SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.
Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.
Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.
Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.
Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5. MARAH
Kabar tentang kedatangan Lucas Lorenzo sebagai tunangan resmi Camellia menyebar secepat api di padang kering. Hanya dalam semalam, Adrian Jerrel mengetahuinya. Dan seperti yang bisa diduga, reaksinya bukanlah keterkejutan yang tenang, melainkan kemarahan yang meledak-ledak bak bara api.
Adrian adalah pria yang terbiasa mendapatkan apa yang diinginkannya. Dengan tampang rupawan, latar belakang keluarga berada, serta kedekatannya dengan Oliver dan Margaret, ia merasa tak tergoyahkan. Camellia adalah miliknya. Bukan karena cinta, melainkan karena warisan yang datang bersama gadis buta itu. Dan sekarang, ada orang asing yang tiba-tiba muncul, mengklaim dirinya sebagai tunangan sah? Tentu saja Adrian tidak terima.
Pagi itu, pintu depan rumah Dawson dibanting terbuka dengan kekuatan penuh. Adrian masuk dengan langkah lebar, jasnya belum rapi, wajahnya merah padam oleh amarah. Beberapa pelayan menyingkir, kaget melihatnya menyerbu masuk seperti banteng yang lepas kendali.
"Di mana dia?!" teriak Adrian menggegerkan rumah. "Di mana pria bernama Lucas itu?!"
Oliver yang sedang duduk di ruang makan menoleh cepat, sementara Margaret memekik pelan, berusaha menenangkan Adrian.
"Adrian, tenang dulu. Kita bisa bicara baik-baik," pinta Oliver.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan!" bentak Adrian. "Kalian bilang semua sudah beres! Kalian bilang aku satu-satunya tunangan Camellia! Dan sekarang apa?! Ada orang asing yang tinggal di rumah ini dengan membawa selembar kertas tua?!"
Langkah cepat terdengar dari arah tangga. Lucas muncul, mengenakan kemeja putih polos dan celana kain gelap. Ia menatap Adrian tanpa ragu, tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Seakan telah menduga hal ini akan terjadi, mengingat Lucas telah melihat informasi tentang Adrian.
"Aku Lucas Lorenzo," umum Lucas singkat.
Adrian langsung menghampirinya dengan ekspresi marah. "Kau?! Pria yang mengaku sebagai tunangan Camellia?! Dasar penipu tak tahu malu!"
Lucas tetap berdiri tegak. "Aku tidak datang untuk mencari konflik. Aku datang karena kehendak orang tua Camellia. Semua bukti sudah diserahkan."
"Omong kosong!" Adrian mendorong dada Lucas dengan kasar. "Keluar dari rumah ini sebelum aku mengusirmu dengan cara yang tak kau sukai!"
Lucas tidak membalas cepat. Tapi suaranya tetap tegas, "Aku tidak akan pergi. Camellia sudah memintaku untuk tinggal. Ini juga rumahnya."
"Kau pikir dia bisa membuat keputusan sendiri?! Dia bahkan tak bisa melihat!" seru Adrian, nadanya merendahkan.
Ah, ingin sekali Lucas menghajar wajah pria brengsek di depannya ini. Berani sekali ia merendahkan Camellia seperti itu. Lucas yang belum dua puluh empat jam mengenal Camellia saja tahu betapa gadis itu tidak pantas untuk direndahkan.
Dan di saat itulah, suara pelan namun tegas terdengar dari arah tangga.
"Aku mungkin tidak bisa melihat, Adrian. Tapi aku bisa mendengar. Dan aku bisa tahu mana yang bohong dan tidak. Aku tahu kalau Lucas datang sesuai arahan dari wasiat orang tuaku, karena aku juga telah diberitahu mereka tentang wasiat ini," kata Camellia tegas.
Semua menoleh. Camellia berdiri di anak tangga ke empat, mengenakan gaun biru muda. Di sisinya, Jane, sang pelayan setia, menggandeng tangannya perlahan. Meski matanya kosong, ekspresi wajah Camellia lebih kuat dari sebelumnya. Dan itu membuat Adrian tidak suka.
"Camellia, kau tidak tahu siapa pria itu-"
"Dan aku tahu siapa kau, Adrian," potong Camellia dengan dingin. "Aku tahu kau mendekatiku bukan karena perasaan. Kau selalu memanipulasi kata-kata, berpura-pura manis di depanku, lalu mengatur hidupku seolah aku boneka. Tapi aku tidak buta terhadap hatimu."
Adrian melangkah naik dengan ekspresi memburuk. "Kau membelanya?! Pria ini baru kau temui kemarin!"
"Dia jujur," kata Camellia. "Sesuatu yang tak pernah kau berikan padaku."
Adrian meraih tangan Camellia dengan kasar. "Kau pikir dia bisa menyelamatkanmu? Dia hanya pembual dengan selembar kertas usang!"
Lucas melangkah cepat, menarik tangan Camellia dari genggaman Adrian. "Lepaskan dia."
Dan saat itu, pertikaian pecah.
Adrian melayangkan pukulan pertama, mendarat di rahang Lucas. Lucas terhuyung, tapi tidak jatuh. Ia menahan diri, mencoba menghindari kekerasan. Tapi Adrian tidak berhenti. Tinju berikutnya menghantam bahu Lucas, lalu dorongan kuat membuat keduanya jatuh menabrak meja.
Oliver dan Margaret berteriak, tapi tidak ada yang berani memisahkan mereka. Adrian benar-benar tenggelam dalam emosi.
