Cerita ini hanya fiktif semata, hanya karangan belaka dari penulis, mohon maaf jika ada ke samaan nama & tempat.
Kisah seorang anak manusia yang mempunyai kelebihan dari anak-anak yang lain yang berjuang bertahan hidup setelah kematian yang tragis kedua orang tua nya yang menjadikan nya seorang penguasa dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira Sakti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMUNCULAN PETAPA SAKTI DI HADAPAN GERHANA
Tanpa disadari, tiba-tiba seorang kakek berpakaian serba putih dengan janggut putih panjang menepuk pundak Gerhana dan berkata lembut, "Assalamualaikum, cucuku Gerhana. Semua ini adalah suratan takdir dari Yang Maha Kuasa. Cucu harus bisa menerima semua ini dengan ikhlas." Gerhana kaget dan menoleh ke belakang.
"Waalaikumsalam. Maaf, kakek siapa ya?" jawab Gerhana sopan.
"Kakek adalah petapa sakti yang lama mengasingkan diri dari dunia luar. Hari ini, Kakek sengaja turun gunung demi menemuimu dan menjemputmu untuk mengajari ilmu kanuragan yang Kakek punya. Ilmu ini akan menjagamu kelak dalam mengarungi kehidupan dunia," jawab kakek itu.
Gerhana kembali bertanya, "Kenapa Kakek begitu yakin pada saya? Sampai-sampai Kakek rela turun gunung demi saya?"
Dengan santai dan senyum manis yang memperlihatkan deretan gigi putihnya, kakek itu menjawab, "Cucuku Gerhana, kamu bukan anak sembarangan. Kamu berbeda dengan anak-anak lain seusiamu. Apalagi kamu lahir pada saat malam Jumat Kliwon dan bertepatan dengan fenomena alam, yaitu gerhana matahari total tepat jam 00.00 malam. Itu sebabnya Kakek sengaja turun gunung untuk menjemputmu. Kakek takut kelak kamu tidak bisa mengontrol kekuatan yang ada pada dirimu dan bisa menyebabkan kamu memilih jalan yang salah dan membuat kerusakan di dunia ini."
Gerhana kembali bertanya, "Sebentar, Kek. Dari mana Kakek tahu kalau saya lahir pada saat malam Jumat Kliwon dan berbarengan dengan terjadinya gerhana matahari total tepat jam 00.00 malam?"
Dengan santai sambil tersenyum, kakek itu menjawab, "Apa kamu lupa, Nak Gerhana, apa yang tadi telah Kakek sampaikan kepadamu? Saya adalah petapa sakti yang telah lama mengasingkan diri dari dunia ini, dan sekarang saya kembali lagi guna untuk menjemputmu, membimbingmu, serta mengajari semua ilmu kanuragan yang Kakek miliki."
Gerhana terdiam beberapa menit, mencoba menelaah perkataan kakek tersebut. Ia menyadari bahwa kakek itu adalah petapa sakti, orang yang dapat mengetahui apa pun yang telah terjadi. Dari penampilannya, kakek ini tidak mungkin berbohong, batin Gerhana.
"Tidak perlu kamu ragu, cucuku Gerhana. Untuk apa Kakek membohongimu atau mengarang cerita untukmu?"
Sekali lagi, perkataan kakek tersebut membuat Gerhana kaget bukan kepalang! Kakek juga bisa membaca isi hati orang lain. Artinya, kakek ini benar-benar petapa sakti seperti yang diucapkannya tadi?
Namun, kali ini kakek itu tidak menjawab, hanya memberikan senyum manis yang sekali lagi memperlihatkan gigi putihnya.
Oh ya, para pembaca pasti bertanya, kenapa seorang kakek-kakek yang sudah tua masih memiliki deretan gigi yang bagus dan putih? Karena kakek petapa sakti ini sangat rajin menjaga mulutnya dari makanan yang tidak bersih dan selalu menjaga lisannya dengan berzikir. Bahkan, hampir seperempat umurnya dihabiskannya hanya untuk berzikir tanpa berhenti sedikit pun. Sekalipun tertidur, ia tetap berzikir.
Kita kembali lagi ke Gerhana. "Baiklah, Kek. Saya percaya kepada Kakek. Saya akan ikut bersama Kakek, tapi izinkan saya mengurus kedua orang tua saya untuk terakhir kalinya dengan memandikan serta menguburkan jasad mereka dengan layak," pinta Gerhana.
"Baiklah, cucuku. Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan sebagai bentuk pengabdianmu yang terakhir kepada kedua orang tuamu," jawab sang kakek.
Akhirnya, dengan langkah gontai, Gerhana berusaha mengangkat jasad ayahnya, kemudian jasad ibunya untuk dimandikan serta disalatkan. Meskipun air mata berkali-kali jatuh membasahi pipinya saat melakukan pemandian serta menyalatkan kedua orang tuanya, tetap Gerhana lakukan dengan baik dan benar.
