NovelToon NovelToon
ACADEMY ANIMERS

ACADEMY ANIMERS

Status: tamat
Genre:Akademi Sihir / Fantasi Isekai / Anime / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Reinkarnasi / Tamat
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

Academy Animers, sekolah elit untuk pelajar berkekuatan unik dan bermasalah mental, dijaga Kristal Kehidupan di Crown City. Dipimpin Royal Indra Aragoto, akademi berubah jadi arena Battle Royale brutal karena ambisi dan penyimpangan mental. Indra dan idealis (Akihisa, Miku, Evelia) berjuang mengembalikan misi akademi. Di lima kota inti, di bawah Araya Yamada, ketamakan dan penyalahgunaan kekuatan Kristal merusak moral. Obsesi kekuatan mendorong mereka menuju kehancuran tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Deffered Hope

Keesokan harinya, suasana di Kelas F terasa berbeda. Indra memasuki kelas dengan sikapnya yang biasa, tampak dingin dan sedikit malas. Evelia juga terlihat normal, menyapa teman-temannya dengan senyum manis khas Ketua Kelas. Namun, begitu mereka duduk, Akihisa dan Miku menatap mereka dengan tatapan datar yang penuh kecurigaan.

Akihisa menyipitkan mata. "Selamat pagi, kalian berdua. Ada yang aneh dengan leher kalian, ya?" tanyanya, suaranya mengandung ejekan. Miku mengangguk setuju, matanya tertuju pada tanda kemerahan samar di leher Indra dan Evelia.

Indra, yang langsung menyadari apa yang dimaksud Akihisa, segera menunjukkan sikap defensif. Wajahnya langsung memerah. Ia menarik kerah kemejanya lebih tinggi dan mengelak. "Itu? Aku digigit... nyamuk semalam. Nyamuk di Crown City ini ganas sekali," gerutunya, suaranya sedikit gugup.

Namun, Evelia tidak berbohong. Ia tersenyum polos dan menjawab jujur. "Kami berciuman semalam," katanya santai, sambil menyentuh lehernya sendiri. Indra, yang tidak siap dengan kejujuran frontal itu, segera menjerit tertahan dan membenamkan wajahnya di meja dengan malu luar biasa.

Miku dan Akihisa kompak terkejut, mata mereka membulat. Akihisa segera mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kalian... kalian sampai melakukan 'itu'?" bisik Akihisa, suaranya mengecil, penuh rasa ingin tahu. Evelia menggelengkan kepala.

Evelia terkekeh, lalu menjelaskan sambil melirik Indra yang masih bersembunyi. "Setelah kami berciuman di mobil, aku sempat menggoda, tapi Indra langsung menghentikanku. Dia bilang," Evelia menirukan suara malu-malu Indra, "dia ingin melakukan 'itu' hanya jika sudah menikah denganku. Tentu saja, aku mengangguk senang." Indra tetap memendamkan wajahnya, berharap bisa menghilang dari muka bumi.

"Omong-omong, kami juga punya berita gembira!" seru Akihisa, menarik perhatian dari drama Indra. Akihisa dan Miku berpegangan tangan. "Aku dan Miku sudah resmi berpacaran!"

Wajah Evelia langsung berseri-seri. "Itu kabar bagus! Selamat untuk kalian berdua!" Di bawah meja, Indra perlahan mengangkat kepalanya sedikit, wajahnya masih sedikit merah. "Selamat," gumamnya, meskipun suaranya tidak sepenuhnya kembali normal. Setidaknya, kini ada pasangan lain di kelas mereka yang bisa menjadi objek perhatian.

Miku, yang masih terkejut dengan pengakuan ciuman itu, mencondongkan tubuhnya ke arah Evelia lagi, wajahnya penuh kekhawatiran seorang sahabat. Ia berbisik pelan, hanya untuk memastikan. "Evelia, sungguh? Kalian benar-benar tidak sampai melakukan 'itu'?"

