NovelToon NovelToon
Pendekar Kegelapan

Pendekar Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: DANTE-KUN

Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.


Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.

Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.


Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!


Tingkatan kultivasi :


Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang

Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang

Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang

Purification Dao 1-7 Tahapan bintang

Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang

Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang

Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang

Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir

Origin Dao Awal - menengah - akhir

Heavenly Dao

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 5

Angin dingin menyapu wajah Mang Acheng saat ia melangkah keluar dari Reruntuhan Raja Iblis, meninggalkan lorong-lorong gelap yang nyaris merenggut nyawanya.

Pintu batu di belakangnya runtuh, menyegel reruntuhan itu kembali, seolah menutup babak berdarah dalam hidupnya. Acheng berdiri di tepi tebing di Hutan Iblis Kelam, memandang hamparan dunia di bawahnya.

Belati Dewa Bintang di tangannya masih bergetar pelan, resonansi energi kosmiknya bercampur dengan aura kegelapan yang kini lebih kuat setelah ia menerobos ke ranah Dao Ancestor Bintang 1.

Auranya memancar, membuat pepohonan di sekitarnya bergoyang, seolah alam sendiri mengakui kehadiran seorang kultivator baru yang menakutkan.

Di bawah tebing, lampu-lampu kota berkelip di kejauhan, menandakan peradaban yang ramai namun penuh gejolak.

Acheng berada di wilayah Kerajaan Song, salah satu dari empat kerajaan besar di Benua Lotus Api, sebuah benua yang terkenal dengan kekuatan kultivasi yang mendominasi dan konflik tak berkesudahan.

Kerajaan Song dikenal sebagai tanah yang keras, di mana hukum dao dan pedang berbicara lebih keras daripada keadilan. Kekuasaan di kerajaan ini dipegang oleh Klan Song, sebuah klan kuno yang telah berdiri selama ribuan tahun, menguasai istana kerajaan dan mengendalikan wilayah-wilayah utama dengan tangan besi.

Di bawah Klan Song, terdapat lima sekte besar—termasuk Sekte Bintang Darah yang kini menjadi musuh bebuyutan Acheng—dan puluhan klan kelas dua dan tiga yang menguasai kota-kota kecil, desa-desa, dan wilayah pinggiran.

Acheng menarik napas dalam, merasakan aroma tanah dan asap yang bercampur di udara. Kerajaan Song adalah tempat di mana kehidupan bagi yang lemah dan miskin bagaikan neraka di bumi. Hukum di sini tidak jelas, hanya berpihak pada yang kuat dan kaya. Para bangsawan, sekte, dan klan besar sering bertindak semena-mena, menindas rakyat jelata dengan pajak yang mencekik, perbudakan terselubung, dan kekerasan brutal.

Desa-desa kecil kerap dijarah oleh kultivator dari klan kelas tiga yang haus kekuasaan, sementara sekte besar seperti Sekte Bintang Darah tak segan membantai siapa saja yang menentang mereka.

Di kota-kota, kejahatan merajalela contohnya: perdagangan manusia, penculikan anak-anak berbakat untuk dijadikan budak kultivasi, dan pembunuhan atas nama “kehormatan” sekte atau klan.

Bagi rakyat miskin, hidup adalah perjuangan harian untuk bertahan di bawah penghinaan dan penderitaan. Acheng mengepalkan tangan, matanya berkilat penuh dendam saat memikirkan Sekte Bintang Darah. “Kalian pikir kabur dari reruntuhan akan menyelamatkan kalian?” gumamnya, suaranya dingin seperti angin malam.

Belati Dewa Bintang di tangannya memancarkan cahaya biru gelap, seolah merespons kemarahannya. Dengan kekuatan barunya sebagai Dao Ancestor Bintang 1, Acheng kini setara dengan tujuh tetua yang memburunya, tapi ia tahu perjalanan balas dendamnya baru saja dimulai.

Sekte Bintang Darah hanyalah salah satu dari banyak kekuatan di Kerajaan Song, dan di atas mereka masih ada Klan Song yang kekuatannya jauh lebih mengerikan.

Acheng melangkah menuruni tebing, tubuhnya bergerak ringan bagaikan bayangan. Ia memutuskan untuk menuju Kota Batu, sebuah kota kecil di pinggiran Hutan Iblis Kelam yang dikuasai oleh klan kelas tiga bernama Klan Bing.

