 
                            Namanya adalah Ye Lin. Selain Ketua Pembunuh Bayaran dia juga dikenal sebagai Kaisar Pedang Tak Terkalahkan. Dalam ratusan pertarungan yang telah dilalui dia lebih banyak menang dan tak pernah sekalipun menderita kekalahan. 
Namanya begitu disegani, pedangnya sangat dihormati. Namun pria yang terkenal kejam dan tak berperasaan itu pada akhirnya tewas saat berusaha menolong seorang anak muda. 
Dia merasa hidup sangat tidak adil sampai jiwanya malah terjebak ditubuh anak muda yang diselamatkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch - 06 : Murong Yan
"Huang Mei, giliranmu."
Mendengar ini Huang Mei segera mengangkat tangannya menyalurkan Qi ke pedang spiritual. Dia melakukannya setelah mendapat petunjuk dari Ye Lin.
Meskipun awalnya pedang spiritual masih tidak menunjukkan reaksi, tetapi beberapa saat kemudian cahaya pada pedang tersebut mulai terdistorsi. Auranya berubah, dan pada saat yang sama pedang itu mulai melayang meninggalkan tempatnya.
"Tuan Muda, aku berhasil!"
Senyum di wajah Huang Mei mengembang sempurna. Suaranya memecah keheningan di mana dirinya menjadi pusat perhatian.
Murid-murid lain mulai berkomentar. Sebagian tak bisa mengendalikan diri, tetapi beberapa murid yang memiliki pemahaman mendalam segera mengambil manfaat dari keberhasilan itu.
Mereka mulai mencoba berdasarkan analisis masing-masing. Meskipun banyak yang gagal, tapi tak sedikit yang berhasil.
Bahkan Xiao Lingzhe tidak menyangka ada lebih dari sepuluh murid yang bertahan. Matanya tertuju kepada Ye Lin, sosok murid yang di matanya menjadi orang yang bertanggung jawab atas situasi tersebut.
"Padahal dia bisa jadi satu-satunya murid yang berhasil, tapi dia malah memberikan petunjuk pada murid lain." Xiao Lingzhe menghela nafas.
"Karena telah berhasil bertahan kalian akan mendapatkan hadiah."
Belasan murid tersenyum merekah mendengar ada hadiah.
Xiao Lingzhe mengayunkan tangannya, bersama dengan energi spiritual yang memancar, pedang spiritual yang tersisa melebur menjadi cahaya. Kemudian, dari cahaya itu sebuah proyeksi gerakan teknik pedang diputar secara rinci dan menyeluruh.
Murid-murid tercengang. Tanpa banyak berpikir, segera mempelajari teknik tersebut sebelum proyeksinya menghilang.
Di sisi lain, Xiao Lingzhe terus mengamati dari tempatnya. Meskipun memahami sebuah teknik dengan cara seperti ini lebih mudah daripada melihatnya dari buku, tetapi juga tidak serta merta semua akan berhasil mempelajarinya.
Seberapa banyak dan seberapa jauh, semua tergantung pada kemampuan masing-masing.
"Jika diingat, pertama kali guru mengajariku teknik pedang pembalik gunung aku hanya bisa memahami tiga dari tujuh gerakan. Tidak tahu apa anak-anak ini mampu mempelajarinya, bahkan jika hanya satu gerakan, itu masih cukup bermanfaat bagi mereka."
Xiao Lingzhe sendiri tidak menaruh harapan terlalu besar pada mereka. Bahkan untuk Ye Lin yang menurutnya memiliki bakat istimewa, dia sudah cukup puas selama Ye Lin bisa menguasai satu dari tujuh gerakan utama.
"..."
Tanpa sadar waktu terus berlalu. Dari pagi hari sebelum matahari terbit, sekarang sudah sore dan matahari hampir tenggelam.
Satu persatu murid telah membuka matanya sebagai tanda usaha mereka berakhir. Beberapa terlihat senang karena mendapatkan keberuntungan, sementara yang lain tampak lesu karena tidak berhasil memahami satu gerakan sekalipun.
Mata Xiao Lingzhe berhenti pada sosok Ye Lin. Tidak dipungkiri di dalam hatinya sangat penasaran seberapa banyak yang didapatkan pemuda itu.
"Baiklah. Apa ada yang ingin maju, menunjukkan hasil pemahaman? Tidak perlu khawatir jika belum sempurna, aku akan membantu kalian memperbaikinya."
Belasan murid saling memandang, pada akhirnya murid senior di bangku depan berdiri dan berjalan ke arah platform.