Evelia menatap mata Miku dengan kejujuran yang menenangkan. Ia mengangguk. "Tentu saja, Miku. Aku kan sudah bilang, Indra yang menghentikannya. Dia ingin menunggu sampai kami menikah." Evelia tersenyum tulus, merasa dihargai dengan batasan yang dibuat Indra.

Sementara para gadis berbisik, Akihisa menarik kursinya lebih dekat ke Indra. Ia memasang ekspresi licik dan merendahkan suaranya hingga nyaris tak terdengar. "Hei, Indra," bisiknya. "Kau yakin tidak diapa-apakan oleh Evelia? Maksudku, dia kan yang tertua di antara kita berempat. Pasti dia yang lebih agresif, kan?"

Indra, yang baru saja pulih dari rasa malu sebelumnya, harus kembali mengakui ketidakberdayaannya. Ia membalas bisikan Akihisa, suaranya dipenuhi ketakutan yang lucu. "Dia... dia mengerikan, Akihisa. Aku tidak berani macam-macam dengannya. Untung saja aku sempat menjentikkan jariku untuk menghentikan situasi," kata Indra, mencoba terlihat gagah padahal ia hanya ketakutan.

Evelia, yang memiliki pendengaran tajam, hanya tersenyum tipis ke arah mereka berdua. Senyumnya itu dingin namun manis, berhasil mengirimkan getaran tak menyenangkan ke punggung Akihisa dan Indra. Seolah-olah dia tahu persis apa yang mereka bisikkan.

Akihisa seketika mengerti. Ia menegakkan tubuhnya, rasa ingin tahu dan godaan di matanya menghilang, digantikan oleh rasa hormat yang aneh. "Baiklah, aku tidak akan bertanya lebih lanjut," ujar Akihisa, menyerah. Ia menyadari bahwa di balik pesona Ketua Kelas yang manis itu, tersembunyi kekuatan dominan yang bahkan bisa membuat Pangeran Mahkota tak berkutik.

.

.

.

.

.

...

.

.

.

Akihisa kembali mencondongkan tubuhnya ke arah Indra, siap melanjutkan obrolan santai mereka. Tepat pada saat itu, Evelia yang duduk di meja depan, menoleh ke belakang, matanya yang ungu sedikit menyipit—sebuah tatapan yang kini cukup Indra dan Akihisa waspadai.

Akihisa, yang belajar dari pengalaman, langsung mengangkat kedua tangan dalam gesture menyerah. "Aku bersumpah, Evelia, kami tidak sedang membicarakanmu," katanya dengan cepat. Evelia hanya tersenyum tipis dan kembali menghadap ke depan, tetapi pesan itu sudah tersampaikan: dia mengawasi.

Setelah memastikan Evelia kembali fokus ke mejanya, Akihisa merendahkan suaranya lagi. "Oke, lanjut. Aku baru tahu sesuatu yang aneh tentang struktur sekolah ini. Ternyata, Akademi ini tidak ada tingkatan grade seperti sekolah pada umumnya, tahu? Tidak ada siswa tahun pertama, kedua, atau ketiga. Semua status kita sama rata."

Indra yang sedang menopang dagunya, mendengarkan dengan serius. Ia mengangkat alisnya. "Tidak ada tingkatan? Lalu apa?" tanya Indra, yang sebagai Pangeran Mahkota selalu terbiasa dengan struktur hierarki yang ketat.

Akihisa mengangguk. "Ya, itu yang aneh. Yang membedakan hanya tingkat kemampuan yang diukur saat ujian masuk. Yaitu dari Kelas S sampai F saja." Akihisa melanjutkan penjelasannya. "Kelas S itu untuk yang kekuatannya paling ekstrem, genius murni, atau punya potensi kehancuran tertinggi. Sementara Kelas F... ya, itu kita. Kelas yang dianggap paling bermasalah secara psikologis, atau punya kekuatan yang sulit dikontrol."