Kota ini dikenal sebagai sarang penutup bagi para kultivator buronan, pedagang gelap, dan petualang yang mencari harta di hutan berbahaya ini. “Aku perlu informasi dan sumber daya sebelum menghadapi Sekte Bintang Darah,” pikir Acheng,

Jiwa Raja Iblis Zhaar, yang kini telah diserap, memberinya wawasan tentang teknik-teknik kuno dan rahasia dao kegelapan, tapi ia harus berhati-hati agar sisa kesadaran Zhaar tidak mengacaukannya.

WHOOSH!

Mang Acheng berdiri di tepi tebing, angin dingin menerpa wajahnya. Tatapan matanya yang tajam tertuju pada Kota Batu di kejauhan, namun pikirannya melayang jauh ke masa lalu, kembali ke hari yang mengubah segalanya.

Saat itu, Acheng hanyalah seorang anak berusia sepuluh tahun. Ia hidup sederhana di Desa Guang, sebuah desa kecil di pinggir Hutan Iblis Kelam. Desa itu terisolasi dari hiruk-pikuk dunia luar, jauh dari intrik sekte dan klan besar.

Bagi Acheng, hidup di sana penuh dengan kebahagiaan kecil bersama keluarganya. Ayahnya, seorang pandai besi yang kuat dengan tangan kasar namun penuh kasih, adalah sosok yang ia idolakan. Ibunya, seorang wanita lembut dengan senyuman hangat, selalu menyanyikan lagu pengantar tidur yang menenangkan hatinya.

Namun, hari itu, langit di atas Desa Guang berubah menjadi lautan api. Sekelompok kultivator dari sebuah sekte bernama Sekte Tombak Merah tiba-tiba menyerbu desa dengan niat jahat.

Mereka menginginkan tanah desa itu untuk mendirikan cabang baru, namun para penduduk menolak menyerah begitu saja. Ayah Acheng, yang dikenal sebagai kepala desa, memimpin perlawanan kecil dengan keberanian luar biasa, meski ia tahu peluangnya sangat tipis.

Acheng mengingat jelas saat ayahnya berdiri di tengah lapangan desa, tubuhnya tegak seperti batu karang meski dihujani ancaman. “Kami tidak akan menyerahkan tanah kami pada kalian!” seru ayahnya, suaranya menggema di antara jeritan ketakutan para penduduk.

Sang ketua Sekte Tombak Merah, seorang pria dengan jubah merah yang menjuntai, hanya tertawa dingin. “Kepala desa yang bodoh. Kalian semua hanyalah semut di bawah kakiku.” Dengan satu gerakan tangan, tombak panjangnya melesat, menembus dada salah satu penduduk yang berdiri di dekat ayah Acheng. Darah menyembur, jeritan menggema, dan kekacauan pecah seketika.

Acheng ditarik ke dalam rumah oleh ibunya, yang wajahnya dipenuhi ketakutan. “Cheng'er, dengarkan Ibu. Apa pun yang terjadi, tetaplah di sini. Jangan keluar,” bisik ibunya dengan nada memohon, air mata mengalir di pipinya.

Namun, suara pertempuran di luar semakin keras. Melalui celah kecil di dinding, Acheng melihat ayahnya melawan dengan segala kekuatan yang dimilikinya. Meski bukan seorang kultivator hebat, ayahnya menggunakan pedang tua warisan keluarganya untuk menghadapi para penyerang. Tapi satu demi satu, penduduk desa yang ikut melawan tumbang di bawah serangan brutal para kultivator.

Ketika ayahnya akhirnya terjatuh, tubuhnya bersimbah darah namun matanya tetap penuh dengan tekad, Acheng tidak bisa lagi menahan dirinya. Ia berlari keluar rumah, menerjang ke arah ayahnya. “Ayah!” jeritnya, air mata mengalir deras di pipinya. Namun sebelum ia bisa mendekat, salah satu kultivator menendangnya hingga terjatuh.

Ibunya segera keluar, mencoba melindungi Acheng dengan tubuhnya sendiri. “Tolong, jangan sakiti anakku!” pintanya sambil menangis, namun permohonan itu hanya ditanggapi dengan tawa keji.

“Kalian benar-benar menyedihkan,” ujar ketua sekte dengan nada mencemooh. Ia mengangkat tombaknya, mengarahkannya ke ibu Acheng.

