Kehidupan Ayunda naraya dan Edward alexandra berjalan seperti biasanya, bahkan mereka terlihat romantis. Hingga disuatu hari ayunda harus menerima fakta yang menyakitkan, ia merasa dibohongi habis-habisan oleh suaminya sendiri.
Bagaimana kisah kehidupan ayunda selanjutnya?? Kepoinn terus cerita ini yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
🌷**Happy Reading🌷**
Saat ayunda membuka mata ternyata diluar sudah gelap, menandakan malam sudah tiba. Ternyata ia tertidur begitu pulas hingga tak sadar jika ada panggilan tak terjawab dari edward.
Cepat-cepat ia mengambil handponenya dan mengklik tombol panggil, tak lama telpon sudah tersambung.
"halo sayang, kenapa telpon aku tadi nggak diangkat?" Tanya edward dari seberang telpon.
"Maaf mas, aku tadi ketiduran."
Huftt
Terdengar helaan napas panjang dari seberang sana.
"Yasudah gapapa, mas tadi khawatir aja sama kamu."
Ayunda tersenyum mendengar ucapan suaminya yang mengkhawatirkan keadaan dirinya.
"Mas sudah makann malam?" Tanya ayunda lembut, suara yang mampu menyihir siapa pun jika mendengarnya.
"Sudah sayang, kalo kamu sudah makan apa belum?."
"Belum, mas."
"Telponnya mas tutup ya? Soalnya mas ada kerjaan, gapapa kan sayang?."
"Gapapa mas."
"Selamat malam sayangnya, mas."
"Selamat malam juga mas.
Tutt
Panggilan berakhir, ayunda memutuskan untuk keluar dari kamarnya.
Saat ia membuka pintu kamar, terdengar suara mbok latri yang sedang berbicara dengan seseorang.
Ayunda menuruni anak tangga, kemudian menuju kearah dapur. Ayunda berhenti dibalik tembok pembatas antara dapur dan meja makan, ia akan mendengarkan pembicaraan mereka.
"Aku mendengar jika dia akan segera kembali mbok, bagaimana ini?" Ucap suara asing itu penuh khawatir.
"Tidak usah khawatir, mereka pasti bisa mengatasinya." Sahut mbok latri tenang.
Sedangkan ayunda yang berdiri dibalik tembok menyeritkan keningnya bingung, siapa yang dimaksud mereka berdua?.
Beberapa saat suara mereka tak terdengar lagi, ayunda memberanikan diri untuk mengintip rupanya lelaki yang ia lihat tadi sudah tidak ada, sepertinya sudah pergi melewati pintu belakang.
Ayunda berpura-pura baru turun dari lantai dua, dia dengan tenang mendekat kearah mbok latri yang menatapnya tenang.
"Nyonya sudah bangun?"
Ayunda mengangguk sebagai jawaban. "Mbok, masak apa?"
"Capcay dan udang crispy, kesukaan nyonya."
Ayunda tersenyum lebar, ia langsung saja berbalik badan dan duduk di kursi meja makan. Ayunda langsung menyantap makan malamnya dikarenakan ia sudah lapar.
Sedangkan mbok latri termenung dipojok, ia menatap sendu kearah ayunda yang sedang makan dengan lahap.
"Nyonya, maafkan saya." Batin mbok latri.
Sementara itu, ayunda sudah selesai makan. Ia tersenyum kearah mbok latri dengan lembut.
"Aku udah selesai mbok, aku mau ke kamar dulu."
Mbok latri mengangguk, wanita paruh baya itu menatap punggung ayunda yang mulai menaiki lantai atas.
Setibanya di dalam kamar, aku hanya duduk termenung diatas kasur. Pikiranku melayang kepada obrolan mbok latri dan lelaki misterius itu.
Namun aku tak terlalu memikirkannya, mungkin saja mereka sedang membasah keluarga mbok latri yang ada di kampung.
