Cassia adalah seorang gadis periang & cantik, ia disayang oleh semua orang sampai-sampai tak ada rasa sedih & sepi yang pernah hinggap dihatinya..
Sampai suatu ketika matanya tidak dapat melihat, dosa apa yang Ia lakukan sampai mendapatkan cobaan terberat dihidupnya..
Akankah Ia dapat melihat lagi & dapatkah Ia menerima cobaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chiaro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Sesampainya dirumah dengan dibantu Pak Idin masuk kerumah, Nora memekik karena melihat aku berjalan dengan pincang.
"Nona kakimu bengkak!" ucap Nora setengah berteriak.
"Iya Nora, tapi kamu ga usah panik, kakiku tidak apa-apa", ucapku menenangkannya.
"Nona sekarang anda sarapan setelah itu kita akan pergi kerumah sakit!". ucap Nora
"Tapi aku sangat lelah Nora". Akupun merengek.
"Tidak ada kata tapi nona, jika anda sangat lelah apa perlu saya sediakan kursi roda, jadi anda tidak perlu berjalan, cukup duduk diam untuk diobati!". Ucap Nora
"Tidak perlu Nora, kau kira aku lumpuh jadi memerlukan kursi roda!". Jawabku.
"Baiklah nona kalau anda masih cukup bisa berjalan dan tidak perlu kursi roda". Ucap Nora.
Setelah itu akupun cepat-cepat ke kamarku untuk membersihkan diri dan mengganti pakaianku untuk pergi kerumah sakit, Nora itu tidak bisa dibantah, pikirku. Tapi memang aku harus kerumah sakit karena kakiku memang bertambah sakit. Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan dengan ketukan pintu kamarku.
Tok tok tok
"Nona". Panggil Nora
"Masuklah Nora". Jawabku
"Nona ini makan siang anda, jika anda sudah selesai panggillah saya, setelah itu kita akan pergi kerumah sakit karena saya sudah buat janji dengan dokter Edward spesialis tulang". Ucap Nora tegas kepadaku.
"Terima kasih Nora". Ucapku tulus
Setelah makan siangku habis aku langsung menghubungi Nora dan kami pergi kerumah sakit untuk memeriksakan kakiku, jangan sampai ada yang salah dan membuatnya tambah sakit dan bengkak.
"Nona Cassia Audrey". Panggil salah seorang perawat.
"Saya suster" jawabku.
Lalu kami pun masuk keruang pemeriksaan, setelah dokter memeriksa kakiku dan syukurnya tulang kakiku tidak apa-apa, karena benturan yang sangat keras jadi kakiku bengkak. dokter mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan hanya saja aku harus mengistirahatkan kakiku jadi aku belum boleh banyak berjalan, setelah itu dokter memberiku salep untuk memar dan memberiku obat pereda nyeri.
"Syukurlah kakimu tidak apa-apa nona, apa yang akan tuan dan nyonya katakan jika mereka melihatmu seperti ini. Ucap Nora dengan mimik wajah yang khawatir.
"Kau tidak usah khawatir Nora" jawabku.
Setelah kami mengantri obat aku kembali ke rumah dan beristirahat. tiba-tiba aku memikirkan Claudia, kemana temanku itu, sampai sekarang tidak ada kabarnya dan apakah dia sesibuk itu sampai-sampai lupa padaku, katanya di mau mengambil barangku, kemaren dia begitu semangat keliling di kamarku tetapi kenapa sekarang menghilang begitu saja, pikirku.
Lalu aku mengirimkan pesan teks kepadanya.
"Claudia kemana saja kamu? Apakah kamu sudah memilih barangku yang kamu mau ambil?"
Setelah aku tunggu beberapa saat dan tidak ada balasan dari Claudia, lalu aku memejamkan mataku dan aku terbayang tentang Dion, aku tersenyum senang saat memikirkannya dan aku teringat kalau Dion menyukai mataku saat aku memakai softlens, cepat-cepat aku memakai softlens ku kembali dan tidak lupa meneteskan tetes mata agar mataku tetap lembab.
Setelah itu aku memilih untuk melihat hpku kembali, tidak ada balasan dari kedua orang tuaku, aku merasa sedih dan merindukan mereka, setidaknya mereka mengirimkan pesan teks kepadaku jadi aku tahu mereka sedang apa dan yang terpenting aku tahu kalau mereka baik-baik saja.
Ting.. Hpku berbunyi tanda pesan masuk, cepat-cepat aku membuka siapa yang mengirimiku pesan, ah.. Ternyata si pria gitar.
"Bagaimana kondisimu? Apakah kakimu sudah lebih baik?" istirahatlah, jangan ke kampus dulu kalau kakimu masih sakit!". Itulah pesannya.
"Aku tidak apa-apa, aku sudah ke dokter dan dokter mengatakan tulangku baik-baik saja, dokter sudah memberiku salep untuk bengkaknya dan obat pereda nyeri, jadi kamu tidak usah khawatir dan terima kasih sudah mengkhawatirkan ku". balasku
"Syukurlah jika seperti itu, istirahatlah, selamat malam". Balasnya.
Akhirnya akupun mengistirahatkan tubuhku setelah minum obat pereda nyeri dan mengoleskan salep ke kakiku.
Tiba-tiba ada telepon masuk kembali dari luar negeri, tapi karena hpku sudah di mode silent, aku tidak tahu dan tetap melanjutkan tidurku.