“JANGAN!” teriak Acheng, namun terlambat. Dengan satu tusukan, tombak itu menembus tubuh ibunya. Wajahnya yang lembut membeku dalam ekspresi kesakitan sebelum akhirnya jatuh di depan mata Acheng. Dunia seolah runtuh di hadapan bocah itu.

Acheng hanya bisa merangkak, tubuhnya lemah, hatinya hancur. Tangannya bergetar saat menyentuh wajah ibunya yang dingin, sementara darah membanjiri tanah di sekitarnya. Ayahnya yang terluka parah mencoba meraih tangan Acheng dari kejauhan, namun tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak.

“Cheng'er… lari… selamatkan dirimu…” bisik ayahnya sebelum ia menghembuskan napas terakhir.

Jeritan putus asa Acheng menggema di malam itu, namun tidak ada yang datang untuk menyelamatkan mereka. Para kultivator meninggalkan desa setelah membakar semua rumah, menyisakan puing-puing dan tubuh-tubuh tak bernyawa. Acheng, yang setengah sadar, berhasil diselamatkan oleh seorang pengembara tua yang kebetulan melewati desa tersebut. Pengembara itu membawanya pergi, merawat luka-lukanya, dan memberinya kesempatan untuk hidup.

Namun, sejak malam itu, sesuatu dalam diri Acheng berubah selamanya. Anak kecil yang ceria dan penuh cinta itu kini digantikan oleh seseorang yang hatinya dipenuhi dendam dan tekad. Ia bersumpah, suatu hari nanti, ia akan menghancurkan sekte-sekte yang berani merenggut segalanya darinya.

Kembali ke masa kini, Acheng mengepalkan tangannya dan aura membunuh memancar kuat dari tubuhnya. Belati Dewa Bintang di tangannya bersinar samar, memancarkan aura yang mencerminkan amarah di hatinya.

Ia memandang ke arah Kota Batu, matanya penuh dengan tekad. “Sekte Tombak Merah, Sekte Bintang Darah, dan semua sekte busuk di dunia ini… kalian akan membayar dengan nyawa.”

1
y@y@
⭐👍🏾👍🏿👍🏾⭐
Desri Eka Darma Amd
tolong dong author, jika ingin menamatkan cerita atau membuat judul cerita yang baru ada pemberitahuan terlebih dahulu. agar pembaca mengetahui, terimakasih 🙏🙏🙏
Wulan Sari
critanya sangat menarik semangatbya thor salam sehat selalu 👍💪❤️🙂🙏
Dante-Kun: Makasih banyak 😁😁🙏
total 1 replies
Hadir
G Wu
Belajar lagi Thor ,perempuan pemimpin sekte/clan dipanggil MATRIAK bukan Patriak !
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.
azizan zizan
sepatutnya berkultivasi dahulu dengan apa yang ia rampas naikkan lvl dulu bukannya berkeliaran entah kemana-mana... kebanyakkan novel yang alurnya begini pasti segini lah jalan ceritanya tak pernah ada perubahan... baru dapat kekuatan dikit aja lah rasa macam udah kuat tiada tandingan... cehhh menyampah...
azizan zizan
nah gitu rampas semua harta perang jangan di tinggal dikit pun...
azizan zizan
lah rampasan harta ngak di ambil di tinggal begitu aja.. tolol apa bodoh Nih..
azizan zizan
alurnya jangan terlalu banyak bertele-tele sangat Thor alurnya jadi kurang seru...
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾💥👍🏼💥👍🏾
y@y@
👍🏿🌟⭐🌟👍🏿
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾⭐👍🏿⭐👍🏾
y@y@
🌟💥👍🏼💥🌟
udenk
mang aceng ama mang dadang. nanti musuhna mang cecep dan mang dudung....hehehe
AK47 uzi: nnti punya temen nama nya datang,akum sama idoy /Facepalm/ ,lanjut dah thor
Dante-Kun: Nama mc nya emang pake kearifan lokal 🤭🤭
total 2 replies
AK47 uzi
mari mulai membaca...yg jd pertanyaan saya tiap ada cerita baru .....yaitu...apakah cerita ini sampai tamat..atau hiatus seperti cerita lain nya..cuma author doang sama tuhan yg tau...jd saat ini baca aja dulu
Dante-Kun
🔥🔥🔥
NuruL Fuud
jos...
y@y@
💥👍🏿⭐👍🏿💥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!