NovelToon NovelToon
Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Pernikahan rahasia
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cahyaning fitri

Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....

Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.

Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....

Happy reading....😍😍😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 : Sah Juga

Di tengah kemacetan jalanan kota yang mulai merayap menjelang sore, suara klakson kendaraan terus terdengar membentang sepanjang jalan. Sementara itu, di dalam sebuah butik baju pengantin yang elegan, Bram berdiri di depan jendela, menatap keluar dengan tatapan yang teduh. Ia tampak sangat tampan dengan balutan jas pengantin berwarna putih yang dipakainya, menambah kesan elegan dan percaya diri pada dirinya.

"Maafkan aku ya, Mih. Aku terpaksa harus menikahi gadis itu. Aku yang sudah menghancurkan masa depannya! Semoga suatu saat kamu mengerti, Mih?" gumamnya.

Perasaan Bram campur aduk. Sebentar lagi Joanna akan sah menjadi istrinya. Namun hati kecilnya, tak menginginkan itu semua. Dia sangat mencintai Rosa, istri yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun bertahun-tahun. Rasanya ia benar-benar tak sanggup untuk melakukan itu semua.

"Om," panggil Joanna yang sudah siap memakai kebaya pengantinnya.

Mata Bram terpaku melihat penampilan Joanna yang sangat cantik dan anggun dengan balutan kebaya pengantin. Cantik sekali.

-

-

"SAH?"

"Sah," kata tiga orang yang menjadi saksi pernikahan Bram dan Joana.

Bram nampaknya membayar orang-orang itu untuk menjadi saksinya. Karena setelah itu Bram memberikan amplop pada ketiganya. Mungkin isinya uang, Joanna tidak tau.

Joanna menghembuskan nafasnya kasar menatap gelang emas dipergelangan tangannya.

Indah dan juga cantik. Pastinya sangat mahal. Tapi bukan itu yang membuat Joanna bersedih.

Gelang emas yang melingkar di pergelangan tangannya, sebagai simbol mas kawin, sama sekali tidak menarik perhatiannya.

Karena apa???

Sebenarnya, gelang cantik yang ada di tangan Joanna bukanlah hadiah spontan dari Bram untuknya, melainkan sebuah kejutan yang tidak disengaja. Gelang itu sebenarnya adalah hadiah yang Bram beli untuk istrinya, Rossa, beberapa waktu yang lalu sebagai tanda cinta dan kasih sayang. Bram dengan penuh perhatian menyimpannya rapi di saku jasnya, berniat memberikannya pada momen yang tepat. Namun, dalam hiruk pikuk persiapan pernikahan dadakan dengan Joanna, Bram lupa memberikan gelang itu kepada Rossa.

Sementara itu, cincin kawin yang seharusnya menjadi simbol komitmen dan cinta antara Bram dan Joanna malah terlupakan begitu saja. Tampaknya, pernikahan dadakan ini tidak memiliki makna yang mendalam bagi Bram, seolah-olah hari itu bukanlah momen penting yang perlu diingat. Ketika Joanna meminta mas kawin, Bram tanpa berpikir panjang mengambil gelang yang ada di sakunya dan memberikannya kepada Joanna, tanpa menyadari bahwa gelang itu sebenarnya adalah tanda cinta untuk orang lain.

Dengan memberikan gelang itu kepada Joanna, Bram tidak menyadari betapa besar signifikansi gelang itu sebenarnya. Gelang itu bukan hanya sekadar perhiasan, melainkan simbol cinta dan komitmen yang Bram tujukan untuk Rossa. Sekarang, gelang itu berada di tangan Joanna, sebagai tanda pernikahan yang mungkin tidak memiliki makna yang sama bagi Bram. Situasi ini semakin memperlihatkan betapa pernikahan dadakan ini penuh dengan ketidaksiapan dan kebingungan bagi Joanna.

Sedih??

Tentu saja dia sedih.

Hari yang selalu diidam-idamkan setiap perempuan, nyatanya tidak ada di kamusnya. Pernikahan siri. Diam-diam pula. Hanya beberapa orang yang tau, termasuk ustadz yang menikahkan mereka.

Dari pihak Bram sendiri tidak ada yang tau. Apalagi dari pihak keluarga pengantin perempuan.

