NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 7.

Fany's Pov.

Aku tidak tahu apakah semalam Sean benar-benar tidur di lantai atau tidak. Saat aku bangun aku tidak melihat Sean di dalam kamar hotel yang kami tempati. Ia justru sudah rapi dan bersiap akan pulang ke apartemennya. Jika benar ia tidur di lantai semalaman, apa itu tidak keterlaluan? Aku bisa merasakan dinginnya lantai kamar ini, sangat dingin dan siapapun bisa membeku jika tidur disana semalaman.

Oh apa yang kupikirkan? Kenapa aku peduli? Lagipula Sean baik-baik saja sampai sekarang. Bahkan terlihat sangat baik-baik saja tanpa kurang satu pun.

"Beberapa saat lagi, mom akan datang. Kamu jangan pergi kemana pun. Dan jika mom menanyakan aku, kau bilang saja aku kembali ke kantor!" Ujar Sean saat kami sudah berada di dalam apartemen Sean yang ternyata hanya memiliki satu ruang kamar saja.

"Tunggu. Apartemenmu hanya memiliki satu kamar. Aku sudah mengatakannya kalau aku tidak mau tidur,"

"Kau bisa menempati kamarku. Aku bisa tidur di ruang kerjaku." Potong Sean saat aku memprotes tidak ingin tidur dengannya. "Jika kau lapar, semua yang kau butuhkan ada di dapur! Kau bisa masak makanan apa saja yang kau sukai. Aku pergi dulu, ingat jangan macam-macam!" Ujarnya pamit dan pergi begitu cepat seakan sedang menghindari protes ku yang berikutnya.

Aku jadi tidak memiliki pekerjaan karena Sean. Tapi aku juga tidak mau menganggur dan hanya berdiam diri di dalam apartemen. Mungkin aku akan meminta Sean untuk mengizinkanku kembali bekerja dengan sedikit mengancam pria itu agar tidak mendebatku lagi.

Karena kata Sean beberapa saat lagi, ibunya akan datang berkunjung, aku memutuskan untuk pergi ke kamar yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Sean. Di sana, ada sebuah almari berukuran besar dengan dua pintu dikedua sisi-Nya, meja kecil dekat tempat tidur, dan sofa berukuran sedang yang terlihat sangat nyaman untuk bersantai.

Kamar ini tidak terlalu luas, tapi terlihat cukup nyaman untuk ditempati. Mungkin Sean termasuk Pria yang berkepribadian rapi, terlihat dari tatanan ruang kamarnya yang sangat rapi untuk seorang pria single. Ah, kenapa aku jadi memujinya?

Lebih baik aku segera memeriksa apakah ada sisa ruang di almari besar itu untuk beberapa pakaianku? Setidaknya satu atau dua kotak saja sudah cukup untuk pakaian yang kubawa saat ini.

Aku membuka kedua pintu almari itu dan menemukan pakaian Sean yang tertata rapi di salah satu sisi almari saja. Sedangkan satu sisinya masih kosong dan lebih dari cukup untuk kupakai menyimpan pakaianku.

"Ya ampun, sayang. Ternyata kamu disini? Mom pikir kamu masih belum sampai." Suara ibunya Sean membuatku agak kaget karena tidak menyadari kedatangannya. Kapan beliau datang dan sejak kapan sudah berdiri di sana?

"Ah, mom. Iya, aku sedang ingin menata pakaianku ke dalam almari ini. Kebetulan ada yang masih kosong. Jadi, bisa kupakai." Jawabku.

"Sean memang begitu, dia memang selalu mengosongkan satu sisi almari nya. Katanya kalau ada saudara ada temannya yang mau menginap, dan tinggal beberapa hari dengannya, ada ruang untuk menyimpan barang-barang mereka." Ujar Mom Keisha.

"Oh, memangnya Sean sering ada teman yang menginap sampai berhari-hari ke sini, mom?" Tanyaku penasaran. Siapa tahu ibu Sean ini tahu bahwa anaknya sering membawa wanita sewaan ke kamarnya. Mungkin saja kan?

"Sering. Kalau bukan kakak - kakaknya ya mungkin teman kuliahnya dulu." Jawab Mommy.

