Lari Dari Jerat Presdir

"Tidak kah kamu merasakannya? Aku mencintaimu, Kath."

Kath tertegun, matanya mendongak menatap Ethan yang berwajah gelisah. "Kamu tidak melihatnya?"

"Apa itu tidak cukup untukmu?" tanyanya lagi.

Kath terkekeh merasa ucapan Ethan begitu lucu. Di bagian mana dia bisa melihat. Cinta?

Bahkan pria itu menikah dengan wanit lain, dan dia bilang mencintainya?

Kath mengusap air matanya, lalu bangkit berdiri. "Apa kamu merasa ini lucu? Apa yang harus aku lihat?" tanya Kath. "Sikap dingin dan acuh tak acuh? Datang hanya saat ingin bercinta lalu pergi setelah puas?"

Kali ini wajah Ethan yang nampak tertegun. "Lalu saat aku bertanya tentang perasaan kamu hanya diam seolah aku ini tidak berhak tentang hal itu."

"Cinta?" Kath terkekeh. "Apa ada seseorang yang mencintai tapi menikah dengan orang lain?"

Ethan menelan ludahnya kasar. "Di bagian mana aku harus melihat?"

"Kamu hanya pria egois. Menahanku hanya dengan ucapan 'kamu milikku'?"

"Bisakah aku membalik ucapanmu?" Kath menatap Ethan yang masih diam mematung. "Apa artinya aku untukmu? Jika aku harus melihat perasaanmu, lalu menurutmu bagaimana denganku? Aku harus rela hidup bersama pria yang tidak memberi kepastian dalam sebuah hubungan? Apa aku tidak akan merasa perasaan cintaku sia- sia?"

"Kath—" Mata Ethan semakin gelisah. Maksudnya selama ini Kath juga mencintainya? Ethan hendak meraih Kath namun Kath melangkah mundur.

"Sekarang katakan dimana Nathan, kembalikan dia padaku! Berhenti berkata sesuatu yang tak berarti."

.....

Kath memeluk Nathan erat. Setelah perkataan yang sia- sia itu Ethan akhirnya menyerah dan mengatakan di mana Nathan. Kath akhirnya kembali ke penthouse Ethan sebab pria itu mengatakan jika Nathan ada disana.

Benar saja, Nathan di bawa kesana bahkan bersama pengasuhnya yang selama ini mengurus Nathan selama di rumah Luise.

"Biarkan kami pergi," ucap Kath saat Ethan masih disana dan memperhatikan mereka. Pria itu berdiri dengan menyandarkan bokongnya di tepi nakas dengan tangan yang dia lipat di dada.

Ethan menegakkan tubuhnya lalu mendekat dan melangkah ke arah Kath. "Kita akan segera menikah." Seolah tak mendengarkan perkataan Kath, Ethan berkata dengan acuh. Pria itu bahkan menyelipkan rambutnya dengan tenang.

"Kau pura-pura tidak mendengar?"

"Kamu tidak berpikir saat Nathan semakin besar dia perlu sekolah, bukan?"

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak akan membiarkan dia tidak bisa sekolah hanya karena tidak memiliki dokumen lengkap."

Kath tertegun.

"Jadi kita akan menikah," putus Ethan. "Nathan harus mendapat yang terbaik, dan pengakuan."

"Apa aku harus selalu mengikuti perkataanmu?" Mata Kath memicing penuh rasa benci, namun Ethan masih melihat dirinya bercermin di beningnya mata Kath.

"Ya."

"Kau tahu aku muak padamu."

Ethan terkekeh tangannya terangkat untuk mengambil Nathan dari Kath yang dengan cepat mengeratkan pelukannya.

"Mau apa kau?!"

"Hanya menggendong."

"Kau akan mengambilnya?"

"Tidak, Sayang. Berikan padaku sebelum aku benar-benar membawanya. Dan kita harus bicara." Kath merenggangkan pelukannya membiarkan Ethan membawa Nathan. Tatapannya berubah waspada saat Ethan membawanya menjauh dan memberikannya pada pengasuh.

"Jaga dia." Pengasuh mengangguk lalu pergi. Setelah pengasuh dan Nathan pergi Ethan menutup pintu dan melangkah kembali ke arah Kath.

"Mau apa kau?" Kath semakin waspada saat Ethan melepas jasnya, lalu melemparnya sembarang.

