Dia baik, dia setia, dia cantik, dia pintar, namun ... karena keadaan ekonomi yang rendah dan belum memiliki pekerjaan tetap membuat nya diremehkan dan dihinakan oleh orang-orang yang di percaya selama ini. Orang-orang yang sangat di sayangi dan di kasihi selama ini ternyata tega mengkhianati dari belakang.
Jemima namanya. Dia sangat terluka atas pengkhianatan yang dilakukan kekasih dan sahabatnya, lalu bagaimana sebenarnya kisah ini terjadi?
Yuk ikuti terus kisah Jemima, insyaAllah happy ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lingkungan Toxic
Adisega menawarkan Jemima makan di tempat lain, tapi Jemima menolak, katanya dia sedang tidak berselera karena mood nya yang buruk.
Adi menepikan motor tepat di depan penjual martabak.
"Aku lagi gak mau martabak," ujar Jemima sembari menepuk kecil punggung Adi.
"Jalan lagi," sambung nya.
"Iya, tunggu sebentar ya. Aku beli martabak untuk Ayah mu. Pak Hasan kan suka sekali martabak," Adi berdiri, turun dari motor. Lalu memesan martabak.
"Ya udah. Terimakasih. Kamu tau aja kesukaan Ayah ku,"
"Iya dong, aku harus tau lah kesukaan Ayah mu. 'Kan calon mertua," ucap Adi.
"Iiih apaan sih, Di. Kita kan cuma temen," balas Jemima.
"Iya, tau, kita cuma teman. Temen hidup."
"Gak lucu ah," ucap Jemima sedikit cemberut.
Adi tersenyum, senyuman yang tampak manis untuk menutupi kegetiran hatinya. Karena Jemima masih saja menganggap nya teman. Teman teman, dan tetap teman, Adi tidak suka dianggap teman, tapi .... Apa boleh buat, ia tidak bisa memaksa Jemima untuk menyukainya sebagai pasangan.
***
Setiba di rumah, Adi mampir sebentar mengobrol bersama Pak Hasan, Pak Hasan senang sekali di bawakan martabak.
"Jadi kamu dan Jemima sudah bertemu Rakha dan Rara?"
"Iya, Pak. Semua sudah jelas, Rakha dan Rara memang akan menikah, Rakha sendiri yang bicara," jawab Adisega.
Pak Hasan dan Bu Sekar mengucapkan terimakasih kepada Adi karena Adi sudah menemani Jemima serta mengantar Jemima pulang dalam keadaan baik baik saja.
Setelah Adi pulang.
"Lebih baik kamu sama Adisega saja, dia itu anak yang baik, tulus, sopan dan gak macem macem anak nya. Sepertinya dia ada hati sama kamu," kata Pak Hasan.
"Aku dan Adi cuma temenan doang Ayah, dari dulu, sekarang dan nanti, kita tetap akan menjadi teman," tegas Jemima.
Pak Hasan dan Bu Sekar tidak banyak berbicara lagi.
Jemima masuk ke kamar, dan .... Lagi lagi air matanya tumpah saat teringat peristiwa di warung makan. Saat dia menatap wajah tak berdosa Rara, saat dia mendengar kata kata menyakitkan yang keluar dari mulut Rakha.
Lima tahun tak berarti apa apa bagi seorang Rakha, padahal selama Rakha menuntut ilmu di Ibukota, dia selalu menghubungi Jemima, meminta Jemima membantu mengerjakan tugas yang kadang tidak di mengerti oleh nya.
Jemima memang tidak melanjutkan pendidikan ke universitas karena terkendala biaya, tapi dia memiliki otak yang cerdas, hanya bermodalkan laptop, handphone, kuota internet, dia bisa memperluaskan pengetahuan nya. Bisa dibilang dia lebih berpengetahuan dibandingkan Rakha, pengetahuan nya di bidang perkantoran, bisnis dan sejenisnya, semuanya sudah di pelajari secara otodidak lewat Internet.
***
Di Sekolah tempat Jemima mengajar.