"Perempuan?" Tanyaku memancing.

"Tenang saja, Sean tidak pernah membawa perempuan pulang kesini maupun ke rumah. Kamu satu-satunya perempuan itu, Fany. Mom rasa Sean benar-benar mencintaimu, sampai - sampai ia menolak untuk kami jodohkan dengan gadis yang sudah kami pilihkan." Ucap Mom. Mati saja kau Sean, ibumu bahkan tidak tahu seberapa brengseknya kamu selama ini.

"Oh iya mom. Maaf, aku sambil beres-beres." Ucapku sambil mengambil beberapa pakaianku dari koper dan memindahkannya ke dalam almari.

"Tidak apa-apa sayang. Lanjutkan saja!" Ucapnya. "Ngomong-ngomong, dimana Sean?" Tanya mom lagi. Apa Sean tidak mengatakan pada ibunya bahwa ia tidak mengambil cuti meskipun dia adalah bos di perusahaannya sendiri?

"Sean pergi ke kantor, mom. Kelihatannya tadi buru-buru. Mungkin ada sesuatu yang penting dan mendesak." Jawabku.

"Anak itu benar-benar. Seharusnya dia ambil cuti beberapa hari dan pergi liburan sama kamu. Itung-itung bulan madu atau semuanya." Cibir mom.

"Tidak apa-apa, mom. Tidak usah pergi ke mana-mana, kami tetap merasa nyaman." Ucapku.

"Baiklah, Sean memang tidak salah memilih." Ujarnya terdengar seperti sebuah pujian. Tapi sebenarnya ia harusnya mengutuk anaknya sendiri yang sudah menjebakku dalam situasi seperti ini. Andai dia tahu, mungkinkah juga semua ini tidak akan terjadi andainya aku bisa menolak? "Mom ke dapur dulu. Kamu pasti belum makan, mom akan coba buatkan makanan untuk kamu." Lanjutnya.

"Tapi, mom. " Tidak sopan rasanya jika aku membiarkan ibu mertuaku masak makanan untukku, sedangkan aku masih sibuk dengan kepentingan ku sendiri.

"Tidak apa-apa. Lanjutkan saja kegiatanmu." Ujarnya.

Memiliki ibu seperti Mom Keisha mungkin adalah sebuah keberuntungan, tapi memiliki suami seperti Sean bisalah dianggap sebagai keberuntungan juga? Meskipun dia tampan dan mapan, kenapa aku belum tertarik padanya? Jangankan bisa menyayanginya, tertarik untuk melihatnya saja tidak. Padahal aku akui dia termasuk type pria idaman jika dilihat dari fisik dan materinya. Aih,, aku sama sekali tidak mengerti bagaimana jalan pikiranku saat ini. Mungkin aku hanya tidak bisa menerima cara kami bertemu dan menikah. Mungkin jika kami dipertemukan dalam situasi yang lebih baik, aku bisa setidaknya sedikit menyukainya.

.......

Aku keluar dari kamar, dan menemui mommy di dapur. Wanita itu terlihat agak sibuk memasak sesuatu. Seharusnya akulah yang ada di tempat itu saat ini, seharusnya aku yang menyiapkan hidangan makanan untuk beliau, bukan seperti ini, terbalik.

"Mom, biar aku saja yang melanjutkannya. Aku sudah selesai." Kataku mendekat dan melihat apa yang sedang beliau masak.

"Tidak. Kau bantu mom saja siapkan peralatan makannya. Kita akan makan berdua!" Ujar Mommy.

"Baiklah, mom. Tapi, apa mom tidak lelah?" Tanyaku.

"Tidak. Mom sudah biasa masak setiap hari di rumah. Daddy kalian tidak bisa makan makanan selain masakan mom. Katanya kurang lengkap jika belum mencicipi masakan mommy sehari saja." Ujarnya seperti sedang membanggakan hasil karyanya. Tapi, melihat berapa daddy menghargai mommy, kenapa aku jadi merasa iri padanya? Apakah Sean kelak akan seperti ayahnya? Apa Sean nanti juga bisa bersikap manis seperti kedua lansia yang sedang kukagumi itu?