"Menurutmu?" Jemarinya berpindah melepas satu persatu kancing kemeja yang dia kenakan. Tidak sampai ke bawah, tapi cukup menampilkan dada bidang penuh otot.

Mata Kath mengerjap pelan lalu memalingkan wajahnya.

Saat ini Ethan berjongkok di depannya dan menarik wajah Kath agar kembali melihat ke arahnya.

"Aku tahu aku bersalah. Ya, kamu benar. Aku dulu tak menyangka kalau aku akan gila karena kamu. Saat aku kehilangan kamu aku merasa duniaku hampa. Tak ada lagi semangat hidup. Aku berpikir kamu tak perlu semua hal itu. Persetan dengan perasaan karena bagiku kamu tetap bersamaku itu sudah cukup. Aku tak menyangka jika akan kehilangan kamu." Ethan menggenggam tangan Kath.

"Sampai saat itu kamu pergi, aku menyadari kalau kamu lebih berarti dari sekedar teman tidur. Tapi aku tak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Aku pikir asal aku berlaku baik dan memperlakukanmu dengan lembut itu sudah cukup. Maafkan aku."

Perkataan terakhir Ethan menjadi fokus Kath. Pria angkuh ini meminta maaf? Bahkan berlutut di depannya. "Harusnya aku lebih mengerti. Tapi, memang apa yang bisa aku lakukan kalau kamu bilang kamu membenciku, tidak mencintaiku? Tentu saja aku hanya bisa menahanmu untuk tetap di sisiku."

Kath mendengus. Apa yang dia harapkan dari Ethan, pria itu tetap saja angkuh. "Memang apa yang harus aku katakan pada pria beristri?"

Ethan melipat bibirnya. "Mengenai itu aku bisa jelaskan. Tapi bagaimana pun itu tidak berarti apapun untukku. Setelah menikah aku bahkan tidak bertemu lagi selain hanya untuk urusan bisnis selebihnya tidak ada. Dan andai waktu itu tak ada masalah bocornya rahasia perusahaan aku tidak mungkin menikah cepat, dan masih punya waktu untuk membatalkannya." Ethan mengedikan bahunya. "Setidaknya itu rencanaku. Kamu mengerti kenapa waktu itu aku sangat marah, bukan? Kamu pikir hanya uang yang aku pikirkan? Ya... aku keterlaluan dengan mengatakan sesuatu yang buruk. Tapi aku harus bagaimana kalau karena itu aku malah harus terjebak sebuah status yang justru membuat kamu pergi."

Kath mengerjapkan matanya. Benar, jika untuk uang sebelumnya Ethan bahkan membatalkan kerja sama dan membuat dirinya merugi hanya demi dirinya. "Itu bukan salahku." Kath mengelak. Jelas itu ulah Serena yang sengaja menjebaknya. Meski dia juga berniat melakukannya. Tapi tidak terlaksana sama sekali.

"Hm, aku tahu. Dan aku menyesal karena tidak mencari tahu lebih lanjut. Dan saat aku tahu kamu sudah pergi." Kath diam dengan perasaan bingung.

"Meski begitu, rencana pernikahan memang sudah ada sebelumnya. Kenapa masih menyalahkan aku?"

"Masih satu minggu, dan harusnya rencanaku berhasil. Tapi justru pernikahan di majukan. Dan aku hanya bisa menikah kontrak dengan Serena. Meski saat itu aku belum menyadari perasaanku, tapi setidaknya aku tidak perlu kehilanganmu, kan?"

"Lalu terus terjebak dalam hubungan gila itu? Kamu pikir aku hanya pergi karena kamu akan menikah saja?"

"Ya, aku akui itu salahku." Kath terdiam.

Ethan mendongak menatap Kath dengan serius. Tangannya masih menggenggam Kath dan meremasnya lembut. "Bisakah kamu memberi kesempatan?" tanyanya dengan lembut.

"Kamu bilang kamu tidak mencintaiku? Tidak masalah, asal kamu tetap bersamaku." Ethan menyentuh pipi Kath mengusapnya lembut dengan ibu jarinya. "Jangan tinggalkan aku. Aku akan lakukan apapun. Jangan berpikir untuk lari, karena aku akan semakin mengikatmu."

Kath tertegun. Ethan benar-benar mencintainya, atau hanya sebuah obsesi dan merasa harus memiliki?

Haruskah dia beri kesempatan?