"Jadi," simpul Akihisa, "kita semua dianggap berada di level yang sama di mata akademi, tapi kita dipisah berdasarkan potensi kekacauan kita. Kelas F adalah tempat mereka menampung semua bom waktu, termasuk Pangeran Mahkota yang malas dan Ketua Kelas yang manis. Kurasa ini semua adalah bagian dari game besar Araya untuk melihat seberapa cepat kita saling menghancurkan." Indra mendengarkan, matanya menyipit penuh perhitungan. Struktur akademi ini benar-benar didesain untuk memicu 'tradisi' brutal.

Indra kembali menopang dagunya, matanya memandang kosong ke depan. "Kalau begitu, bukannya Kelas F itu termasuk kelas paling lemah? Karena berada di tingkat paling bawah," tanyanya, suaranya sedikit meremehkan.

Akihisa mengangguk. "Secara teori, ya. Kelas F adalah bottom-of-the-barrel dari segi kestabilan mental atau pengendalian kekuatan. Tapi itu yang aneh, Indra. Kekuatan Dual Gun dan terutama Heavy Railgun es-mu—itu kemampuan yang sangat langka dan kuat! Aku yakin itu sudah lebih dari cukup untuk menempatkanmu di Kelas S bersama para jenius dan monster murni."

Indra menggelengkan kepala, menyiratkan bahwa dia sudah pernah memikirkan hal itu. "Aku juga tidak tahu. Pihak akademi yang menempatkanku di sini. Mereka bilang ada 'isu stabilitas emosional' yang perlu diawasi," jelas Indra. Ia menyeringai tipis. "Tapi sejujurnya, aku tidak peduli. Yang terpenting, di Kelas F aku merasa nyaman."

"Nyaman?" tanya Akihisa, sedikit bingung. "Nyaman di tengah kekacauan?"

"Nyaman karena tidak ada yang menuntutku untuk bersikap seperti Pangeran Mahkota sejati," balas Indra. Ia kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi. "Ngomong-ngomong soal Kelas S, aku punya sepupu di sana. Namanya Nuita Elysion. Aku yakin dia sekelas dengan Araya. Dia jenius sejati, tapi aku yakin dia bertolak belakang dengan Araya, meskipun sama-sama pintar. Dia tidak akan pernah menyukai tradisi gila ini."

Akihisa menyilangkan tangan. "Nuita Elysion, ya? Itu informasi yang sangat berharga. Jika kita bisa mendekati seseorang di Kelas S yang tidak pro-Araya, kita mungkin bisa mendapat informasi orang dalam," ujar Akihisa. "Kita harus berhati-hati. Araya pasti tahu hubunganmu dengan Nuita. Tapi ini adalah celah besar dalam pertahanan Araya." Akihisa dan Indra saling pandang, pikiran mereka berputar, merencanakan bagaimana mereka bisa menghubungi sekutu potensial di kelas tertinggi itu.

.

.

.

.

...

.

.

.

Setelah percakapan serius tentang struktur Akademi, Indra mengeluarkan smartphone canggihnya. Ia menggeser layar dan menunjukkan sebuah foto dari media sosial—foto seorang wanita muda berambut biru gelap panjang dengan kacamata, mengenakan seragam akademi dan jubah hitam, sambil memegang koper besar. Foto itu adalah Nuita Elysion.

"Ini dia, Nuita Elysion," kata Indra, menyodorkan ponselnya ke Akihisa. Akihisa menatap foto itu dengan mata terbelalak. "Gila! Dia tampak persis seperti seorang jenius yang berbahaya!" seru Akihisa.

Indra menarik ponselnya sedikit. "Kau pernah bertemu dengannya di Akademi? Karena dia ada di Kelas S, kurasa kau pasti pernah berpapasan dengannya, kan?" tanya Indra penuh harap.

Akihisa menggelengkan kepala. "Tidak pernah. Aku menghindari semua tempat yang mungkin ada anak Kelas S. Mereka semua terlalu intens untukku." Indra menatapnya datar sejenak, lalu memukul pelan lengan Akihisa. "Lalu kenapa kau sok tahu dan malah antusias tadi?!"

