NovelToon NovelToon
Iparku

Iparku

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Beda Usia / Keluarga / Romansa / Sugar daddy
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Khozi Khozi

"mbak meli ,besar nanti adek mau sekolah dikota smaa mbak "ucap lita yang masih kelas 1 SMP
" iya dek kuliahnya dikota sama mbak "ucap meli yang sudah menikah dan tinggal dikota bersama suaminya roni.

apakah persetujuan meli dan niat baiknya yang ingin bersama adiknya membawa sebuah akhir kebahagiaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khozi Khozi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 7 harus berbuat apa?

“Meli, kamu lihat adikmu enggak?” suara Bu Yana terdengar cemas, matanya celingukan ke setiap sudut rumah. “Dari tadi pagi, banyak ibu-ibu nyari Lita. Dari dia bangun, enggak ada yang lihat.”

“Aku juga belum lihat Lita, Bu,” jawab Meli sambil menggeleng. “Di kamarnya enggak ada.”

“enggak ada,mel” sahut Bu yana “Seragamnya juga udah enggak kelihatan di jemuran.”

“Udah berangkat kali, Bu. Sama Arya,” ucap Meli santai, bahkan sempat menghela napas seperti tak ada yang perlu dikhawatirkan.

“Pagi-pagi begini udah berangkat?” Bu Yana menatapnya tak percaya.

“Biar enggak telat, Bu. Kemarin kan kita berangkatnya kesiangan,” jawab Meli sambil tersenyum tipis.

Bu Yana akhirnya mengangguk, meski wajahnya masih menyimpan heran. “Kamu ada benarnya juga.”

“Kamu sendiri berangkatnya kapan, Mel?” tanya Bu Yana.

“Lusa aku balik ke kota, Bu. Nanti setelah Lita ujian, aku ke sini lagi buat jemput dia,” jawab Meli,

“Semoga adikmu diterima di universitas yang dia mau, ya. Kalau bisa, yang dekat sama kamu juga,” kata Bu Yana lembut.

“Iya, Bu. Aku juga pengin ada temennya di rumah,” ucap Meli pelan. Ada rasa sepi yang menyelip di suaranya. “Mas Roni kerja kejar-kejaran waktu… tapi aku bersyukur, Bu. Punya suami kayak Mas Roni. Dia bukan cuma temenin aku… tapi juga jagain Ibu, dan Lita. Kadang rasanya… aku punya ayah lagi di rumah. Lita juga dapat figur bapak. sekaligus suami .

“Mel, nanti pulang sekolah ke mall yuk. Ajak Lita

“Boleh. Gue juga mau beli buku,” jawab Amel sambil nyengir.

“Ajak Arya sama Rian juga, biar rame.”

Amel melirik tas Lita. “Eh, bekelnya udah kamu bawa?

“Udah, aman. Gue bawa semua,” jawab Lita sambil buka resleting tasnya, memastikan isinya.

Amel nyengir lebar, lalu sengaja nyenggol lengan Lita. “Wih, vibes-nya udah kayak pacar yang bawain bekel ke sekolah, nih.”

Lita langsung melotot. “Gue sama dia itu cuma sahabatan, oke?”

“Ah masa? Sahabatan atau TTM, nih?” Amel masih aja nyerocos.

“Daripada lo ngurusin gue, mending lo cari pacar sendiri. Biar tau rasanya punya pacar tuh gimana,” balas Lita dengan tatapan menantang.

“Kurang ajar!” Amel langsung bangkit dan mengejar.

Lita tertawa kencang, berlari di sepanjang kelas sambil menghindar, teman-teman pada menoleh, dan suasana kelas yang tadinya tenang langsung heboh seperti pasar malam.

Arya melangkah masuk ke kelas bersama gengnya, suaranya ramai bercampur tawa teman-temannya.

Di ujung ruangan, matanya langsung menangkap pemandangan yang bikin keningnya berkerut — Lita dan Amel masih saja berlari-larian seperti anak kecil, mengitari meja-meja.

Tanpa disadari siapapun, kaki Lita tiba-tiba menginjak tali sepatunya sendiri. Tubuhnya oleng ke depan, siap mencium lantai.

Refleks, Arya melangkah cepat dan menahan bahu Lita sebelum gadis itu jatuh.

“Kamu ngapain sih lari-lari kayak anak kecil?” gerutunya dengan nada setengah kesal, setengah khawatir.

“Amel tadi yang ngejar aku,” jawab Lita, masih terengah, sambil menunjuk Amel di belakangnya.

