NovelToon NovelToon
Bukan Salah Takdir

Bukan Salah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Psikopat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Mengubah Takdir
Popularitas:419
Nilai: 5
Nama Author: MagerNulisCerita

Dua keluarga yang terlibat permusuhan karena kesalahpahaman mengungkap misteri dan rahasia besar didalamnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagerNulisCerita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kelakuan Aldi

Sore Hari di Villa Bogor

Selepas perjalanan panjang berjam-jam menuju villa di kawasan Bogor, tanpa menunggu lama setelah Tiara meletakkan barang-barangnya. Begitu memasuki kamar, rasa lelah yang hinggap di tubuhnya seakan menarik paksa kelopak matanya untuk terpejam. Ia pun akhirnya terlelap dan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

kemudian, malam harinya, baik Tiara, mbok Dharmi, dan pak Yusuf melakukan masak masak dikebun belakang. Ya, tiara sangat menikmati meskipun tanpa didampingi keluarganya.

“Mbok, dagingnya tadi belum dibawa ke sini ya?” tanya Tiara sambil menoleh ke arah meja.

“Waduh, iya Non. Mbok kelupaan,” jawab Mbok Dharmi sembari menepuk keningnya. “Biar simbok ambil, ya.”

“Eh, nggak usah, Mbok. Tia aja yang ambil sekalian mau ambil ponsel.” Tiara tersenyum kecil.

“Lho, Pak Yusuf ke mana ya Mbok? Tia mau minta tolong angkatin pemanggang ke sini,” lanjut Tiara sambil menjinjing keranjang kecil.

“Oh, tadi pamitnya mau angkat telepon dari rumah,” jelas Mbok Dharmi.

“Oh gitu. Pantesan dicari nggak ketemu. Ya sudah, Mbok. Tia ke dalam dulu.”

Beberapa saat kemudian, acara BBQ pun berlangsung meriah meski sederhana. Hawa dingin khas Bogor yang menusuk tulang terasa hangat berkat canda tawa kecil yang tercipta di antara mereka. Setelah semuanya selesai dibereskan, mereka kembali ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri dan beristirahat. Besok pagi rencananya mereka akan pergi memetik stroberi di kebun dekat villa.

Di Rumah Utama Keluarga Hutomo

Sementara itu, di kediaman utama keluarga besar Hutomo, suasana makan malam yang awalnya tenang dan teratur seperti biasanya mendadak berubah tegang. Alfian datang dengan langkah tergesa dan ekspresi penuh bara. Angga dan Marvino yang tengah menikmati hidangan hanya sempat saling pandang—keduanya sudah dapat menebak bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi.

“Pah! Pah! Pah… mas Angga! Mas!” teriak Alfian lantang begitu memasuki ruang makan.

Hutomo yang sedang memotong daging, mengangkat wajahnya perlahan. Tatapan tajamnya mengamati anaknya yang terlihat terbakar emosi.

“Lihat kelakuan cucu kesayangan papah!” bentaknya sambil menunjuk ke arah Marvino.

Marvino hanya menghela napas panjang, sementara Angga geleng-geleng kepala. Mereka berdua sudah mendengar sebagian ceritanya sebelumnya.

“Tenang dulu, Al,” ujar Hutomo dengan suara stabil yang mengandung wibawa. “Jelaskan baik-baik apa yang terjadi. Jangan emosi dulu. Papa butuh kronologinya.”

Alfian menarik napas panjang, namun suaranya tetap bergetar oleh amarah.

“Aku ingin Aldi, setelah lulus kuliah, magang di perusahaan utama, Pah! Tapi Marvin malah melarang-larang. Banyak alasan. Padahal Aldi itu juga keluarga Hutomo!”

Hutomo melirik Marvino, memberi isyarat untuk menjelaskan.

“Bukan maksud Vino begitu, Kek,” jelas Marvino dengan tenang. “Memang tahun ini perusahaan tidak membuka program magang. Semua sudah penuh. Vino juga sudah kasih solusi: Aldi bisa magang di perusahaan punya Vino sendiri. Tapi Om Fian nggak mau.”

Alfian langsung memotong, “Perusahaan utama itu punya keluarga, Vin! Bukan cuma kamu yang berhak tentuin!”

Hutomo menghela napas berat, meneguk air putihnya sebelum bicara.

“Alfian,” ucapnya dengan nada tegas, “kamu sudah dewasa, sudah punya anak. Tapi kenapa masih kekanak-kanakan? Apa yang Vino lakukan itu benar. Dari dulu Papa tidak pernah mengajari keluarga Papah untuk KKN. Ingat itu baik-baik. Kalau Aldi mau sukses, dia harus mulai dari bawah dulu. Kamu jangan terus memanjakan dia.”

“Tapi, Pah—”

Belum selesai Alfian membalas, Hutomo sudah mengangkat tangan memberi tanda cukup.

“Sudah! Kalian ini sama saja. Selalu mengedepankan ego. Papah tidak memihak siapa pun. Yang Papah inginkan hanya kebaikan kalian semua.”

Alfian menggeleng kecewa. “Papah nggak adil.”

Ia bangkit, mendorong kursi dengan kasar kemudian pergi begitu saja. Suasana meja makan sempat sunyi beberapa saat sebelum akhirnya Hutomo menghela napas panjang.

“Vino,” panggil Hutomo.

“Iya Kek, maafin Vino karena—”

“Sudah,” potong Hutomo lembut. “Apa yang kamu lakukan sudah benar. Om mu hanya sedang emosi. Ayo lanjut makan.”

