Perjalanan Kisah Cinta Om Pram dan Kailla - Season 1
Kailla Riadi Dirgantara, putri tunggal Riadi Dirgantara pemilik RD Group. Berusia 20 tahun, cantik, manja, kekanak-kanakan dan sangat menyayangi ayahnya yang biasa dipanggil daddy. Demi ayahnya, dia terpaksa menerima perjodohannya dengan Reynaldi Pratama ( Pram ), lelaki yang sudah dianggap seperti Om-nya sendiri.
Pram, lelaki matang berusia 40 tahun. Tampan, dewasa, bertanggung jawab dan sangat sabar menghadapi Kailla. Pram adalah anak yatim piatu, yang diasuh dan dibesarkan oleh ayah Kailla ( Riadi ) sejak berusia 10 tahun.
Karena komitmen dan tanggung jawabnya kepada kedua orang tua Kailla, dia bersedia menikahi Kailla yang terpaut 20 tahun darinya dan berjanji menjaga dan membahagiakan Kailla seumur hidupnya.
Bagaimana perjuangan dan kesabaran Pram menaklukan cinta Kailla, mendidik Kailla yang manja dan tidak dewasa menjadi wanita dan istri seutuhnya.
Bagaimana perasaan sayang yang sudah terbentuk selama 20 tahun diantara Kailla dan Om-nya Pram, berubah menjadi cinta seutuhnya.
Ikuti kehidupan rumah tangga Om Pram dan Kailla yang berbeda usia dan karakter.
Visual di novel diambil dari berbagai sumber di internet. Hak cipta milik pemilik foto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Menunggu Memanggil Daddy
Di kantor RD Group.
Tampak Pram memarkirkan mobilnya di lobby dan melempar kunci mobilnya ke sopir kantor.
“Pak, tolong parkirkan mobilku di basement," perintah Pram setengah berlari masuk ke dalam gedung.
“Siap, Pak!” jawab sang sopir yang hanya bisa melihat punggung kokoh milik atasannya itu berlari menjauh. Si pemilik mobil sudah bergegas masuk, tanpa menghiraukan jawaban dari sang sopir.
Pram tergesa-gesa masuk ke dalam kantor, dengan rambut sedikit acak-acakan tetapi tidak mengurangi ketampanannya. Masih dengan kacamata hitam, Pram setengah berlari menuju lift menghiraukan sapaan dan tatapan penuh kekaguman para karyawannya.
“Aduh! Tampan sekali!" ucap salah seorang gadis penunggu meja resepsionis yang sedikit histeris melihat Pram berjalan masuk ke dalam gedung.
“Ah! suami masa depanku. Kalau dia tersenyum lebih keren lagi," celetuk teman sang gadis.
Suasana di meja resepsionis langsung ramai seketika, para gadis sedang membicarakan atasan tampan yang setia menyendiri. Pram memang terkenal sosok yang jarang bicara apalagi tersenyum. Ia hanya berbicara seperlunya, menyapa seadanya. Ketika seorang Pram berjalan, ia hanya akan memandang lurus ke depan.
Ting! Pintu lift terbuka, Pram bergegas menuju ke ruangannya. Begitu masuk, terlihat Pak Riadi sedang duduk berbincang dengan Donny, asistennya.
“Siang, Presdir.” sapa Pram.
“Anak itu merepotkanmu lagi?” tanya Pak Riadi tersenyum menatap lelaki tampan yang sudah dianggapnya seperti putra kandungnya sendiri.
Pram hanya tersenyum, memilih duduk di depan Pak Riadi.
"Presdir sudah makan siang?” tanya Pram lagi. Ia memilih tidak menjawab pertanyaaan dari Pak Riadi, karena ia yakin Pak Riadi lebih memahami seperti apa putrinya.
“Sudah,” jawab Pak Riadi singkat sambil menghela napas. Matanya menatap Pram dengan penuh rasa haru. Ia tidak salah menilai, anak kecil yang dibawahnya pulang ke rumah 30 tahun yang lalu benar-benar anak yang luar biasa. Pram tidak pernah mengecewakannya.
“Kamu mengurusku dan Kailla dengan baik. Aku tidak bisa membayangkan kalau kamu tidak ada di dalam kehidupan kami, Pram,” lanjut Pak Riadi lagi. Ada rasa terima kasih di dalam setiap kata Pak Riadi, ia merasa sangat beruntung memiliki Pram.
“Donny, bisa tinggalkan kami.” Pak Riadi meminta asistennya untuk keluar ruangan. Sepertinya ada hal pribadi yang ingin dibicarakannya.
“Baik, Pak.” Donny segera keluar dan menutup pintu dengan perlahan.
“Pram, apa kamu tidak lelah? Aku sudah mulai lelah Pram. Fisikku juga sudah tidak sekuat dulu lagi.” Pak Riadi menarik napas dan menghembuskan dengan berat.
“Aku tidak tahu sampai kapan aku sanggup bertahan dan menunggumu memanggilku Daddy, Pram. Aku ingin menikmati masa tuaku, tanpa direcoki urusan perusahaan. Aku ingin menikmati masa tuaku. Melihatmu dan Kailla bersama, melahirkan pewaris Riadi Dirgantara," lanjut Pak Riadi lagi.
