balas kebaikan ini. Minimal… bikin Bapak bangga.”

Citra mencoba tersenyum, meski suaranya sedikit bergetar.

“Tapi jangan sering-sering begini, Pak… nanti saya makin manja sama Bapak.”

Namun sebelum Citra sempat menarik napas lagi, tepuk tangan pelan terdengar dari arah pintu bangsal.

Tap… tap… tap…

Suara itu tidak keras, tetapi cukup untuk membuat keduanya tersentak.

“Sungguh pertunjukan yang luar biasa!” Ucapnya orang itu.

Pak Ridho refleks menoleh ke arah sumber suara. Alisnya mengerut tipis, tubuhnya sedikit condong ke depan seolah ingin memastikan siapa yang datang.

Tangannya berhenti di udara, masih menggenggam uang yang tadi disodorkannya pada Citra.

Tanpa berkata apa-apa, ekspresinya berubah menjadi penuh tanda tanya.

Siapa itu? Kenapa muncul tiba-tiba?

Gesturnya jelas sangat penasaran, waspada, tapi tetap sopan seperti kebiasaan bapak-bapak yang baik hati.

Di sisi lain, Citra terpaku di tempat. Sekujur tubuhnya menegang seperti baru disiram air dingin. Matanya langsung membulat, rahangnya mengeras, dan jemari yang tadi memegang selimut kini mengerut erat hingga buku jarinya memutih.

Wajahnya bukan sekadar kaget.

Ada kemarahan yang menyelinap cepat, naik dari dada ke tatapan matanya.

Punggungnya menegang, nafasnya tertahan setengah detik sebelum menghembus keras pertanda ia berusaha menahan dirinya.

Citra bahkan tidak sempat menyapa.

Yang muncul hanya lirikan tajam dan getaran kecil di dagunya.

Karena bagi Citra, sosok yang berdiri di ambang pintu itu bukan tamu biasa.

Melainkan seseorang yang tidak pernah ia sangka akan muncul di bangsal sederhana ini, apalagi setelah semua luka yang ia tanggung seorang diri.

1
Aqella Lindi
tetap d tguya thor semangat💪
Aqella Lindi
jgn lama2 ya thor nti lupa ceritany
Dew666
🍒🍒🍒🍒🍒
Evi Lusiana
dasar laki² gila lo yg nyakitin,nyerai in tp msih jg mo ngganggu hidupny dasr gak waras
Evi Lusiana
sungguh kluarga ardian yg toxic itu pst dpt balasan tlh menyakiti mendholimi mnsia ber akhlak baik sprti citra
Evi Lusiana
menggelikan satu kluarga toxic tunggu sj karma kalian
Dew666
💥💥💥💥💥
Dew666
💃💃💃💃💃
Sastri Dalila
😅😅😅 semangat Citra
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Dew666
🔥🔥🔥🔥🔥
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Adrian tabur tuai pasti ada .ingat apa yg kamu tuai itu yg akan kamu dpt, dasar mantan suami iblis
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Bagus Citra.. usah di balas dgn kejahatan pd org yg tlh berbuat jahat kpd kamu.
Sastri Dalila
👍👍👍
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
semoga bener Citra itu anak pak Ridho yg hilang. aduhhh Citra terima saja pekerjaan yg ditawarkan semoga kehidupan kamu berubah dgn lbh baik lagi.
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
rose pasti akan menerima nasib yg sama seperti Citra, jgn terlalu sombong kerna karma itu ada. apa yg dituai itu yg kamu dpt begitu juga dgn ibu serta sdra Andrian yg sudah menyakiti hati dan mental Cutra
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
siapa yg dtg ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ditebak kira-kira siapa???
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
ayuh Citra ga usah peduli dgn kata2 pedas dari keluarga mantan sok percaya diri bgt mereka.
Zie Zie
cerita yg menarik mencetuskan emosi yg berbagai
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak sudah mampir ditunggu updatenya yah 😘🙏🏻🥰
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
kk mampir di sini thor
itu suami kayak bagaimana ya ga ada perasaan dan hati nurani kpd istrinya yg baru saja keguguran.
Soraya
lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak sudah mampir kakak 🙏🏻😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!