Suasana kembali cair sedikit. Angga menoleh ke putrinya yang sejak tadi diam.

“Gimana kuliah perdana, Naura sayang?” tanyanya dengan lembut—sebuah kehangatan yang jarang ia tunjukkan.

Naura sedikit kaget. Ia memegang sendoknya dengan canggung sebelum menjawab.

“Eh… seru, Pah. Meriah ospeknya.”

“Nana kemarin jadi ambil jurusan bisnis, kan?” tanya sang kakek, panggilan sayang yang hanya khusus untuk cucu satu-satunya itu.

Naura menelan ludah. “I-iya, Kek. Sesuai arahan Ayah dan Kakek. Lagi pula… jiwa bisnis Nana cukup oke kok.”

Di balik ucapannya yang tegar, Naura menyembunyikan getar kecil dalam hatinya. Ia mencintai art dan design, namun demi membanggakan keluarga ia memilih bisnis—jurusan yang tidak sepenuhnya ia dambakan. Ia tidak ingin mengecewakan Ayah dan Kakeknya.

Hutomo dan Angga mengangguk puas. Sementara Naura hanya tersenyum samar.

Di Sebuah Apartemen di Yogyakarta

Di lain tempat, kehidupan bermoral longgar milik Aldi terus berlanjut. Di sebuah apartemen mewah, ia melemparkan setumpuk uang ke meja.

“Nih upah lu. Ingat ya, setelah lo nerima uang gue, kita udah nggak ada keterikatan apa-apa. Lo untung gue puas,” ucap Aldi sambil tertawa kecil.

Di kampus, gaya hidupnya sudah bukan rahasia lagi. Gonta-ganti pacar, pesta, dan skandal menjadi identitasnya. Puluhan perempuan pernah datang ke rumah Alfian menuntut tanggung jawab. Bahkan beberapa lelaki pun menjadi korban kelakuannya. Alfian sudah tak terhitung dibuat pusing tujuh keliling oleh ulah anak semata wayangnya itu.

Malam itu, Aldi pergi ke bar luar kota untuk mabuk-mabukan melepas stres.

“Cantik… sini dong temenin gue. Ntar gue kasih fulus,” katanya sambil terhuyung.

“Ih, apa sih? Nggak level,” jawab perempuan itu ketus.

“Ape lu kate?” teriak Aldi sambil menjaga keseimbangan.

Ia mencoba mencekik perempuan itu namun jatuh sendiri. Teman-temannya segera menahannya.

“Udah, Men! Udah!” seru mereka panik.

“Kayaknya kita harus bawa pulang Aldi,” ujar Aga.

“Tapi ke apart lu aja, Nes,” timpal Arga.

“Mana bisa! Nyokap gue ada!” Vanes protes.

“Udah deh, antar pulang aja. Resiko dia kalau dimarahin bokapnya,” putus Vanes.

Di Kediaman Alfian

Alfian dan Ratri mondar-mandir cemas menunggu kepulangan Aldi. Begitu pintu diketuk…

Tok… tok… tok…

Alfian membuka pintu dan langsung mendapati anaknya dalam kondisi mabuk berat.

“Pagi, Bro… apa kabar?” sapa Aldi sambil tertawa miring.

“Anak sialan! Nggak tahu diri!” PLAK! PLAK! PLAK!

Aldi memegangi pipinya. “A-ampun, Pah…”

“Sudah Pah… besok pagi saja menegurnya. Kasihan Aldi, ini sudah malam,” ucap Ratri menahan lengan Alfian.

“Ini hasil didikan kamu, Mah! Dia jadi liar! Mulai besok semua fasilitas Papa cabut! Kalau kamu berani bantu dia, fasilitas kamu juga Papa cabut!”

Ratri terdiam, menunduk. Ia tahu suaminya sedang berada di ambang batas kesabaran.

Alfian menyeret Aldi ke kamar mandi lalu mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Amarahnya memuncak—ikat pinggang di tangannya terangkat dan berkali-kali mengenai punggung putranya.

“Ampun, Pah! Ampun! Aldi janji nggak ulang lagi!”

“Sudah, Pah… cukup…” Ratri mencoba menariknya.

Alfian berhenti. “Ini peringatan terakhir. Kalau kamu masih berani ulang, Papa lebih baik nggak punya anak.”

Ia melempar ikat pinggang, menarik napas panjang, berusaha meredakan amarah.

Aldi terisak lirih, sementara Ratri hanya bisa menatap keduanya dengan hati remuk dan segera mengambilkan handuk untuk putranya serta segera mengobati luka sang putra.

1
bebekkecap
😍
bebekkecap
next kak, gasabar pas semuanya kebongkar🤣
AuthorMager: Sabar kak, masih lama...hhehhe
total 1 replies
AuthorMager
Bismillah, semoga banyak pembaca yang berminat. Aamiin
AuthorMager
Selamat menikmati alur cerita yang penuh plotwist
bebekkecap
seru banget kak, lanjut kak
AuthorMager: siap kak, bantu like and share ya kak🤭
total 1 replies
bebekkecap
makin seru aja ini kak ceritanya, sayang kok bisa cerita sebagus ini penikmatnya kurang👍💪
AuthorMager: Aduh makasih kak, bantu share ya kak🙏
total 1 replies
bebekkecap
Bahasa rapi dan terstruktur secara jelas
AuthorMager: duh, jadi terharu. makasih kak
total 1 replies
bebekkecap
Bahasa rapi dan terstruktur secara jelas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!