"Ngomong-ngomong mom, apa Sean selalu dingin sama semua karyawannya?" Tanyaku sambil meletakkan dua piring dan gelas kosong ke atas meja makan kecil yang terletak beberapa meter dari tempat mom berdiri memunggungiku.

"Sebenarnya dia tidak begitu. Sikapnya yang dingin itu hanya sebagai tameng buat dia." Jawaban mom membuatku tidak mengerti sama sekali, apa yang membuat Sean seperti itu sebenarnya?

"Tameng?" Tanyaku lagi. Meskipun aku tidak peduli dengan sikapnya, setidaknya aku mendapatkan topik untuk dibicarakan bersama mertuaku ini, daripada aku harus diam seperti dua orang yang sedang berseteru saat ini.

"Iya, itu semua karena masa lalunya. Namanya Sania Risky, dia biasa memanggilnya Sry. Dia cinta pertama Sean waktu masih duduk di bangku SMA." Ujar mommy. Cinta pertama? Saat SMA? Aku tidak menyangka bahwa orang seperti Sean bisa jatuh cinta. "Mereka menjalin hubungan lebih dari tiga tahun dan tiba-tiba saja Sry menghilang dari hidup Sean seperti ditelan bumi. Setahun berikutnya mereka kembali dipertemukan tapi, pertemuan itulah yang membuat Sean kecewa berat pada Sry. Ternyata gadis itu sudah menikah dan sedang mengandung. Saat itu Sean sangat kecewa karena merasa dikhianati. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang gadis, namanya Arinka. Tapi, mom tidak tahu kemana gadis itu sekarang, Sean belum pernah mengenalkan pada kami. Waktu itu, Sean mengatakan bahwa ia ingin menikahi Arinka. Tapi Arinka tiba-tiba saja menghilang, Mom tidak tahu kemana perginya Arinka. Mungkin itu juga yang membuat Sean kecewa, disaat ia ingin serius dengan hubungannya, gadis yang ia cintai justru pergi meninggalkannya tanpa jejak." Lanjut mommy menceritakan semuanya.

Aku mengangguk anggukkan kepalaku seakan mengerti apa alasan Sean jadi se menyeramkan saat ini. Ternyata seperti itu kejadiannya. Aku tidak menyangka kekecewaan terhadap pasangan membuat Sean bisa berubah seperti iblis.

"Oh ya, sebenarnya Sean itu anak yang baik dan penyayang. Siapapun gadis yang ada disampingnya pasti akan merasakannya." Ujar mom lagi.

Penyayang? Yang benar adalah pemaksa. Itu baru aku setuju.

"Dan mom bersyukur ada kamu yang bisa melunakkan hati Sean yang selama ini beku. Mom pikir mom tidak akan melihat anak bungsu mom itu menikah. Terimakasih telah mau mewujudkan keinginan mom untuk melihat Sean menikah." Ucap mom Keisha lagi.

"Mom berlebihan. Aku hanya menjalani hidupku seperti yang seharusnya." Ucapku. Yang seharusnya tidak terjadi batinku melanjutkan.

"Ya sudah. Makanannya sudah siap, ayo makan dulu. Kamu pasti sudah lapar." Ujar mom sambil memindahkan hasil masakannya yang sudah diletakkan di piring saji ke atas meja makan.

"Hm, masakan mom sangat harum. Pasti rasanya sangat enak." Pujiku.

"Kamu bisa masak?" Tanya Mom.

"Sedikit, mom. Aku senang jika mom bersedia mengajariku memasak." Kataku.

"Tentu saja. Mom senang bisa mengajarimu. Setelah makan bagaimana kalau kita isi kebersamaan kita hari ini untuk belajar memasak dan membuat kue." Usul mommy.

"Tidak masalah mom. Aku akan belajar dengan sungguh - sungguh." Jawabku. Mungkin mom Keisha bisa menghilangkan rasa bosanku dan juga mengurangi kebencianku pada takdirku yang harus hidup bersama Sean. Tidak apa-apa, untuk kali ini, aku akan belajar lebih menerima kehidupan baruku. Menerima Sean sebagai sebagian hidupku, dan menerima kenyataan bahwa aku telah dimiliki Sean seutuhnya.

Bersambung....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!