“Pangerannya udah datang, untung nggak jadi jatuh. Kalau jatuh, yang kena omel pasti gue,” ucap Amel, menatap lega.

“Aku capek… mau duduk,” ujar Lita, napasnya berat.

Arya menghela napas, membuka tas, lalu mengulurkan botol minumnya ke Lita.

“Nih, minum. Pelan-pelan,” katanya, suaranya sedikit melunak.

Setelah meneguk air, Lita mengeluarkan sebuah kotak makan dan menyerahkannya pada Arya.

“Dari Ibu Sarah. Tadi disuruh bawain bekal buat kamu,” ucap Lita, matanya menatap sekilas lalu beralih ke arah lain.

Arya menaikkan sebelah alis. “Aku kira dari kamu. Besok-besok bikinin gue sarapan, ya.”

“Dasar makin ngelunjak,” balas Lita cepat. Tapi di dalam kepalanya, entah kenapa, ia justru mulai memikirkan… menu apa yang bisa ia masak untuk Arya besok.

sesuai omongan lita mereka berempat sudah berada dimall rencananya sih mau makan makan dulu

"kalian mau makan apa"? tanya lita melihat daftar menu yang ada dimeja

" aku makan ayam goreng aja " ucap amel

" terus yang lain pesen apa?" tanya lita

"samain aja deh lita biar gak ribet,kalau arya sih gak tau " tunjuk rian ke arya yang sedang bermain handphone

"udah samain semua " ucap amel yang dibalas anggukan lita "mbak pesen ya ayam goreng nya 4 sama es lemon tea nya juga 4 ditambah udang keju nya " ucap lita ke pelayan restoran

"arya dari tadi kayak sibuk banget chatan sama siapa?" tanya rian curiga temanya ini menyembunyikan cewek

"gak sama siapa²" jawab arya langsung mematikan handphonenya tapi disalah artikan lita mungkin benar arya sedang pdkt sama perempuan lain memikirkan itu dia jadi badmood sendiri

Sudah hampir satu jam mereka berjalan mengelilingi pusat perbelanjaan.

“Lit, lo kenapa dari tadi diem terus?” tanya Amel, melirik Lita yang sejak makan siang tadi hanya berjalan tanpa banyak bicara.

“Gue nggak apa-apa… cuma capek aja,” jawab Lita sambil memaksakan senyum tipis, tak ingin membuat sahabatnya khawatir atau berpikir yang aneh-aneh.

“Beneran kamu nggak apa-apa?” suara Arya terdengar dari samping, nada suaranya sedikit ragu.

“Iya,” jawab Lita singkat, pandangannya lurus ke depan.

Arya mengerutkan kening. Di kepalanya, ia mencoba mengingat-ingat, apa dia tadi sempat melakukan sesuatu yang bikin Lita marah? Rasanya… nggak ada. Tapi sikap Lita dingin sekali.

“Nanti pulangnya sama aku aja, ya,” tawar Arya, mencoba mendekat.

“Enggak, aku pulang sama Amel,” jawab Lita datar, bahkan tak menoleh.

Arya menarik napas pelan, lalu mengangguk. “Yaudah… besok aku jemput, ya.”

Tak ada jawaban. Hanya langkah kaki Lita yang terus berjalan.

“Lit, temenin gue milih-milih buku, habis itu kita pulang. Capek banget gue,” seru Amel sambil menggandeng tangan Lita menuju toko buku.

Arya dan Rian saling pandang, lalu mengikuti dari belakang. Arya menghela napas. Dari tadi, ia hanya menuruti kemauan dua perempuan itu, sambil menahan rasa penasaran .

Lita baru saja pulang. Begitu membuka pintu, sunyi langsung menyergapnya. , terlalu sepi—dan anehnya, ia justru lega. Tak perlu repot-repot berjalan pelan seperti maling yang takut ketahuan.

Tanpa banyak pikir, ia mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. Dia menggambil , selembar kertas berisi jadwal ujian dari dalam tasnya . Matanya menatap kosong ke arah tulisan-tulisan itu.

"Sebentar lagi ujian... apa nanti aku kuliahnya ngontrak aja, ya?" gumamnya pelan, suara nyaris tak terdengar. dia bingung

Ia menunduk, menahan napas. Pikiran itu terus berputar. Menghindar dari kakak iparnya saja sudah membuatnya lelah—apalagi kalau nanti harus tinggal serumah. Tidak. Itu tak mungkin. Tapi kenapa semua ini harus terjadi?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!