Husna, putri bungsu kesayangan pasangan Kanada-Indonesia, dipaksa oleh orang tuanya untuk menerima permintaan sahabat ayahnya yang bernama Burak, agar menikah dengan putranya, Jovan. Jovan baru saja menduda setelah istrinya meninggal saat melahirkan. Husna terpaksa menyetujui pernikahan ini meskipun ia sudah memiliki kekasih bernama Arkan, yang ia rahasiakan karena orang tua Husan tidak menyukai Arkan yang hanya penyanyi jalanan. 
Apakah pernikahan ini akan bertahan lama atau Husna akan kembali lagi kepada Arkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Setelah beberapa jam di udara, akhirnya mereka telah sampai di Kanada.
Husna menggendong Ava yang sedang minum susu dari dot.
"Ayo, lekas masuk." ucap Jovan dengan wajah yang lelah.
Husna lekas masuk kedalam mobil sambil menggendong Ava.
Jovan melirik ke arah Husna yang sedang mengajak bicara Ava.
Husna tidak memperhatikan saat Jovan meliriknya.
Jalanan yang lumayan lancar membuat mereka lekas sampai di rumah Jovan.
Jovan turun dari mobil dan mengajak Husna untuk masuk kedalam rumah.
Husna masuk kedalam rumah yang sangat megah sekali seperti istana dalam dongeng.
Ia juga melihat beberapa pelayan yang datang menyambut kedatangan Jovan.
"Berikan Ava kepada Bi Marta, dan setelah itu ikut aku." ucap Jovan yang mengajaknya ke ruang keluarga.
Bi Marta mendekat ke arah Husna yang akan menggendong Ava.
"Nyonya tenang saja, saya hanya membawa Nona Ava ke tempat tidurnya." ucap Bi Marta yang kemudian membawa Ava ke kamar khususnya.
Setelah itu Husna mengikuti Jovan menuju ke ruang keluarga.
Di ruang keluarga, Husna melihat pigura foto pernikahan yang begitu besar dimana Jovan dan mendiang istrinya yang sedang tersenyum bahagia.
Ia semakin yakin kalau dirinya hanyalah ibu pengganti untuk Ava.
Disaat Jovan memintanya untuk duduk tiba-tiba Husna melihat seorang wanita paruh baya yang sangat cantik.
Wanita itu langsung memeluk tubuh Husna yang masih berdiri kaku.
"Husna, menantuku. Selamat datang di keluarga kami. Aku senang sekali kamu mau menjadi istri Jovan dan ibu untuk Ava," ucap Ibu Riana yang merupakan ibu kandung Jovan.
Husna menganggukkan kepalanya, walaupun ia tahu jika Jovan hanya menganggap sebagai ibu pengganti, bukan seorang istri yang utuh.
Ibu Riana mengajak Jovan dan Husna untuk duduk dan membahas resepsi pernikahan mereka.
"Bu, sebaiknya tidak usah resepsi. Istriku baru saja meninggal dunia dan aku tidak mau...,"
Ibu Riana langsung melirik kearah putranya yang menolak diadakannya resepsi.
"Van, kamu tidak bisa seperti ini. Husna sekarang istri kamu dan mau tidak mau kamu harus menerimanya. Kecuali Husna baby sitter untuk Ava." ucap Ibu Riana.
Husna menggenggam tangan Ibu Riana yang sedikit emosi dengan Jovan.
"Bu, menurut saya tidak perlu mengadakan resepsi." ucap Husna.
Ibu Riana menggelengkan kepalanya dan tetap mengadakan resepsi yang hanya mengundang keluarga besar.
"Baiklah, Bu. Terserah Ibu saja yang penting tidak menganggu pekerjaanku." ujar Jovan.
Disaat bersamaan tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan Ibu Ayu yang merupakan ibu kandung Aisyah dan adik Aisyah yang bernama Lilia.
Mereka menerobos masuk ke ruang keluarga Jovan.
"Jovan! Kenapa kamu bawa wanita lain di rumah ini? Seharusnya kamu menikah dengan Liliana! Bukankah Liliana yang selama ini mencintai kamu dan dia lebih mengenal Ava." ucap Ibu Ayu yang tidak terima dengan Jovan yang menikah dengan Husna.
Jovan berdiri tegak dengan raut wajahnya yang dingin kini semakin mengeras.
Ia menatap tajam Ibu Ayu dan Liliana yang tidak terima dengan pernikahannya.
"Ibu Ayu, Liliana. Tolong hormati keputusanku yang sudah memilih Husna sebagai istri dan ibu untuk Ava." ujar Jovan.
Lilia maju dan melihat Husna yang sangat sederhana.