Puncaknya tiba saat Gerhana hendak menguburkan kedua orang tuanya ke liang lahat. Di tempat peristirahatan terakhir itu, ia tak kuasa menahan air matanya dan menangis sekencang-kencangnya. Anehnya, tangisannya membuat tanah di tempat tersebut langsung terbelah dua dan berbentuk liang lahat, tanpa harus menggali lagi menggunakan cangkul.
Menyaksikan hal itu terjadi di depan matanya, Gerhana langsung kaget dan tidak percaya. Semua itu terjadi karena dirinya.
Sang kakek hanya tersenyum melihat kejadian tersebut sambil mengelus-elus jenggotnya yang putih serta panjang.
Setelah Gerhana selesai memasukkan jasad ayahnya ke liang lahat, terjadi lagi sebuah kejadian di mana tanah itu menutup dengan sendirinya. Hal yang sama juga terjadi saat Gerhana memasukkan jasad ibunya ke liang lahat.
Setelah dirasa cukup, kakek itu kembali menepuk pundak Gerhana sambil berkata lembut, "Ayo, cucuku, kita berangkat sekarang?"
"Baiklah, Kek. Saya siap sekarang," jawab Gerhana.
Sementara itu, setelah Gerhana memakamkan kedua orang tuanya, barulah kampung tempat tinggalnya menjadi ramai. Tidak ada yang menyangka desa tersebut telah porak-poranda.
Total ada 10 rumah yang habis terbakar, termasuk rumah kedua orang tua Gerhana, Pak Amran dan Bi Tita, akibat ulah komplotan perampok tersebut. Puluhan korban meregang nyawa dengan kondisi mengenaskan, tubuh yang terbakar.
Setelah pergi meninggalkan kampung halamannya, Gerhana dibawa oleh petapa sakti ke suatu daerah yang hanya terdapat hamparan pohon-pohon besar dan hewan buas berkeliaran, seperti macan hutan, kijang, rusa, kucing hutan, monyet, babi hutan, gajah, ular, serta beberapa binatang lain yang hidup di hutan alam terbuka yang belum terjamah oleh manusia.
Gerhana dibawa masuk ke dalam gua, di mana terdapat aliran air terjun. Petapa sakti menyuruh Gerhana duduk di atas batu yang dialiri air terjun tersebut agar dapat menyerap semua kekuatan alam yang ada di sana.
Tanpa banyak bicara, Gerhana langsung melakukan apa yang disuruh petapa sakti. "Apa pun yang terjadi nanti, jangan pernah kamu melawan apa yang akan mencoba masuk ke dalam tubuhmu, cucuku. Meskipun nanti kamu akan merasakan sakit setelah sesuatu itu masuk ke dalam tubuhmu," pesan sang kakek.
"Baik, Kakek," jawab Gerhana.
"Sekarang, pejamkan matamu dan nikmati saja apa yang akan terjadi nanti. Anggap saja kamu sedang bermain-main di suatu tempat yang membuatmu merasa senang dan bahagia," lanjut sang kakek.
Dengan anggukan kecil, Gerhana memejamkan matanya dan mengingat pesan dari kakek tersebut.
Waktu terus berjalan. Gerhana sudah berada di dalam gua tersebut lebih kurang 2 tahun. Di saat yang tepat, kakek petapa sakti menepuk pundak Gerhana. "Bangunlah, cucuku. Kamu sudah berhasil menyerap semua energi yang ada di alam ini dan semua ilmuku sudah aku berikan kepadamu."
"Sekarang, silakan kamu coba ilmu yang sudah kamu terima dari Kakek," kata sang kakek.
Gerhana bangkit dari duduk silanya di atas batu dan memasang kuda-kuda sambil mengayunkan kelima jarinya membentuk telapak tangan ke depan. Dengan sekali tarikan napas,
"HIIIIAAAAAATTTTT!!!!"
Muncul energi yang keluar dari telapak tangan dan menghantam bebatuan di hadapannya. Seketika itu juga, batu itu hancur berkeping-keping tak bersisa.
Gerhana kaget setelah menarik kembali telapak tangannya dan menyaksikan bebatuan tersebut hancur berkeping-keping.
"Bagus, cucuku. Kamu sudah berhasil menguasai semua ilmu yang Kakek miliki dengan benar. Kakek hanya berpesan padamu, di usiamu yang sekarang baru menginjak 12 tahun, dengan kesaktian yang kamu miliki, jangan pernah kamu merasa sombong. Perbanyaklah berbuat kebaikan dan hancurkan semua kebatilan dan kejahatan yang ada di muka bumi ini, apalagi kejahatan itu terjadi tepat di depan matamu. Jangan ragu untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Sekarang kamu bisa mengendalikan semua ilmu yang kamu punya. Dan satu lagi, jangan pernah kamu meninggalkan perintah menjalankan kewajibanmu sebagai hamba Allah SWT, menjalankan salat lima waktu, dan teruslah basahi bibirmu dengan zikir lapaz-lapaz Allah SWT," pesan sang kakek