"Oh ... Jadi nanti malam akan ada acara lamaran di rumah Bu Ambar ( nama ibu Rarasita )? Pantes saja Pak kepala sekolah akhir-akhir ini terlihat sibuk,"
Note : Pak kepala sekolah adalah Ayahnya Rarasita.
"Iya, rasanya tidak sabar, ya, pasti tidak lama lagi akan ada pesta besar-besaran di desa kita, secara yang nikahkan sama sama kaya, sama sama punya jabatan, tamu tamu dari luar kota pasti banyak yang datang, Rara dan Rakha kan banyak kenalan di Ibukota,"
"Iya. Pasti itu."
"Danger dengar kemarin Pak kepala sekolah bilang, Rakha dan Rara akan mengundang atasan mereka di kantor, mereka kan kerja di perusahaan besar di Jakarta, dan katanya nih ya, Rakha bekerja di perusahaan Cakrawala group dan kalian tahu tidak, CEO cakrawala group itu masih muda, masih single dan ganteng banget. Soalnya aku udah searching di internet dan terpana melihat ketampanan CEO tempat Rakha bekerja, ketampanan nya melebihi aktor aktor. Tampan banget pokoknya, ada kaya bule bule gitu, tubuh nya tinggi, tegap, hidung mancung ... Ah ganteng banget deh,"
Para ibu guru tempat Jemima mengajar sibuk bergosip ria saat jam istirahat datang.
Sebenernya Jemima tidak ingin mendengar gosip tersebut tapi yang bergosip berada satu ruangan dengannya, jadi mau tidak mau telinga Jemima harus mendengar itu. Jemima masih berada di ruang guru karena masih ada tugas murid yang harus di periksa nya.
Jemima tahu ibu ibu guru itu sengaja bergosip di dekatnya. Karena sambil bergosip mereka sesekali mencuri pandang ke arah Jemima.
"Jemima, kau kapan akan menikah?" tanya salah satu ibu guru yang lebih tua dari Jemima.
"Kapan kapan saja, tunggu jodoh datang," jawab Jemima santai.
"Kamu gak sedih, gak stress dan gak sakit hati melihat mantan kekasih dan sahabat mu menikah? Denger denger katanya kamu di tikung sama sahabat mu sendiri ya, dan Rakha lebih memilih Rara dari pada kamu. Mereka emang sepadan sih sama sama kaya,''
"Gak! biasa aja. Malahan aku ikut senang. Lelaki gak cuma satu di dunia ini. Hilang satu tumbuh seribu, lagian Rakha gak kaya kaya amat tuh, aku bisa dapat lelaki yang lebih dari dia, lebih kaya, lebih tampan, lebih baik ... Ah sudahlah!" ucap Jemima sedikit emosi. Dia melepaskan pulpen, berdiri dari duduknya lalu dengan cepat dia berjalan ke toilet. Jemima sangat tidak suka disangkut pautkan lagi dengan dua orang itu, dari awal dia sudah menduga ibu ibu guru itu sengaja ingin memancing nya dengan bergosip ria di dekat nya.
Para ibu guru itu menatap kepergian Jemima dengan tatapan sinis.
"Dasar aneh," celetuk salah satu di antara mereka.
"Cantik sih, tapi belagu dan gak laku," sambung ibu guru yang satu lagi.
Lalu tawa mereka pecah, mereka menertawakan Jemima.
Sesampainya di toilet.
"Sabar Jemima, kamu harus sabar," batin Jemima menenangkan dirinya sendiri dengan sebelah tangan mengelus dada. Sebenernya dia merasa sudah tidak nyaman lagi berada dilingkungan tempat kerjanya, sudah dari beberapa Minggu lalu orang orang di sekolah terus saja membahas hal yang sama. Di tambah lagi kepala sekolah adalah Ayahnya Rara, Jemima benar benar merasa sudah tidak nyaman. Rasanya ingin segera menghilang dari tempat nya mengajar serta dari desa tempat nya tinggal, karena dia benar benar sudah muak berada di lingkungan Toxic.
Bersambung.
tunggu karmamu
Sabar ya Dixon puasa tujuh hari aje 🥰🥰🥰🥰🥰
Alhamdulillah 🤲🤲🤲🤲🤲
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️