"Dia tidak pantas jadi istrimu dan Ibu untuk Ava. Aku yang lebih pantas menemani kamu, Kak." ucap Lilia.
Melihat situasi yang memanas dan ucapan Lilia yang meremehkan Husna, raut wajah Ibu Riana yang awalnya hanya kesal kini berubah menjadi marah besar.
Ibu Riana bangkit dari sofa dan berdiri di depan Husna untuk melindungi menantunya dari cibiran Liliana
"Cukup, Liliana! Jaga ucapanmu!" seru Ibu Riana.
Liliana langsung terdiam saat mendengar suara Ini Riana.
Ibu Ayu yang tidak terima langsung berdiri di hadapan Ibu Riana.
"Riana,.apa kamu tidak malu mempunyai menantu yang memiliki wajah biasa saja? Masih cantik Liliana dan ia dari diluar sudah mencintai Jovan."
Jovan memijat keningnya saat mendengar perdebatan mereka berdua.
"DIAM!!"
Bu Ayu langsung diam seketika saat mendengar bentakan dari Jovan.
"Tante Ayu, Liliana. Keluar dari rumahku sekarang juga. Aku masih menganggap kalian sebagai keluarga, tapi tolong hargai keputusanku yang menikahi Husna."
Ibu Ayu yang tidak terima langsung mengajak Liliana pergi dari rumah Jovan.
"Ayo, Liliana! Kita pergi dari sini! Jangan buang-buang waktumu untuk pria tidak tahu diuntung ini! Dan kamu! Wanita asing! Ingat, kamu tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Aisyah! Jovan hanya mencintai putriku!"
Husna menundukkan kepala, membiarkan kalimat pedas itu melintasinya.
Liliana sempat melayangkan pandangan penuh kebencian bercampur kesedihan ke Husna sebelum akhirnya ditarik paksa oleh ibunya keluar dari ruang keluarga.
Mendengar mereka yang sudah melajukan mobilnya.
Ibu Riana menggenggam tangan Husna dan memintanya untuk tidak bersedih.
"Jovan, Husna. Mama pergi dulu untuk menyiapkan resepsi kalian berdua." ucap Ibu Riana yang kemudian berpamitan dengan mereka berdua.
Jovan menganggukkan kepalanya dan meminta Mamanya untuk hati-hati.
Kemudian Jovan mengajak Husna menuju ke kamar yang sudah disiapkan.
Husna kembali berjalan mengikutinya kemana suaminya mengajaknya.
Kemudian Jovan menghentikan langkahnya dan membuka pintu kamar.
"Ini kamar mu, semua make up, parfum, pakaian, sepatu ada disini semua. Jangan ganggu atau masuk ke kamarku yang ada disamping kamar kamu. Kalau ada orang tua kita, kamu harus pindah ke kamarku."
Husna menganggukkan kepalanya sambil mengamati kamar yang ditunjukkan Jovan.
Ukuran kamar yang sangat besar, dilengkapi dengan balkon pribadi, walk-in closet yang dipenuhi pakaian baru, dan kamar mandi mewah.
Semua serba baru, serba mahal, dan kamar itu terasa seperti kamar tamu mewah yang sudah dipersiapkan untuknya.
"Maksud kamu, aku pindah kalau ada orang tua kita datang?" tanya Husna pelan, mencoba memastikan ia tidak salah dengar.
"Ya. Aku tidak mau orang tuaku kecewa. Terutama Ibuku. Aku tidak ingin ada yang tahu tentang perjanjian kita. Di depan mereka, kita adalah suami-istri yang normal."
Husna menghela nafas panjang saat mendengar jawaban dari Jovan.
"Ingat, poin ke lima. Sampai kapanpun aku tidak akan menyentuh tubuhmu." ucap Jovan yang kemudian meninggalkan kamar Husna.
Sebelum keluar dari kamar Husna, Jovan menaruh kartu kamar agar Husna tidak salah masuk ke kamarnya.
Melihat Jovan yang sudah meninggalkan kamarnya.
Husna langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Walaupun semuanya sudah terpenuhi, tapi hatiku tetapi kosong. Ar, aku merindukanmu." gumam Husna yang kemudian mengambil tasnya dan mengambil ponselnya.
Ia melihat 100 panggilan dan 50 pesan dari Arkan.
Husna membaca satu persatu pesan dari Arkan dan salah satunya ada pesan yang membutuhkan Husna langsung menangis sesenggukan.
Aku sudah memegang tiket ke Toronto. Aku akan membuktikan bahwa aku bisa membahagiakanmu.
Aku tidak akan membiarkanmu menjadi 'mahar pengganti' bagi lelaki yang tidak mencintaimu. Jaga dirimu, sayang.
Husna menutup ponselnya dan mengambil bantal agar tangisannya tidak terdengar.