Jingga pikir hidupnya sudah begitu sempurna dengan kebahagiaan. Menikah dengan pria yang sangat dicintainya dan memiliki seorang putri cantik berusia dua tahun.
Namun semua kebahagiaan itu seketika lenyap, saat mengetahui suaminya berselingkuh dengan sepupunya sendiri. Apalagi saat sang suami mengatakan jika selama ini pria itu mencintai wanita tersebut, dan menikah dengannya hanya karena membalas kebaikan kedua orang tua Jingga yang sudah mengangkatnya sebagai anak.
Jingga yang merasa hancur karena kebahagiaan yang selama ini dirasakannya ternyata semu, mendapatkan kesempatan kedua untuk mengulang hidupnya saat sebuah mobil menabraknya.
Jingga pun akhirnya kembali ke masa lalu di mana pernikahan itu belum terjadi. Apa yang akan dilakukan Jingga selanjutnya? Apakah dia akan tetap menikah dengan Bayu setelah pengkhianatan yang dilakukan pria itu. Ataukah Jingga akan membalas perbuatan mereka, dan melepas suaminya yang berarti putri kecilnya pun akan hilang tak pernah dilahirkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Tidak, aku tidak boleh mati..." Jingga terus bergumam dengan ketakutan, berusaha untuk bangkit meskipun kedua matanya terasa berat. "Tidak...." teriaknya yang langsung tersadar dari kegelapan yang menyelimutinya.
"Jingga kau kenapa?" Adam mengguncang bahu putrinya berulang kali, setelah sejak tadi merasa khawatir saat melihat Jingga yang terus mengigau dalam tidurnya.
Dengan napas berlarian Jingga pun menatap pada sosok yang ada di hadapannya, sosok pria yang sudah setahun belakangan ini sangat dirindukannya.
"Ayah, benar ini kau?" tanya Jingga dengan terkejut apalagi saat melihat ayahnya itu menganggukan kepalanya. "Tapi kenapa kau ada di sini?"
Adam yang sejak tadi bingung dengan kelakuan Jingga pun menghela napasnya dengan panjang. "Memangnya Ayah harus berada di mana?"
"Seharusnya kau berada di surga. Ya Tuhan, apa aku benar-benar sudah mati sampai menyusul ayahku?" lirih Jingga dengan sendu, karena hanya itulah satu-satunya alasan kenapa ia bisa bertemu dengan ayah Adam yang sudah tiada satu tahun yang lalu.
Pletak.
"Kau ini bicara apa?" Adam menyentil kening putrinya dengan kesal, hingga Jingga merintih kesakitan. "Kau bilang ayah seharusnya ada di surga? Memangnya ayahmu ini sudah mati."
Jingga yang tengah mengusap keningnya, menganggukkan kepalanya.
Pletak.
Untuk kedua kalinya Adam menyentil kening putrinya. "Anak kurang ajar, beraninya menyumpahi ayahmu sendiri untuk mati?"
"Tapi ayah—"
"Sudah cepat bangun! Nanti kau kesiangan berangkat kuliah."
"Berangkat kuliah?" Belum sempat kebingungannya terjawab, ia sudah lebih dulu dibuat terkejut saat menatap ke sekeliling ruangan. Ruangan yang tak asing baginya, karena ruangan tersebut adalah kamar pribadinya sendiri sebelum menikah dengan Bayu. Dan kini ia tengah berada di atas ranjang dengan Ayah Adam yang duduk di hadapannya. "Tidak mungkin? Apakah ini mimpi?" ia menepuk pipinya sendiri dengan tak percaya. Namun rasa sakit yang dirasakannya, menunjukkan kalau apa yang dilihat dan dirasakannya memanglah nyata.
Melihat putrinya bersikap lebih aneh lagi, Adam pun menahan pergelangan tangan Jingga. "Kau ini sebenarnya kenapa?"
"Ayah kita ada di mana?" tanya Jingga masih tak percaya.
"Ck, kau ini aneh sekali. Tentu saja di kamarmu." Adam yang merasa jengah dengan kelakuan putrinya memilih beranjak dari tempat tersebut.
"Jadi benar apa yang kulihat, aku berada di dalam kamarku sendiri? Tapi bagaimana bisa? Bukankah terakhir kali aku berada di rumah Amanda, dan tertabrak mobil? Lalu bagaimana bisa Ayah Adam hidup lagi?" gumamnya dalam hati pada dirinya sendiri. "Ayah ini tanggal berapa? Eh, tahun berapa?"
Adam yang hendak keluar dari kamar putrinya menatap pada kalender kecil yang ada di atas nakas. Jingga pun ikut menatap benda tersebut bahkan mengambilnya dengan tatapan terkejut.
"Tidak mungkin?" lirihnya dengan tak percaya.
Karena tanggal dan tahun di dalam kalender tersebut menunjukkan tanggal ulang tahunnya namun beberapa tahun yang lalu, lebih tepatnya satu tahun sebelum pernikahannya dengan Bayu terjadi.
"Ya Tuhan, bagaimana mungkin?"
"Apanya yang tidak mungkin? Kau pasti kecewa karena ulang tahun kali ini tidak ayah rayakan?" ucap Adam dengan tersenyum penuh arti. Karena sebenarnya ia dan Anin sudah menyiapkan kejutan untuk Jingga di ruang tengah. Tadinya kejutan itu pun untuk Biru saudara kembar Jingga, namun karena Biru sudah lebih dulu mengetahui maka kini tinggal Jingga yang belum merayakannya. "Cepat mandi, ayah tunggu di bawah!"
Adam pun beranjak dari tempat tersebut, namun langkahnya terhenti saat sebuah tangan memeluknya dari belakang.
ayo donk up lagi🥺🥺
up lagi dong/Sob//Sob/
Ini kan cerita fiksi ya nyambung2 aja