Aku menatap handphone, satu pesan masuk dari mas edward yang menanyakan aku sudah makan apa belum. Lekas aku membalas pesannya jika aku sudah makan malam.
Pesan terkirim namun belum dibaca oleh mas edward, mungkin ia lagi sibuk mengurus pekerjaannya. Aku menatap jam di layar handphone ku yang menunjukan pukul 08.30 WIB.
Aku memutuskan untuk duduk dibalkon kamar yang menghadap ke jalanan komplek perumahan kami, tak sengaja pandanganku mengarah ke pohon yang berdiri diseberang jalan. Bayangan seseorang sedang berdiri menatap kearah balkon tempat ku duduk.
Aku menyipitkan mataku untuk melihat jelas siapa orang itu, namun dikarenakan gelap aku tak bisa melihat jelas dan orang itu juga sudah menghilang dari sana.
"Siapa dia?" Gumamku, sesegera mungkin aku mengambil handphone lalu membuka aplikasi whatsapp dan mengetik pesan kepada mas edward.
"Mas, saat aku duduk di balkon tak sengaja aku ngeliat seseorang sedang berdiri disamping pohon sambil menatap ke arahku, mas. Aku takut."
Cling!!
Pesan terkirim yang langsung dibaca oleh edward, tak lama pesan balasan pun ku terima.
"Mungkin hanya orang iseng saja, sayang." Balas mas edward membuatku membuang napas kasar, seolah ia tak mengkhawatirkan aku.
Aku hanya membalas pesan itu singkat lalu masuk kedalam kamar, mengunci pintu dan menutup tirai. Setelah itu aku memutuskan untuk segera tidur.
***
Sinar matahari menyelusup melewati celah celah vantilasi kamarku, membuat aku terbangun karena silau.
Saat aku melihat jam di handphone ternyata sudah menunjukan pukul 07.00 WIB. Cepat-cepat aku bangun dan masuk kekamar mandi untuk mencuci muka sekaligus mengosok gigi, setelah selesai barulah aku keluar dari kamar.
Aroma harum masakan tercium dari arah dapur, ternyata mbok latri sedang membuat nasi goreng. Aku tersenyum lebar, sungguh perutku merasa lapar saat mencium aroma masakannya.
"Eh nyonya, saya kira siapa tadi." Ujar mbok latri seraya menoleh kebelakang.
"Sudah masak mbok? Saya gak sabar banget buat makan hehehe." Kekehku begitu ngiler melihat nasi goreng yang terlihat menggiurkan.
Mbok latri mengangguk, ia menyajikan nasi goreng yang sudah masak itu keatas meja makan. Aku buru-buru duduk manis diatas kursi dan langsung menyendok nasi goreng itu kedalam piring, lalu memakannya dengan lahap.
"Pelan-pelan, nya. Nanti keselek." Tegur mbok latri kepadaku.
Aku hanya menyengir kuda dan melanjutkan sarapan pagi ini, setelah selesai aku meletakan piring dan gelas kotorku di wastafel dan duduk disana menemani mbok latri mengobrol.
Sementara itu dibandung, tepatnya dihotel A tempat edward dan shaka menginap, kedua pria itu sedang bersiap-siap ingin bertemu client di tempat yang sudah di sepakati.
"Udah?" Tanya edward kepada shaka.
Shaka menangguk, kemudian mereka meninggalkan kamar serta hotel itu, menuju ke basement untuk mengambil mobil.
Setelah sampai, shaka dan edward masuk kedalam mobil. Mobil melaju meninggalkan basement itu, menuju ke restorant Dijalan B.
"Kita pulang sore ya, ka. Gua udah kangen banget sama ayunda." Ucap edward, senyumnya tak pernah pudar saat menyebut sama sang istri tercinta.
Shaka menoleh sekilas kearah sahabatnya. "Yaelah, mentang-mentang bini udah nunggu dirumah."
"Iyalah, lo cepat-cepat nikah deh supaya kalo pulang kerja ada cewe cantik nunggu dirumah."