Pram hanya tersenyum dan menunduk. Ia benar-benar tidak bisa menjawab atau menjanjikan apapun saat ini.
“Kamu juga sudah tidak muda lagi, Pram. Sampai kapan kamu akan menunggu Kailla siap. Jangan kamu pikir wajah tampan dan tubuh atletismu itu tidak bisa menua. Semakin lama kerutan di wajahmu semakin bertambah karena ulah anak nakal itu,” ejek Pak Riadi sambil tergelak.
“Baiklah, aku mau pulang dulu. Aku lelah.” Pak Riadi berdiri dan menepuk pundak Pram begitu melewati laki-laki tampan yang tertunduk itu.
“Kailla sekarang di apartemenku. Nanti malam aku akan mengantarnya pulang.” ujar Pram sambil berdiri, bermaksud mengantar Pak Riadi keluar ruangannya.
“Menginap di tempatmu juga tidak apa-apa, Pram. Asalkan kamu berjanji memberiku cucu yang tampan dan cantik setelahnya. Hahaha ...." Pak Riadi lagi-lagi tergelak.
***
Setelah kepergian Pak Riadi, Pram segera menghubungi David.
“Dave, adakan rapat sekarang untuk membahas proyek yang di Bandung. Aku akan mendengar laporan dari para tim dan pengawas di lapangan," perintah Pram di telepon.
“Bagaimana kejadiannya, Dave?” tanya Pram setelah semua staf terkait berada di ruangan rapat.
“Sepertinya ada campur tangan pihak lain. Mereka memprovokasi pekerja. Menurut dugaanku, ada hubungan dengan masalah pembelian lahan tempo hari. Namun, aku sendiri belum punya cukup bukti. Baru sekedar dugaan. Ada baiknya Bapak coba ke lokasi, setidaknya kedatangan Bapak bisa menenangkan para pekerja.”
“Tolong siapkan untukku semua laporan pekerjaan yang berhubungan dengan proyek ini?” Saya mau sedetail mungkin!” pinta Pram. Terlihat ia mengetuk pena ke atas meja sambil membaca beberapa berkas terkait proyek.
“Baik, Pak.”
Setelah mendengar penjelasan dari beberapa anggota tim yang menangani proyek, Pram pun menyudahi rapatnya. Terlihat beberapa karyawan keluar dari ruang rapat, tersisa Pram dan David yang duduk berhadap-hadapan.
“Baiklah, Dave ... besok aku akan berangkat ke Bandung. Aku titip kantor. Kalau ada masalah di kantor tolong tangani dulu dan laporkan kepadaku. Sebisa mungkin tidak melibatkan Pak Presdir.” ujar Pram
“Baik, Pak. Ada lagi?”
“Selama aku di Bandung, tolong urus semua keperluan Kailla.” Pram mengeluarkan dompetnya dan menyodorkan kartu kreditnya kepada David.
“Kamu boleh kembali ke ruanganmu, Dave!” titah Pram.
***
Pukul tujuh malam, Pram tiba di apartemennya. Setelah memasukkan code angka, Pram masuk ke dalam dengan memijat tengkuknya. Seharian ini ia disibukkan dengan berbagai macam masalah. Dari masalah Kailla sampai masalah proyek. Lelah. Belum lagi Pak Riadi yang sering membahas masalah hubungannya dengan Kailla.
Sam sendiri terlihat sibuk dengan ponsel ketika Pram masuk sehingga asisten itu tidak menyadari kedatangan majikannya.
“Sam, di mana Kailla?” tanya Pram mengejutkan Sam yang sedang sibuk merayu para gadis di grup whatApp
“Non ... non Kailla sedang tidur di kamarnya, Pak.” Sam menjawab terbata-bata.
“Sudah lama?" tanya Pram lagi. Terlihat ia melepaskan jas kerja dan melemparnya ke atas sofa.
“Sehabis makan malam, Pak.” Sam menjawab singkat.
Pram tampak mengangguk, mengulung lengan kemejanya. “Dia makan dengan apa tadi?” tanya Pram lagi.
“Tadi Non minta Ibu Ida membuatkan nasi goreng untuknya."
“Ok, kamu boleh pulang. Besok aku harus ke Bandung. Kalau ada masalah dengan Kailla, kamu bisa menghubungi David.” Pram menjelaskan sambil berjalan menuju kamar Kailla.
“Baik, Pak.” Sam menjawab. Baru saja ia kan bersiap-siap untuk pulang tiba-tiba Pram memanggilnya kembali.
“Sam! Aku tidak mau kejadian seperti tadi siang terulang lagi.”
“Baik, Pak.”
“Kamu dipekerjakan itu untuk menjaga Kailla, memastikan kalau dia tidak berbuat yang aneh-aneh di luar sana. Kalau kamu merasa dia salah jalan atau yang dilakukannya itu salah, kamu bisa menolak,” jelas Pram. “Dan kalau kamu tidak bisa menanganinya, kamu bisa menghubungiku.” lanjutnya lagi.
“Baik, Pak. Maaf.” Sam terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Kamu boleh pulang sekarang.” titah Pram. Segera ia menghampiri Kailla di kamarnya.
“Kai."
"Kai."
***
Mohon bantuan rate, like dan komen ya. Terima kasih dukungannya.