Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Aku tetap bekerja seperti biasa nya, tapi hari ini aku tidak begitu fokus karena aku teringat dengan hadiah yang di bawa oleh suami ku dari Kampung halaman nya. Aku begitu penasaran dengan benda itu, kenapa mertua ku seperti sangat senang sekali sudah memberi ku sebuah hadiah.
Jam 5 sore aku pulang ke rumah, aku mengendarai mobil ku dengan kecepatan tinggi. sebab aku sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan suami ku, rindu ini rasa nya sudah membuncah di dalam dada.
Aku tiba di rumah ku lebih lambat karena jalanan yang lumayan macet, aku segera masuk ke dalam rumah dan aku tidak menemukan suami ku. Biasanya dia menunggu ku pulang dengan duduk di ruang tamu, tapi hari ini dia tidak ada di sana.
'Mungkin dia ada di ruang keluarga' Aku membatin di dalam hati.
Dari kaca pembatas antar ruangan aku melihat suami ku ada di sana, tapi dia tidak sendiri. Dia bersama seorang wanita dengan rambut sebahu, wanita itu memeluk suami ku dengan mesra. Mereka belum menyadari kehadiran ku, dan aku terpaksa menghentikan langkah ku ketika mendengar wanita itu berbicara pada suami ku.
"Mas, aku gak mau tidur di kamar tamu, aku mau nya tidur di kamar utama. Tadi aku udah lihat kamar utama itu paling besar di rumah ini. kamu suruh aja istri pertama mu tidur di kamar tamu!" Perempuan itu berkata sambil memeluk mas Randi dengan mesra.
"Iya sayang, untuk malam ini kamu tidur di kamar tamu dulu ya, besok baru kamu pindah ke kamar utama!" Mas Randi berkata pada wanita itu sambil mencium bibir nya.
'Astagfirullah hal adzim, siapa wanita itu?' Aku membatin di dalam hati sambil mengelus dada.
"Beneran ya mas, pokok nya besok aku harus tidur di kamar utama?" Perempuan itu masih memeluk mas Randi.
"Tentu sayang, mas kan pemilik rumah ini, jadi mas akan melakukan apa saja yang akan membuat mu bahagia!" Mas Randi berkata lagi pada wanita tersebut.
Hati ku panas mendengar mas Randi memanggil wanita itu dengan sebutan sayang, aku pun segera melangkah mendekati kedua nya.
"Mas!!!" Aku memanggil suami ku.
Mas Randi langsung melepas kan pelukan nya pada wanita itu dan dia berdiri menyambut kedatangan ku.
"Dek, kamu sudah pulang! Mas kangen sama kamu!" Mas Randi segera memeluk ku.
Aku melihat wanita itu tampak kesal ketika mas Randi memeluk ku, dia sangat tidak suka melihat kedatangan ku.
"Mas, siapa dia mas?" Aku langsung bertanya pada mas Randi ketika dia melepas kan pelukan nya pada ku.
"Dek, perkenalkan, ini nama nya Mia, dia,,,,!"
"Aku istri nya mas Randi!" dengan cepat wanita bernama Mia itu menjawab sebelum mas Randi menyelesaikan ucapan nya.
"Apa maksud dari semua ini mas?" Aku bertanya pada suami ku.
"Duduk dulu dek, mas ingin jelas kan sesuatu pada mu!" Mas Randi langsung membimbing ku untuk segera duduk di sisi nya.
Aku pun segera duduk di samping suami ku, Perempuan bernama Mia itu juga tak mau kalah. Dia duduk di samping mas Randi juga, jadi posisi mas Randi sekarang di apit oleh kami berdua.
"Begini dek, Mia ini adalah istri mas juga. Mas menikahi nya karena kau belum bisa memberi mas keturunan, sementara Bapak dan Ibu menginginkan cucu dari mas!" Mas Randi berbicara dengan lancar seperti aliran air sungai Musi.
Ucapan mas Randi bagai kan petir di siang bolong yang menyambar tubuh ku, seketika aku merasakan tubuh ku lemas ketika mendengar kan perkataan nya.
