"Mbak, aku mau beli mainan, boleeeh?"
Seorang pria dewasa yang ditemukannya terbangun dan tiba-tiba merengek sepeti seorang anak kecil. Luaticia atau Lulu sungguh bingung dibuatnya.
Selama sebulan merawat pria itu, akhirnya dia mendapat informasi bahwa sebuah keluarga mencari keberadaan putra mereka yang ciri-ciri nya sama persis dengan pria yang dia temukan.
"Ngaak mau, aku nggak mau di sini. Aku mau pulang sama Mbak aja!" pekik pria itu lantang sambil menggenggam erat baju Lulu.
"Nak, maafkan kami. Tapi Nak, kami mohon, jadilah pengasuhnya."
Jeeeeng
Sampai kapan Lulu akan mengasuh tuan muda tersebut?
Akankah sang Tuan Muda segera kembali normal dan apa misteri dibalik hilang ingatan sang Tuan Muda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pokoknya Mbak Lulu 06
"Ya Tuhan ... ."
Tangis penuh kebahagiaan dan rasa lega langsung diungkapkan oleh Dhea saat mendengar kabar tentang putranya yang sudah ditemukan. Virya dan Vindra pun memeluk wanita itu dengan sangat erat.
"Vir, aku bilang apa. Cara konvensional lebih efektif bukan?" ucap Dhea kepada putri sambungnya itu.
"Iya Ma, Mama benar. Akhirnya Ditrian ketemu juga,"sahut Virya. Dia yang begitu menyayangi adiknya pun sangat senang dengan kabar ditemukan Ditrian.
Blaaak
Drap drap drap
"Ayo kita jemput Ditrian, sayang,"ucap Drake sambil membuka pintu dengan keras dan berjalan dengan cepat. Dia langsung berjongkok di depan istrinya lalu memeluk istrinya dengan begitu erat.
"Ya Bang, ayo jemput anak kita,"balas Dhea. Tangisnya kembali pecah. Akhirnya penantian dan harapannya selama ini tidak lah sia-sia. Keyakinan tentang putranya yang masih hidup akhirnya terbukti juga.
"Aku ikut ya, Pa,"ucap Virya. Dia tidak mungkin membiarkan Dhea sendirian.
"Bilang sama suamimu dulu. Dan Vindra, sebaiknya kamu di rumah aja. Kasian Papi mu kalau sampai rumah nggak ada orang,"sahut Drake.
Virya dan Vindra mengangguk paham. Virya juga langsung menghubungi Vikram-suaminya. Sedangkan Vindra, dia mengikuti ucapan opanya untuk tetap di rumah. Bagaimanapun memang dia harus menjaga rumah. Vindra juga punya ide yakni ia ingin memasak untuk menyambut sang om.
Ketiga orang itu langsung bergegas menuju ke tempat dimana putranya ditemukan. Meski jauh tapi itu bukan masalah bagi mereka.
Butuh waktu enam jam bagi Drake, Dhea dan Virya sampai tempat tujuan. Dada Dhea dna Drake sama-sama berdebar dengan sangat hebat saat hendak masuk ke dalam gedung rumah sakit.
"Semuanya akan baik-baik saja. Itu pasti Ditrian, dan dia pasti juga baik-baik aja," ucap Virya. Dia mengetahui kegelisahan Drake dan Dhea.
"Ya, kamu benar Vir," sahut Drake sambil menggenggam erat tangan istrinya.
Dhea juga menganggukkan kepala, setuju dengan apa yang diktakan oleh Virya.
Tap tap tap
Seorang pria dengan setelan jas berwarna hitam segera menghampiri mereka. Dia adalah Rahman, direktur rumah sakit tersebut. Dengan sangat sopan, Rahman menyapa Drake, Dhea dan juga Virya. Rahman juga mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan mereka. Tak lupa dia mengenalkan dirinya.
"Terimakasih untuk informasinya. Terimakasih telah menemukan putra kami," ucap Drake.
"Sama-sama, Pak. Tapi sebenarnya bukan saya yang menemukan putra Anda. Sekarang lebih baik Anda melihat putra Anda lebih dulu, dan memastikannya sendiri apakah itu putra yang Anda cari atau bukan. Nanti saya akan memberitahu Anda siapa orang yang membawanya kemari," jawab Rahman panjang.
Pria itu langsung mengarahkan Drake menuju ke tempat dimana Didit berada. Sebuah ruang perawatan VIP diberikan atas perintah Rahman.
Tap tap tap
Semakin dekat dengan ruang rawat yang disebutkan oleh sang direktur rumah sakut, semakin berdebar juga dada Dhea dan Drake. Genggaman tangan keduanya semakin erat.
Cekleeek
"Silakan masuk Pak Drake dan Bu Dhea," ucap Rahman sambil membuka pintu ruang rawat.
Drake dan Dhea menganggukkan kepala. Perlahan tapi pasti dua orang tua yang sudah sangat merindukan anak mereka itu berjalan mendekat.
Degh!
"Aaah anakku, Ditrian," ucap Dhea lirih. Melihat wajah sang putra yang sebulan lebih tidak dia lihat, yang dianggap sudah tidak ada oleh sebagian orang, Dhea sangat bahagia. Air matanya tumpah tanpa bisa dibendung.