Keduanya nampak sedang menggoreskan pena di atas sehelai kertas sebagai keterangan bahwa mereka telah sah menjadi pasangan suami istri secara agama. Hingga akhirnya pulpen itu berhenti bergerak ketika Bram menandatangani surat nikah itu.

"Giliran Nona?"

Joanna juga menandatangani surat keterangan nikah itu dengan senyum mengembang.

Berbeda dengan Joanna yang nampak tersenyum lebar, berbeda pula dengan Bram nampak terlihat jelas ekspresinya sangat keruh. Entah apa yang ada dipikiran pria yang kini sudah menjadi suaminya itu.

"Secara agama kalian sudah sah menjadi suami istri. Semoga pernikahan kalian bahagia dan langgeng sampai kakek dan nenek?" kata ustadz yang menikahkan mereka.

"Terimakasih," sahut keduanya. Joanna nampak senang, senyumnya lebar, seperti artis iklan pasta Gigi.

Setelah itu, pak ustadz berpamitan pada keduanya, kini hanya tinggal Bram dan istrinya yang ada di ruangan itu.

"Om____?"

"Aku harus pergi. Hari ini aku mau nemenin istriku ke RS," potong Bram sengaja menarik lengannya saat Joanna akan merangkulnya.

"Oh, gitu____?"

"Jaga dirimu baik-baik?" kata Bram dingin tanpa menatap ke arah istrinya.

Hati Joanna mencelos. Namun dia tidak berani mencegah Bram untuk tetap tinggal. Sepertinya hati pria itu sedang buruk sekali.

Joanna pun hanya bisa mendesah panjang.

-

-

"Aku benar-benar minta maaf, Rossa, karena sudah mengkhianati mu. Aku terpaksa menikahi gadis yang sudah ku renggut keperawanannya. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bisa lari dari tanggung jawab!" sesal Bram mengumpati dirinya sendiri.

"Aku memang bodoh. Aku brengsek. Tak seharusnya aku menyentuh gadis itu. Tapi ternyata godaan itu lebih besar dari yang ku pikirkan!" gerutunya.

"Argh, sial. Aku benar-benar pria brengsek!" monolognya sendiri.

Cinta Bram pada istrinya, Rossa, begitu besar dan mendalam. Namun, ketika dia menikahi wanita lain, Joanna, Bram merasakan kebencian yang luar biasa terhadap dirinya sendiri dan terhadap Joanna. Ironisnya, dia tahu bahwa dia sendiri yang bersalah dalam situasi ini. Bram menyadari bahwa Joanna dalam keadaan mabuk parah, sementara dia hanya terpengaruh obat perangsang. Seharusnya, dengan kesadaran itu, Bram bisa lebih menahan diri dan tidak membiarkan nafsu binatangnya menguasai.

Namun, Bram tidak bisa menolak godaan dan sentuhan-sentuhan Joanna yang memabukkan itu. Dia menyerah pada kelemahan dirinya sendiri, dan akibatnya, dia merenggut kesucian Joanna. Bagi Bram, sebagai seorang pria, dia merasa memiliki tanggung jawab besar atas apa yang telah terjadi. Dia percaya bahwa seorang pria harus bisa mengontrol dirinya dan bertanggung jawab atas tindakannya.

Karena itu, Bram merasa wajib menikahi Joanna untuk menebus kesalahannya. Dia percaya bahwa dengan menikah, dia bisa memberikan jaminan dan perlindungan kepada Joanna, serta memperbaiki kerusakan yang telah dia lakukan. Meskipun cinta sejati Bram ada pada Rossa, dia merasa terikat oleh rasa tanggung jawab untuk menebus kesalahan ini, bahkan jika itu berarti mengorbankan kebahagiaannya sendiri. Dalam benaknya, pernikahan ini adalah tentang menebus dosa dan bertanggung jawab, bukan tentang cinta.

*****

Joanna duduk bersandar di tempat tidurnya. Ia masih memikirkan pernikahannya barusan. Dia berpikir kembali, dan menimbang-nimbang, apakah dia bisa bahagia dengan pernikahannya itu, mengingat sikap Bram yang begitu dingin, tak tersentuh.

Sedang sibuk melamun, tiba-tiba ponselnya berdering nyaring.

Joanna mengambil ponselnya, nama Lilian yang tertera di layar ponselnya tersebut. Ia pun langsung menekan tombol hijau, mengangkat panggilan Lilian. Teman seprofesinya sebagai pramugari.