Camellia mencoba turun, berpegangan pada railing, berusaha menghentikan mereka. "Berhenti! Kalian berdua!"
Lucas berhasil mendorong Adrian menjauh, tetapi Adrian meraih sebuah tempat lilin logam di atas meja dan mengangkatnya. Lucas refleks menangkis, tapi di saat itulah Camellia melangkah terlalu dekat.
"Camellia, mundur!" seru Lucas panik.
Terlambat.
Benda logam itu mengenai pelipis Camellia. Gadis itu terhuyung dan jatuh ke lantai, darah mengalir pelan dari luka di kepalanya. Semua menjadi hening.
Lucas membeku. Lalu kemarahan yang ia tahan meledak.
Tanpa pikir panjang, ia melompat ke arah Adrian dan menghantam rahangnya dengan tinju keras. Sekali. Dua kali. Adrian tersungkur, terbatuk, dan wajahnya berdarah.
Lucas mengangkat Camellia dalam pelukannya, lalu menoleh ke Jane.
"Panggil dokter. Sekarang!" perintah Lucas.
Jane, yang pucat ketakutan, segera berlari ke lantai bawah untuk mengambil ponselnya dan menelepon dokter pribadi keluarga Dawson. Oliver dan Margaret tampak tertegun, bingung antara membantu atau menyelamatkan reputasi mereka.
Beberapa menit kemudian, Camellia sudah terbaring di kamar dengan kompres di kepalanya. Jane membersihkan luka dengan hati-hati, sementara Lucas duduk di tepi tempat tidur, menahan tangan Camellia dengan lembut. Merasa amat bersalah.
"Maafkan aku," bisik Lucas. "Aku seharusnya bisa menghentikannya lebih cepat."
Camellia tersenyum kecil, meski wajahnya pucat. "Kau melindungiku. Aku tahu itu. Dan aku tidak menyesal membelamu."
Jane menoleh pada Lucas, suaranya gemetar. "Nona akan baik-baik saja. Luka di pelipisnya tidak dalam, tapi kita harus tetap berhati-hati. Aku sudah hubungi dokter keluarga.”
Lucas mengangguk. "Terima kasih, Jane. Kau sangat membantu."
Jane menatap Camellia dengan sayang. "Nona, kau istirahat dulu. Aku akan kembali sebentar lagi dengan obat.
Setelah Jane keluar, Lucas masih menggenggam tangan Camellia.
"Ini semua tidak akan terjadi kalau aku tidak datang," katanya pelan. Berpikir mungkinkah kedatangannya justru memersulit diri Camellia.
Camellia menggeleng. "Ini semua akan tetap terjadi. Tapi sekarang aku tidak sendirian."
Lucas menatap wajah gadis itu. Meski rapuh, ada kekuatan yang tumbuh di balik setiap kata Camellia. Tidak lagi sebagai gadis yang hanya menerima keputusan, tapi sebagai sosok yang mulai menentukan arah hidupnya sendiri.
"Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi,"kata Lucas dengan suara dalam. "Termasuk keluarga yang seharusnya menjagamu."
Camellia menghela napas, lalu mengerutkan kening. "Adrian akan kembali."
Lucas mengangguk. "Aku tahu. Dan aku akan mengusirnya setiap kali dia datang."
Beberapa jam kemudian, dokter datang dan merawat luka Camellia dengan cepat. Untungnya, tidak ada kerusakan serius. Tapi luka itu menjadi pengingat fisik dari konflik yang sudah terlalu lama dibiarkan mengakar dalam keluarga Dawson.
Oliver dan Margaret tak muncul sejak pertikaian. Lucas tahu, mereka sedang mempertimbangkan langkah berikutnya. Tapi satu hal yang jelas, mereka tidak bisa lagi menyembunyikan kebusukan yang selama ini mereka pelihara.
Di malam yang sunyi, Lucas duduk di depan kamar Camellia. Tak ingin tidur. Tak ingin lengah.
Jane menghampirinya, membawakan secangkir teh hangat.
"Kau berbeda dari semua orang yang pernah datang ke rumah ini," kata Jane pelan.
Lucas menatapnya.
"Bukan karena kau membawa wasiat. Tapi karena kau melihat Camellia seperti kami yang benar-benar menyayanginya, bukan sebagai beban, tapi sebagai manusia."
Lucas menerima teh itu dengan anggukan terima kasih.
"Aku berjanji akan menjaganya, Jane. Walau aku datang ke sini karena wasiat, tapi melihat Camellia diperalat sampai seperti itu membuatku tidak tega membiarkannya. Aneh mungkin mendengar hal ini dari orang yang baru ditemui. Tapi melihat Camellia seperti aku melihat adik perempuanku dulu, berjuang sendirian dan tidak mengandalkan siapa pun. Aku tidak ingin melihat Camellia seperti itu, karena aku tidak ingin melihat gadis baik hati itu berakhir tragis," kata Lucas jujur.
Jane tersenyum, dan berkata, "Terima kasih sudah mau mengasihani Nona kecilku. Jika butuh sesuatu bilang padaku. Aku akan siap membantu."
Malam itu, sebuah aliansi terjalin diam-diam antara pelindung lama dan pelindung baru. Dan meski gelap masih menyelimuti rumah keluarga Dawson, untuk pertama kalinya, ada cahaya kecil yang menyala bukan dari mata, tapi dari hati.
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee