"Ya Tuhan...apa yang sudah aku lakukan? Kalau mamih dan papih tahu bagaimana?" Ucap Ariana cemas.
Ariana Dewantara terbangun dari tidurnya setelah melakukan one night stand bersama pria asing dalam keadaan mabuk.
Dia pergi dari sana dan meninggalkan pria itu. Apakah Ariana akan bertemu lagi dengannya dalam kondisi yang berbeda?
"Ariana, aku yakin kamu mengandung anakku." Ucap Deril Sucipto.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Terpaksa
Hari yang di nanti tiba, Anna dan Deril akan menikah pagi ini di kediaman keluarga Dewantara. Rumah bergaya bak istana megah ini sudah di dekor sedemikian cantik.
Deril dan mamahnya sudah datang dan menunggu kehadiran Anna. Ibunya Deril bersalaman dengan calon besannya. Ia juga meminta maaf atas segala kesalahan anaknya. Juga, ia berterima kasih karena Deril sudah diberikan kesempatan untuk menebus kesalahannya.
Tak lama Anna turun dari kamarnya di dampingi mamih Aleesya dan kakak perempuannya yaitu Alana. Kepala Deril menoleh, ia tersenyum sangat tipis. Ia masih tak menyangka jika akan menikahi adiknya Alana karena sebuah kecelakaan.
Kecantikan Anna semakin terpancar, ia memakai kebaya putih bertahtakan kristal dan juga satu set berlian pemberian Deril tadi malam.
Anna duduk bersebelahan dengan Deril, calon suaminya ini. Bohong kalau Anna dan Deril tidak canggung. Keduanya sama sama gugup.
Penghulu, saksi, dan papih Alarich sudah siap menikahkan Anna. Dengan lantang dan lugas Deril mengucap janji suci pernikahan tanpa hambatan. SAH ALHAMDULILLAH
Semua anggota keluarga dan beberapa kerabat keluarga Anna hadir disana mendoakan kebahagiaan Anna dan Deril. Tangan Deril merapalkan doa di ubun-ubun Anna yang kini jadi istrinya. Ia juga mencium keningnya.
Mata Anna terpejam merasakan ketulusan suaminya ini. Ia masih tak menyangka akan menikah secepat ini. Anna menyalami punggung tangan suaminya.
Bu Mona meminta agar Anna dibawa oleh Deril ke rumahnya. Namun orang tua Anna masih ragu, pasalnya mereka takut jika anak bungsunya di perlakukan tidak baik.
"Saya mengerti perasaan anda, bu Aleesya. Baiklah, kalau begitu Deril dan Anna di sini dulu. Tapi saya boleh kan setiap hari menengok anak dan menantu saya?" Ucap bu Mona dengan tersenyum hangat.
"Boleh bu, supaya kita saling mengenal dan lebih dekat." Jawab mamih Aleesya.
Para orang tua pun masih mengobrol santai, sambil menyantap hidangan. Beberapa kerabat dan saudara ada yang sudah pulang seusai acara ijab qobul tadi. Sisanya masih di luar.
Sedangkan pengantin baru ini kini ada di kamar Anna. Bumil cantik ini sedang membereskan pakaian Deril ke lemari. Belum ada yang bicara, hingga Deril duluan yang mengajak istrinya bicara. "Terima kasih ya Ariana." Ucap Deril lembut.
"Panggil Anna aja." Jawab Anna singkat.
Ketika Anna sedang membereskan pakaian suaminya, tiba tiba tangan Deril menyentuh perut istrinya ini. Sontak Anna sedikit terkejut, ingin marah tapi tidak bisa. Ia menghentikan kegiatannya dan menatap ke arah suaminya.
"Maaf aku memegang perut mu. Apa dia menyusahkan mu? Kepala kamu pusing? Gimana nafsu makan mu, Anna?" Tanya Deril yang bertubi-tubi.
Anna memang sedikit lesu akhir akhir ini. Nafsu makannya pun berkurang. "Besok aku periksa kandungan mu, aku beli obat dan vitamin dulu tunggu sebentar ya." Ucap Deril lagi.
Saat Deril akan pergi, Anna menahannya. "Kita kan belum periksa ke dokter." Celetuk Anna.
Deril tersenyum kecil, dengan berani tangannya menangkup wajah istrinya yang imut ini. Ibu jarinya membelai pipi Anna yang merah bagai tomat. Anna tak menolak perlakuan suaminya ini.
