Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Sama Tajamnya
"Siapa?" tanya Arga, tiba-tiba saja muncul di ambang pintu dengan rambut masih basah dan kemeja yang belum sepenuhnya dikancingkan. Arga bertanya pada pelayan tapi tatapannya tertuju pada Anne yang sudah duduk di meja makan.
Menikmati minuman seolah tanpa beban. Pemandangan ini juga hal baru bagi pria berwajah dingin tersebut. Biasanya Anne tidak akan berani duduk lebih dulu sebelum dia datang. Bahkan mereka tak pernah sekalipun berada di meja makan yang sama.
Anne selalu makan setelah Arga selesai.
Tapi apa itu?
Anne bahkan duduk menghadap ke arah jendela, membiarkan cahaya pagi menyinari wajahnya dengan jelas.
Padahal selama ini tidak seperti itu, Anne selalu duduk memunggungi jendela agar wajahnya tak terlihat.
Terlalu banyak perubahan mendadak yang membuat Arga bingung.
"Nyonya Donna, Tuan," jawab sang pelayan dengan kepala menunduk. Takut jika sebentar lagi pasti akan ada keributan, para pelayan mencemaskan keadaan nyonya Anne yang bahkan ingatannya belum sepenuhnya kembali.
Sementara Vexana menoleh cepat. Langsung bisa menduga bahwa seseorang bernama Dona adalah istri pertama Arga.
‘Istri pertama, aku harus bersiap-siap. Tapi apa yang harus aku lakukan? Haruskah memasang wajah memelas?' batin Vexana, namun sebelum benar-benar bersandiwara dia lebih dulu meminum kopi miliknya.
Tak lama suara langkah sepatu hak terdengar mendekat. Ketukan sepatunya ritmis, menciptakan aura tekanan bahkan sebelum orangnya muncul.
Donna masuk dengan penampilannya yang selalu sempurna. Rambut panjang disanggul elegan, balutan gaun krem mewah yang memeluk tubuhnya ramping, dan tatapan dingin seperti es di ujung musim dingin.
Semalam Arga mengatakan padanya bahwa Anne telah ditemukan. Namun kabar itu tak datang tanpa kejutan lain, Arga juga menjelaskan bahwa Anne mengalami gegar otak ringan, dan karenanya Arga tak bisa menyentuh wanita itu sembarangan.
Donna jelas terkejut, gegar otak? Hilang ingatan? Itu cerita yang terlalu dramatis, bahkan untuk seorang Anne yang memang selama ini selalu nampak lemah.
Karena itulah pagi-pagi sekali Donna datang ke rumah ini. "Mas," sapa Donna pada sang suami.
Vexana bangkit dari duduknya dan menghadap ke arah sepasang suami istri itu, tapi dia tak mendekat. Hanya berdiri dengan tatapan datar.
Bagi Vexana seperti ini sudah terlihat memelas, padahal tidak seperti itu.
"Kata mas Arga kamu hilang ingatan, apa benar?" tanya Donna, akhirnya dia yang melangkah mendekat. Melirik pula di meja makan sudah tersaji beberapa makanan, semuanya diperuntukkan untuk Anne.
"Maaf, tapi kamu siapa?" tanya Vexana, memilih pura-pura tak tahu apa-apa. Dia pikir hal seperti ini sangat wajar dilakukan oleh seseorang yang lupa ingatan, tiap bertemu dengan orang baru Vexana akan mempertanyakan kamu siapa? Kamu siapa dan kamu siapa?
Dan entah kenapa pertanyaan itu sedikit melukai harga diri Donna, sebab dia adalah istri pertama Arga. Istri yang diakui oleh semua orang, bukan istri yang disembunyikan seperti Anne.
Demi menenangkan emosinya, Donna menghela nafas secara perlahan. "Aku tidak tahu kamu gegar otak sungguhan atau hanya main-main Anne, tapi kamu harus selalu ingat posisimu di rumah ini," ucap Donna.
Vexana memilih diam, meski rasanya ingin sekali menendang perut wanita di hadapannya. Sementara Arga mendekat, dia tak menghalangi pembicaraan keduanya. Justru memang ingin Donna menjelaskan semuanya dengan rinci, agar Anne tak salah menilai.
"Aku adalah istri pertama Arga, sementara kamu hanya istri yang dinikahi untuk meneruskan keturunan keluarga Dewangga. Setelah kamu melahirkan nanti, kamu akan segera dicerai ... Jangan bertanya kenapa hidupmu terasa tak adil? karena paman mu sendirilah yang menjualmu pada kami."
Vexana mengepalkan tangan kanannya secara perlahan, Ini memang bukan hidupnya, Vexana juga tidak mengenal Anne. Tapi kata-kata yang keluar dari mulut Donna terdengar sangat menyebalkan di telinganya.
Vexana pikir dunia yang dia geluti sudah sangat kejam, bahkan nyawa seperti tak ada harganya. Tapi sejauh apapun tindakannya, namun Vexana tak pernah mempermainkan anak kecil, apalagi seorang bayi.
Dan di hadapan dua orang seperti sedang mempermainkan takdir.
Saat ini Vexana memang tak bisa menggunakan pisau untuk membalas, tapi dia masih punya lidah yang sama tajamnya.
"Kenapa kamu butuh aku? Kamu mandul?" tanya Vexana gamblang.
hahaha
klo km blm pintar memainkany....ketimpuk sakitkan....
😀😀😀❤❤❤❤