"Mas, kenapa kau sejahat ini?" Aku pun tak mampu membendung air mata ku lagi.
"Maaf kan mas dek, mas janji akan bersikap adil pada kalian berdua, mas yakin Mia pasti akan segera hamil!" Mas Randi berkata tanpa sedikit pun memikirkan perasan ku.
"Apa kurang ku pada mu mas? jika masalah keturunan, bukan kah kita sudah sama - sama memeriksakan diri dan dokter berkata bahwa kita sehat- sehat saja, hanya menunggu waktu saja!" Aku pun menangis terisak di hadapan suami ku dan juga istri kedua nya.
"Semua itu pasti salah, pasti kau yang mandul. Lihat saja aku pasti akan segera hamil anak nya mas Randi!" Mia berkata dengan percaya diri dan senyuman penuh ejekan dia tujukan pada ku.
Hati ku begitu hancur mendapati semua fakta ini, mas Randi dengan tega - tega nya membawa madu untuk ku saat dia mudik lebaran ke kampung halaman nya.
"Sudah lah dek, mas harap kau menerima Mia dengan baik, mas ingin kalian akur di rumah ini!" Mas Randi berkata dengan enteng nya.
"Benar apa yang di katakan oleh mas Randi mbak, mbak harus menerima ku karena aku juga istri nya mas Randi. Status kita sama di rumah ini, aku juga punya hak yang sama di rumah ini!" Mia berkata dengan rasa percaya diri yang tinggi.
Aku tidak mau mendengar apapun lagi dari mulut mereka, aku melangkah kan kaki ku dengan berat menuju kamar ku di lantai atas. Langkah kaki ku terasa terseok, aku naik ke atas dengan air mata yang mengalir deras.
Aku masuk ke dalam kamar ku dan langsung mengunci pintu nya dari dalam, tubuh ku langsung luruh di balik pintu. Aku merasa sekarang dunia ku benar - benar hancur, aku bahkan tidak sanggup lagi berdiri.
"Tega nya diri mu mas, aku melakukan apapun untuk mu selama ini. Tapi ini lah balasan yang kau berikan pada ku, jahat kau mas, jahat kau mas!" Aku menangis sejadi- jadi nya di dalam kamar ku.
"Ya Allah, jika ini masalah keturunan, kenapa harus aku yang kau beri cobaan ini, kenapa ya Allah?" Aku bertanya pada Allah kenapa aku di beri ujian ini di dalam rumah tangga ku.
Aku hanya bisa menumpahkan kesedihan ku dalam uraian air mata, aku rasa nya tidak sanggup menerima cobaan ini. Aku menangis cukup lama, hingga aku melewati waktu magrib. Aku baru sadar jika ini sudah jam 9 malam, itu arti nya aku sudah menangis selama 3 jam.
Aku segera bangun dan membersihkan tubuh ku, setelah itu aku langsung melaksanakan kewajiban ku, yaitu sholat isya. Tadi aku melewati sholat magrib, karena kesedihan ini.
Aku pun mengadukan semua nya pada yang maha kuasa, aku mengeluh kan semua ini pada Nya. Aku bahkan tidak memiliki semangat lagi untuk melakukan apapun lagi sekarang ini, apa yang sudah di lakukan oleh mas Randi begitu menghancurkan dunia ku.
Drreettt, dreeetttt, aku mendengar ponsel ku berbunyi. Aku pun mengambil ponsel ku yang masih berada di dalam tas kerja ku tadi.
"Ibu? ada apa ibu menelepon ku malam -malam begini?" Aku melihat bahwa ibu mertua ku yang menelepon ku.
"Hallo assalam mu'alaikum bu!" Aku langsung mengucap kan salam pada ibu mertua ku ketika menjawab panggilan nya.
"Gimana Rin, kamu suka dengan hadiah dari ibu kan?" Terdengar suara ibu mertua ku di seberang sana.
Degggg, hati ku rasanya di remas - remas, ternyata ibu mertua ku menelepon ku hanya untuk menanyakan hal ini.