"Kamu lupa? Aku kan dokter kandungan Anna. Aku tahu obat dan vitamin apa yang harus kamu konsumsi selama hamil. Dan aku juga akan mengatur makanan apa yang harus kamu makan dan di hindari oleh bumil cantik ini." Kata Deril dengan lembut.
Senyum manis Anna terbit di wajahnya. Ia mengangguk dan menuruti apa kata suaminya ini. "Kita memang belum saling mencintai, tapi aku akan berusaha menjadi suami dan seorang ayah yang baik untuk kamu dan anak kita." Lirih Deril.
"Berusahalah... Sejujurnya aku belum siap dengan semua ini. Pernikahan?? Bukan sesuatu yang ada dalam wishlist-ku. Tapi karena kebodohan ku, akhirnya aku harus menikah dengan cara seperti ini." Lirih Anna.
"Eum.. Anna apa boleh aku memeluk mu ?" Tanya Deril dengan hati hati, ia tidak ingin membuat istrinya tak nyaman meskipun mereka sudah menikah. Tapi Deril menghargai privasi istrinya.
Anna belum menjawabnya, ia menatap lekat wajah Deril yang kini jadi suaminya. Perlahan ia mengangguk, mungkin saat ini adalah waktu yang tepat baginya untuk mencurahkan segala isi hatinya. Ia tidak sanggup menanggung beban ini sendirian.
Tangan Deril memeluk erat istrinya. Ia mengecup pucuk kepala sang istri. Deril juga meminta maaf atas semua kejadian ini. Ia akan bertanggung jawab penuh atas diri Anna.
"Maaf... Aku baru datang sekarang. Kamu pasti tertekan selama ini. Aku janji akan selalu di samping kamu, Anna." Lirih Deril.
Anna menjawab dengan isak tangisnya. Ia menceritakan bagaimana dulu orang tuanya mengabaikannya setelah kejadian di club itu. Ia sungguh menyesal tidak menuruti kata orang tuanya. Anna merasa sudah menjadi anak durhaka.
Saat itu Anna benar benar hancur, apalagi saat ia mengetahui dirinya hamil tanpa tahu siapa yang menghamilinya. Dunianya runtuh, harapannya pupus.
"Lihat aku ! Kita akan menjalani pernikahan ini sebagai mana mestinya. Mulai sekarang aku yang akan jadi garda terdepan untuk kamu sayang." Ucap Deril tegas.
Anna semakin mengeratkan pelukannya dan menelusupkan kepalanya ke dada suaminya. Hatinya yang rapuh membuatnya membutuhkan sandaran hati.
DEG
Anna mendongakkan kepalanya menatap wajah suaminya. Sayang. Entah kenapa hatinya berdesir ketika Deril mengucapkan kata sayang.
Anna menggelengkan kepalanya cepat, mungkin karena ia kini sudah menikah dan mengandung anaknya Deril, jadi ia hanya merasa tersentuh saja tidak lebih.
"Kamu kenapa ? Ada yang sakit ?" Tanya Deril.
"Eng-enggak kok. Kamu jadi beli obat enggak sih ?" ucap Anna sedikit ketus, ia jadi salah tingkah. Ia melepaskan diri dari suaminya dan pergi ke kamar mandi.
Deril keheranan tiba tiba istrinya jadi ketus. Ia pamitan pada istrinya dari luar pintu kamar mandi. Deril bergegas keluar. Namun ketika di ruang tamu, mertua dan mamahnya menanyakan kemana Deril akan pergi.
"Beli obat sama vitamin mah. Deril pergi dulu yah mah. Om, tante per_"
"Deril, kami bukan om dan tante kamu. Kami mertua mu sekarang." Celetuk papih Alarich dengan suara beratnya.
Deril jadi salah tingkah, ia bahkan lupa kalau sekarang dirinya sudah punya mertua. Deril pun meminta maaf atas kesalah pahaman ini. Ia belum terbiasa memanggil dengan sebutan mamih papih.
"Ma_maaf pa_papih hehe. Saya permisi sebentar tidak akan lama. Eum maaf pih, kalau Anna suka makanan apa yah ? Saya mau belikan makanan buat Anna." Tanya Deril yang sedikit basa basi.
Bukan papihnya yang menjawab, melainkan mamih Aleesya. Ia memberitahukan apa yang Anna suka dan tidak suka. Mertuanya juga bilang, jika anak bungsunya itu paling tidak suka berantakan.
Senyum tipis terbit dari wajah Deril. Ia mengangguk pelan. Rupanya ada kemiripan antara dirinya dan juga Anna. Ia pamit dari sana membeli obat dan vitamin untuk istrinya.