Drake lalu memeluk istrinya. Pria itu tidak menangis, namun hatinya begitu senang dan matanya berkaca-kaca.
Virya, dia juga ikut menangis melihat adiknya yang selama ini dicari akhirnya ditemukan. Bisa dilihat dengan kasat mata, Ditrian tidak kekurangan suatu apapun. Sehat dan baik-baik saja.
"Sudah ku bilang kan, dia baik-baik saja, Ma, Pa," ucap Virya.
"Kamu benar sayang, adikmu baik-baik saja," sahut Dhea.
Eughhh
Didit yang ternyata memang benar Ditrian itu menggeliat. Perlahan dia membuka matanya. Di saat yang bersamaan, Dhea langsung menghambur, memeluk putranya tersebut. Ia meluapkan rasa rindu yang begitu dalam.
Namun dua kata dari Ditrian membuat Dhea, bahkan semua orang yang ada di sana tercengang. Kata yang tidak pernah mereka duga akan keluar dari mulut pria tersebut.
"Kamu siapa?"
Jeeeeeng
Dhea seketika langsung melepas pelukannya. Dia kembali berdiri tegap dan memundurkan langkahnya hingga berdiri sejajar dengan sang suami.
"Ditrian, ini Mama. Ini Mama, Papa dan Kakak mu, Kak Virya," ucap Dhea ditengah-tengah rasa terkejutnya atas pertanyaan putranya.
"Mama? Papa? Kak Virya? Siapa? Huaaa Didit mau Mbak Lulu. Dimana Mbak Lulu? Didit mau pulang sama Mbak Lulu aja!!"
Jegleeeer
Dhea, Drake dan Virya saling pandang. Ketiganya merasa bingung dengan situasi saat ini.
"Maaf Pak, Bu. Sebenarnya tadi Mas Ditrian ini juga berteriak mencari orang yang bernama Mbak Lulu. Tadi sebenarnya dia dibawa kesini karena perutnya sakit. Setelah bangun dari pingsannya, dia terus mencari orang tersebut. Karena hendak berlari, sedangkan Mas Ditrian sedang dalam perawatan, maka oleh dokter terpaksa diberi obat penenang," papar Rahman, dia menjelaskan sesuai apa yang terjadi.
"Panggil Dokter, aku ingin mendengar penjelasan terkait apa yang terjadi pada putraku," sahut Drake.
Rahman mengangguk paham. Dia lalu memerintahkan seorang perawat untuk mencari dokter yang menangai Ditrian tadi.
Tak lama, dokter itu datang. Dia lalu menjelaskan kondisi Ditrian secara detail, mulai dari dibawa kemari hingga mendapat perawatan.
"Lalu, mengapa dia tidak ingat kepada kami?" Tanya Dhea.
"Sepertinya, pasien mengalami hilang ingatan. Bukan hanya sekedar hilang ingatan tentang siapa dirinya. Pasien juga merasa bahwa dirinya adalah anak-anak," jawab sang dokter.
APA??
Dhea, Drake, dan Virya terkejut bukan main. Namun melihat sikap Ditrian yang merengek, sepertinya ucapan Dokter memang benar bahwa saat ini Ditrian memang bertingkah seperti anak-anak.
Dhea jelas tidak langsung percaya, dia lalu kembali mendekat ke arah putranya itu dan mengambil kursi untuk duduk di sebelah brangkar.
"Sayang, apa kamu nggak inget. Ini Mama, Nak," ucap Dhea dengan sangat lembut. Dia meraih tangan Ditrian lalu menggenggamnya erat.
"Mama, aku nggak tahu siapa Mama. Aku maunya Mbak Lulu, huaaa Mbak Lulu, Didit takut!!"
Ditrian kembali menangis, persis seperti bocah 6 atau 7 tahuan saat merengek.
"Heh, lo bohongan kan? Jangan becanda ya. Gue pukul baru tahu rasa," sahut Virya. Dia memberi sebuah ancaman dengan mengepalkan tangannya. Berharap Ditrian hanya berbohong dan mengerjai mereka. Namun reaksi yang diberikan Ditrian tidak seperti yang diharapkan. Pria itu menangis sejadi-jadinya.
"Huaaa Mbak Lulu, Didit takuuut. Ada orang jahat yang mau mukul Didit. Mbak Lulu kemana, kenapa Didit ditinggalin. Huaaaa. Didit nggak akan nakal lagi, jadi jangan tinggalin Didit."
Drake mengusap wajahnya kasar, pun dengan Virya. Ucapan Ditrian sungguh membuktikan bahwa yang terjadi padanya ini bukanlah kepura-puraan.
"Sebaiknya kita cari wanita tersebut. Sepertinya, pasien hanya bisa tenang kalau ada wanita yang dipanggilnya Mbak Lulu."
TBC
Guys, aku pas nulis si Didit ini sambil ngakak, bayangin cowok cakep tinggi tapi ngereok kayak bocah. Duuuh
semoga Didit ngomong ke keluarga pas di rumah, apa yg dirasakan ke Steven tadi