Dia seorang pria muda yang gagah. Tubuhnya tegap, wajahnya tegas dengan ekspresi yang dalam. Ketika menyadari sosok tersebut, beberapa murid mulai berbisik tentangnya.
"Bukankah dia Murong Yan, Tuan Muda Kedua Keluarga Murong? Dengar-dengar dia termasuk sepuluh murid terbaik tahun lalu. Bisa dikatakan dia sangat menonjol di antara generasinya, tak heran dia berhasil memahami teknik pedang yang diproyeksikan."
Ye Lin juga memperhatikan Murong Yan, tapi dia tidak tahu jika mereka saling mengenal jika bukan Huang Mei tiba-tiba bercerita.
"Tuan Muda, bukankah Murong Yan sangat hebat? Memang pantas menjadi sosok yang dikagumi Tuan Muda."
"Hanya untuk mengikuti jejaknya Tuan Muda bahkan masuk ke Akademi Agung. Dia sudah menjadi sepuluh murid terbaik tahun lalu, Tuan Muda jangan sampai kalah, Tuan Muda pasti bisa mengikuti jejaknya."
Ye Lin terdiam dengan banyak pikiran di kepalanya. "Mungkinkah, hubungan kami sangat dekat?"
Berpikir mereka adalah teman, Ye Lin berinisiatif menyapa ketika mata mereka tanpa sengaja bertemu. Namun, alih-alih mendapat balasan pihak lain malah dengan sengaja memalingkan wajahnya.
Ekspresi Ye Lin langsung menjadi suram.
"Apa-apaan. Bukankah kita cukup dekat? Tidak harus sedingin itu, bukan?"
Ye Lin menoleh ke Huang Mei yang tampak kikuk setelah melihat bagaimana tuan mudanya menyapa. Dia berdehem sambil menempelkan tangannya ke mulut.
"Tuan Muda, memang Tuan Muda menganggapnya teman, tapi hubungan kalian tidak seakrab itu."
Mendengar ini bibir Ye Lin seakan berkedut. Dalam hati mengeluh, "Kenapa kau tidak bilang dari awal, ini sangat memalukan."
"..."
Sementara Ye Lin sibuk dengan keluhannya, Murong Yan telah menunjukkan hasil pemahamannya di depan Xiao Lingzhe dan murid lainnya.
Suara tepuk tangan bergemuruh. Xiao Lingzhe juga memuji Murong Yan karena sudah sangat padu meskipun hanya satu gerakan awal.
"Murong Yan, sebagai salah satu murid unggulan, kau memang tidak mengecewakan. Sangat baik, gerakanmu sudah cukup sempurna. Mungkin hanya masalah waktu kau dapat menguasai gerakan kedua. Kau boleh duduk kembali."
Murong Yan menundukkan sedikit tubuhnya, berkata dengan rendah hati, "Terima kasih, Guru Xiao. Setelah memahami gerakan kedua, murid terpaksa harus merepotkan Guru Xiao untuk kembali mengoreksinya."
"Baik. Itu tidak masalah. Aku selalu ada di gunung belakang. Kau bisa mencariku."
Tidak ada lagi yang ingin disampaikan, Murong Yan menakupkan tangan memberi hormat sebelum turun dari platform. Ketika berjalan matanya kembali bertemu dengan Ye Lin, tanpa kata, tanpa ekspresi kembali berpaling mengacuhkannya.
"Tidak tahu apa sebenarnya yang dipikirkan pemilik tubuh ini sehingga begitu mengagumi pria seperti itu. Sombong, angkuh, dia jelas bukan pria yang baik." Ye Lin menggelengkan kepala, tidak sempat menyadari jika semua mata di ruangan itu kini tengah menatap dirinya.
Bingung, tidak tahu harus berkata apa.
Ye Lin menoleh pada Huang Mei di sampingnya, tetapi gadis hanya memberi isyarat dan menunjuk Xiao Lingzhe.
"Tuan Muda, Guru Xiao meminta Tuan Muda untuk ke platform."
Bisikan Huang Mei cukup jelas. Tapi Ye Lin masih bergeming, membuat Xiao Lingzhe mengulang kalimatnya.
"Murid yang di sana, bisakah kau maju dan perlihatkan hasil pemahamanmu?"
Ye Lin menunjukkan dirinya sendiri seolah bertanya kepada Xiao Lingzhe apakah dirinya benar-benar harus maju.
"Ya, sebelumnya kau yang pertama berhasil lolos dalam tes yang kuberikan. Jadi, tidakkah kau ingin menunjukkan hasil pemahamanmu kepada murid-murid di sini?"
"Tidak,"
menantu dewa roh gmn ga berlanjut ksh