"Ada apa?"

"Eh, busyet. Galak amat lo____?" kekeh Lilian dari seberang telepon sana.

Joanna mendengus sebel, ia pun langsung merubah mode galaknya menjadi mode lemah lembut ala-ala istri ustadz.

"Ya Hallo, Nona Lilian. Ada gerangan apa Nona Lilian nelpon Eike?"

"Idih, Najis____?" seru seorang perempuan sambil terkikik geli.

"Hehehe," Joanna pun ikut terkekeh geli.

"Ada apa, Li?"

"Elo lupa? Malam ini kita ada jadwal penerbangan malam, Bes? Elo dah siap-siap belum___?" kata Lilian, khas dengan suaranya yang cempreng dan berisik.

Joanna mendesah panjang, merasa sedikit frustrasi karena hampir lupa tentang penerbangan malam ini. Ia memang memiliki jadwal yang padat dan banyak hal yang harus diingat, tapi ini adalah kesalahan yang tidak bisa diterima.

"Oh, ya ampun... gue hampir lupa," kata Joanna, merasa sedikit panik. Ia belum mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya, dan sekarang ia harus bergegas untuk menyiapkannya.

"Hadueh, sudah gue duga____?" berisik Lilian dari seberang sana.

Joanna memang pelupa, dan sebagai sahabat yang baik, Lilian selalu mengingatkannya.

Joanna berjalan kesana kemari di dalam kamar, tangannya bergerak cepat dan gesit sambil berbicara dengan sahabatnya melalui earpiece yang terpasang di telinga.

Ia tertawa dan menggelengkan kepala, menunjukkan bahwa percakapan dengan Lilian sedang berlangsung dengan santai dan menyenangkan.

Sambil berbicara, Joanna membuka lemari dan mengambil beberapa pakaian yang disiapkan untuk penerbangannya ke Malaysia nanti malam.

Tangannya bergerak dengan cepat dan efisien, memasukkan beberapa potong pakaian ganti ke koper yang sudah terbuka di atas tempat tidur. Ia juga memasukkan beberapa barang penting lain di dalamnya.

Dengan koper yang hampir penuh, Joanna menutupnya dan memastikan bahwa semuanya terkunci dengan baik. Ia kemudian mengambil tas kecil yang berisi barang-barang penting lainnya, seperti dompet dan peralatan makeup-nya.

"Baiklah, Li. Nanti gue hubungi lagi. Gue mau mandi, gerah nih sebadan-badan," kata Joanna, menutup percakapan dengan sahabatnya.

"Oke. Nanti Gue tunggu elo di bandara?"

"Siap!"

Dengan senyum yang lebar, Joanna mematikan earpiece-nya. Ia melepaskan semua pakaian yang menempel ditubuh. Lalu menceburkan diri ke bathtub.

Matanya bergerak lincah ke sana kemari, hingga akhirnya ia menatap gelang di pergelangan tangan. Lalu senyum penuh kemenangan menghiasi bibir mungilnya. Gelang itu adalah tanda kecil jika Bram dan dirinya memiliki hubungan spesial. Hubungan suami istri.

"Om Bram? Om begitu cuek dan dingin. Om juga galak. Tapi nggak apa-apa, itu justru yang bikin gue penasaran dan suka," monolog Joanna.

"Ah, Ya Ampun. Kayaknya gue dah gila____. Nggak jadi nikah sama Kevin, malah nikah sama bapaknya?" kikiknya sambil bermain busa sabun.

Bersamaan itu tiba-tiba dia ingin mengirimkan pesan pada pria yang sudah menikahinya.

Joanna menyelesaikan mandinya. Lalu keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai bathrobe.

Duduk di tepi tempat tidur, kemudian meraih ponselnya.

Joanna : Om, nanti malam aku ada penerbangan ke Malaysia. Mungkin 3-4 hari aku nggak pulang. Kalau Om kangen sama aku dan mau mampir ke apartemen aku, datang aja Om. Nomor password-nya sudah ku ganti dengan tanggal hari pernikahan kita. ( emoticon love ) ~ send

Bersambung....

Komen.... Komen....Komen

1
US
bagus alurnya thor /Drool/
Cahyaning Fitri: Terima kasih 😘😘😘
total 1 replies
Fang
Kisah yang menyentuh hati.....😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!