Akihisa mengusap lengannya. "Hei, aku kan hanya menyimak informasi strategis! Tapi serius, lihat penampilannya. Dia terlihat sangat formal dan... terorganisir. Tapi, apa isi koper hitam besar yang dia bawa itu? Itu pasti berat sekali," komentar Akihisa sambil menunjuk ke koper di foto.

Indra menyeringai. "Itu bukan koper biasa. Itu adalah senjatanya. Nuita adalah master di bidang senjata. Dia bisa mengeluarkan dan merakit banyak jenis senjata dari koper itu; mulai dari sniper rifle hingga granat dengan modifikasi magis. Aku harus bilang, dia benar-benar gila senjata." Akihisa terlonjak dari kursinya, matanya berkilauan penuh kekaguman. "Wah! Master senjata di Kelas S! Aku semakin suka dengan sepupumu itu!"

Melihat Akihisa melompat dari kursi dengan mata berbinar dan Indra yang antusias menjelaskan sesuatu dari ponselnya, suasana heboh itu menarik perhatian para kekasih mereka. Evelia dan Miku segera mendekati kedua pria itu.

Miku, yang kini berdiri di sebelah Akihisa, menyipitkan mata dan langsung melontarkan pertanyaan tajam. "Siapa yang kau suka sekarang, Akihisa? Kau terlihat terlalu bersemangat. Padahal baru kemarin kita pacaran!" tanya Miku dengan nada pura-pura cemburu, melipat tangannya di dada.

Sementara itu, Evelia mencondongkan tubuhnya ke sisi Indra, matanya yang ungu penuh rasa penasaran dan kecurigaan tertuju pada foto di layar ponsel. "Siapa foto wanita ini, Indra? Kenapa kau harus melihat fotonya di kelas?" tanya Evelia, nadanya lebih lembut dari Miku, tetapi kekhawatiran itu jelas.

Indra menghela napas, menyadari bahwa ia tidak akan bisa menyembunyikan apa pun dari kedua wanita ini. "Tenang, Evelia. Dia adalah Nuita Elysion, sepupuku," jelas Indra, menunjukkan foto itu. "Dia berada di Kelas S, dan aku yakin dia tidak setuju dengan tradisi gila Araya. Dia mungkin adalah sekutu yang kita butuhkan."

Akihisa mengambil alih penjelasan dengan penuh semangat. "Dan dia seorang Master Senjata! Dia membawa semua senjata rakitannya dalam koper hitam itu! Dia bukan target romantis, Miku! Dia adalah target strategis!"

Miku dan Evelia saling pandang, rasa curiga mereka mereda digantikan oleh pemahaman akan situasi yang serius. "Kelas S?" bisik Evelia. "Kalau begitu, kita harus menghubunginya. Tapi bagaimana? Araya pasti mengawasinya ketat, mengingat dia sepupumu." Mereka berempat kini membentuk lingkaran kecil, kepala mereka berdekatan. Suasana obrolan berubah drastis dari drama romantis menjadi perencanaan strategis yang serius.

Indra menatap foto sepupunya, Nuita Elysion, di ponselnya. "Percuma mencoba menghubunginya melalui pesan atau telepon. Araya pasti menyadap semua komunikasi di dalam akademi," kata Indra, menurunkan ponselnya. "Lebih baik kita menemuinya langsung."

Evelia langsung bertanya, rasa penasaran tergambar jelas di wajahnya. "Menemui langsung? Bagaimana caranya? Kelas S pasti punya area terpisah, dan kita tidak bisa berkeliaran seenaknya di luar wilayah Kelas F. Apalagi Nina pasti mengawasi kita." Miku dan Akihisa juga menyimak, menunggu rencana Pangeran Mahkota yang sedang jatuh cinta itu.

Indra menyeringai kecil. "Tentu saja kita tidak akan menemuinya di akademi. Kita akan ke tempat di mana Araya tidak memiliki kendali langsung. Kita akan pergi ke Atlas City," jelas Indra. "Dia tinggal di apartemen mewahnya di sana. Jauh dari pantauan Akademi."

