Bima Satriya mati konyol, tapi terbangun di tubuh Dante Romano, bos mafia paling kejam di Sisilia. Saat semua orang menunggu perintah pembantaian darinya, sebuah suara asing bergema:
“Misi pertamamu: Jadilah orang baik, atau mati selamanya.”
Bisakah jiwa polos Bima mengubah dunia penuh darah menjadi jalan penebusan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memburu Pengkhianat
Pagi itu, suasana vila keluarga Romano terasa normal di permukaan—suara tawa kasar anak buah, aroma kopi kental, dan bunyi logam dari pistol yang sedang dibersihkan.
Namun di balik itu, ada sesuatu yang mengganjal.
Bima—dengan tubuh Dante—menatap setiap orang yang lalu lalang di aula utama. Senyum mereka terlihat normal, tapi sistem di kepalanya terus berkedip merah:
> [Misi Rahasia Aktif: Temukan pengkhianat dalam keluarga Romano. Waktu tersisa: 72 jam.]
[Syarat: Tidak boleh membunuh.]
“72 jam? Gila… ini kayak reality show ‘Mencari Pengkhianat Mafia’ aja,” gumam Bima dalam hati.
Ia memutuskan melakukan “penyelidikan gaya konyol” yang bahkan bikin Marco kebingungan.
Pertama, ia mengumpulkan anak buah inti ke ruang makan besar. Alih-alih rapat serius, Bima mengeluarkan kartu UNO.
“Boss… ini… kita main kartu?” tanya Giovanni dengan wajah tak percaya.
“Betul,” jawab Bima dengan suara tenang tapi karismatik. “UNO adalah permainan yang bisa membuka hati. Siapa pun yang gugup, emosional, atau salah langkah… dialah yang mencurigakan.”
Alex sampai hampir tersedak kopi. “Boss, apa ini metode interogasi baru?”
“Ya, metode psikologi modern,” balas Bima sok pintar. Padahal, ia hanya tidak tahu cara lain.
Permainan pun dimulai. Anehnya, suasana yang biasanya tegang jadi penuh tawa. Anak buah yang biasanya dingin, jadi panik karena kena +4. Namun Bima memperhatikan detil kecil—tatapan, keringat, cara menggertakkan gigi.
Dan benar saja, salah satu dari mereka, Luca, tampak berbeda. Setiap kali ditanya hal sepele, matanya berkedip terlalu cepat, tangannya gemetar sedikit.
Bima mulai yakin, dialah orangnya.
Malam harinya, Bima memutuskan untuk memastikan. Ia pura-pura tertidur di kamar besar Dante, tapi diam-diam memasang gelas di pintu untuk mendengar suara langkah.
Benar saja. Tepat pukul dua dini hari, ada suara langkah pelan.
Bima menyipitkan mata, melihat bayangan seseorang di balik jendela. Sosok itu tak lain adalah Luca, membawa tas kecil yang mencurigakan.
> [Deteksi Sistem: Target membawa dokumen transaksi ilegal Romano untuk dijual ke keluarga pesaing.]
“Ketahuan juga kau, bro…” bisik Bima.
Namun masalahnya, Bima tidak bisa langsung menembak atau membunuh. Ia harus menghentikan Luca dengan cara yang… baik.
“Ya Tuhan… gimana caranya nangkep pengkhianat tanpa bikin mayat?!” Bima memegangi kepalanya frustasi.
Akhirnya, ia memilih cara konyol tapi efektif: lemari es besar berisi pasta beku.
Saat Luca keluar melewati dapur, Bima muncul tiba-tiba, membuka pintu kulkas, lalu mendorong seluruh isi pasta beku ke arah Luca.
“ARGHH!! APA-APAAN INI?!” teriak Luca jatuh terjengkang, tertimbun spaghetti dan lasagna beku.
Bima menodongkan sendok kayu besar seperti senjata. “Jangan bergerak! Kau resmi ditahan oleh… Mafia Versi Baik!”
Anak buah lain yang mendengar keributan berlari masuk. Mereka tercengang melihat Dante—sang bos yang dulu dikenal kejam—menangkap pengkhianat hanya dengan… makanan.
“Boss… serius? Pake pasta?” bisik Marco menahan tawa.
“Metode non-kekerasan, Marco. Ingat, kita mafia baru yang baik,” jawab Bima penuh gaya.
Luca dibawa ke aula, wajahnya masih penuh saus tomat dari kaleng yang ikut tumpah.
Bima menatapnya tajam, namun bukan dengan aura membunuh, melainkan aura seorang kakak marah. “Kenapa kau lakukan ini, Luca? Apa kurang gaji? Kurang pasta?”
Luca menunduk gemetar. “A-aku… terpaksa, Boss. Keluargaku disandera oleh keluarga Barzini. Mereka bilang kalau aku tak kasih informasi, mereka akan bunuh istri dan anakku…”
Ruangan langsung hening. Anak buah lain saling pandang, sebagian mulai bersimpati.
Bima menghela napas panjang. “Jadi bukan karena kau serakah, tapi karena kau ingin melindungi keluarga.”
Ia lalu menoleh ke anak buah lain. “Dengar baik-baik! Mulai hari ini, kita bukan cuma mafia. Kita keluarga. Kalau ada yang mengancam salah satu dari kita, kita hadapi bersama.”
Sorak sorai terdengar. Untuk pertama kalinya, para anggota mafia Romano merasa seperti… manusia normal yang punya solidaritas.
Sistem pun berbunyi:
> [Misi Rahasia Terselesaikan: Pengkhianat ditemukan tanpa ada korban jiwa.]
[Hadiah: 150 Poin Kebaikan + Skill Baru: Intimidasi Positif Lv.1.]
Bima tersenyum lega. “Mantap! Intimidasi positif? Ngeri tapi baik… cocok banget buat gaya mafia reformasi.”
Namun ia belum sadar, keputusan menyelamatkan Luca justru membuat keluarga Barzini semakin marah. Dan badai besar sedang menunggu di balik layar.