Seketika muka shaka menjadi masam, ia melirik sinis kearah edward yang tertawa keras mengejek kearahnya.
Tak terasa mobil hitam itu berhenti diparkiran restoran yang mewah itu, edward dan shaka dengan langkah tegap serta muka datar memasuki restoran itu. Mereka menuju keruangan private room yang sudah dibooking sebelumnya.
Sesampainya disana, ternyata pak arya beserta sekretatisnya sudah menunggu kedatangan mereka.
"Maaf pak, kami sedikit terlambat." Ucap edward sungkan kepada pria berkepala plontos itu
Pak arya menyambut kedatangan edward dan shaka dengan senyuman ramah. "No problem, saya pun belum lama sampai, tuan."
Edward tersenyum, ia duduk didepan mereka. Shaka langsung mengeluarkan laptopnya seraya menunjukan beberapa foto apartemen yang sudah jadi 80% itu.
Pak arya menatap laptop itu dan mengangguk, kemudian mereka membahas tentang apartemen itu.
Tak terasa satu jam sudah berlalu, edward mengakhiri pertemuan mereka.
"Saya merasa puas dengan hasilnya tuan, walaupun belum jadi 100%. Tapi itu sudah menunjukan jika apartemen yang sudah kita bangun mendapatkan komentar yang positif dari publik." Ujar pak arya.
Memang benar, apartemen itu mendapatkan komentar yang positif. Apalagi apartemen itu berdiri megah ditengah-tengah kota bandung, kota yang aesthetic.
Mereka keluar bersama-sama dari ruangan itu, tak lupa sebelum keluar dari restoran itu edward sudah membayarnya.
"Jam berapa, ka?" Tanya edward.
Shaka mendungus, ia menatap kesal kearah edward. Padahal pria itu memiliki jam tangan sendiri, kenapa malah menanya dirinya lagi?.
"Jam tangan sendiri ada, malah nanya gua."
Edward menyengir, dengan santai ia menjawab ucapan shaka. "Males, lo kan ada buat gua tanyain jam."
Walaupun begitu, shaka tetap memberi tahu kepada edward kalo sekarang pukul 09.30.
"Masih lama ya, kita jalan-jalan dulu lah sekalian cari oleh-oleh."
Shaka mengangguk, ia mengemudikan mobilnya menuju salah satu tokoh kue untuk membeli brownies.
Jalanan kota bandung begitu padat, namun mobil edward sudah tiba di depan tokoh kue yang menjual beragam jenis kue dan lainnya.
Edward keluar dari mobil disusul oleh shaka, mereka berdua bersama-sama masuk kedalam tokoh itu.
"Selamat datang di toko calrisa bakery." Seorang karyawan wanita menyambut edward dan shaka.
"Mbak, tolong bungkusin brownies yang paling enak ya?" Pinta edward.
Karyawan itu mengangguk. "Baik mas, mau berapa browniesnya?"
"10 mbak."
Karyawan itu mengangguk, ia memanggil temannya untuk membungkuskan brownies yang dipesan oleh edward.
Sembari menunggu, edward dan shaka duduk dikursi yang sudah disediakan disana.
Tak lama nama edward sudah dipanggil, lelaki itu menuju kasir untuk membayar browniesnya.
Setelah membayar, ia dibantu oleh shaka membawa brownies itu kedalam mobil.
"Kita mau kemana lagi?"
"Kita ke cafe kemarin, soalnya janjian disana."
Shaka mengangguk, ia menekan pedal gas menuju cafe yang mereka kunjungi kemarin.
Untuk melakukan pertemuan padahal masih beberapa jam lagi, namun edward sudah meminta untuk ke cafe itu. Shaka hanya menuruti perintah atasan saja.
Untung saja bandung tak terlalu macet jadi mereka cepat sampai di cafe itu, setelah shaka memarkirkan mobilnya. Ia turun bersama edward lalu masuk kedalam cafe itu dan memesan ruangan private lagi.