Mendengar kata "mewah," mata Akihisa langsung berbinar. "Atlas City! Apartemen mewah! Aku harap di sana ada banyak konsol game terbaru!" Indra terkekeh melihat antusiasme Akihisa. "Nuita memang punya banyak koleksi game di konsolnya, tapi dia lebih suka melakukan tata rias di waktu luangnya."

Evelia dan Miku saling pandang, lalu tersenyum penuh arti. "Kalau begitu, kami berdua akan ikut," kata Evelia tegas. Miku mengangguk. "Aku harus melihat koleksi make-up master senjata itu. Sekaligus melindungi kalian dari bahaya di luar kota."

Indra setuju. "Baiklah. Kita akan berangkat bulan depan. Aku tidak bisa datang mendadak. Aku harus menyusun jadwal pertemuan resmi dengan Nuita. Dia sangat terorganisir dan tidak suka diganggu mendadak, meskipun itu aku sepupunya," jelas Indra. "Sampai saat itu, mari kita jalani kehidupan normal kita di Kelas F, dan hindari perkelahian yang tidak perlu."

.

.

.

Miku dan Akihisa mengangguk, menyerap semua informasi strategis tentang Nuita dan struktur Akademi. Akihisa kini terlihat sedikit lebih serius. "Aku mengerti, Indra. Kita tidak bisa gegabah. Kita akan lebih berhati-hati," ucapnya, nadanya tidak lagi slengean seperti biasanya.

Evelia yang duduk di sebelah Indra, meraih ujung blazer hitam Indra. Ia menariknya pelan hingga wajah Indra agak mendekat. "Karena Nina mengincarku, dan untuk alasan keamanan—tentu saja—aku akan mulai menempel padamu, Indra. Apa tidak apa-apa?" tanyanya dengan nada menggoda.

Indra merasakan lonjakan rasa malu yang familier, tetapi kali ini ia menyadari itu juga adalah cara Evelia untuk merasa aman. Ia hanya bisa mengangguk pasrah. "Ya... tidak apa-apa," jawab Indra singkat. Evelia tersenyum lebar, puas dengan jawaban itu, dan seperti biasa, ia mengelus kepala Indra dengan gemas.

Waktu berlalu, dan hampir tiba bulan depan, saat mereka berempat sudah siap untuk menjalankan misi mereka ke Atlas City. Namun, sebuah pengumuman dari speaker Akademi mengubah rencana mereka. "Perhatian seluruh murid! Akademi akan mengadakan Festival Teater di akhir bulan ini!"

Mendengar pengumuman itu, Miku, yang punya bakat magis di bidang seni, langsung bersemangat. "Festival Teater? Aku selalu ingin melihatnya! Bagaimana kalau kita tunda jadwal bertemu Nuita? Kita kan tidak sering punya acara normal di sini," usul Miku. Indra, Akihisa, dan Evelia sepakat. Misi mencari sekutu ditunda, digantikan dengan rencana menikmati festival.

Setelah mengikuti Festival Teater, kehidupan belajar di Akademi berjalan dengan sangat normal selama beberapa bulan berikutnya.

Tidak ada 'tradisi' mendadak, tidak ada serangan dari Nina Yamada, dan bahkan Araya Yamada serta tangan kanannya, Kizana Shoujin, menghilang dari pandangan. Di tengah ketenangan yang tidak terduga ini, hubungan Evelia dan Indra serta Miku dan Akihisa terjalin semakin erat, menjadikan mereka tim yang solid, siap menghadapi kekacauan berikutnya.

1
Dòng sông/suối đen
Susah move on
IND: betul 😭😭
total 1 replies
Kaylin
Bagus banget, sarat makna dan emosi, teruskan thor!
IND: akan ada lanjutannya Shirayuki Sakura judul nya nanti
total 1 replies
Dzakwan Dzakwan
Duh, seru euy! 🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!